11• I'mSorry

14 8 0
                                    

Aku meminta maaf bukan karena bersalah tapi, karena hanya ingin hubungan kita tetap baik-baik saja. -Raina


HAPPY READING





"Raina!"

Panggilan itu membuatku, Bulan dan Yoga mengehentikan langkah di tengah koridor sekolah.

"Bu Mira? ada apa ya, Bu?"

"Gimana keadaan Samudra kemarin?"

Sesaat aku mengingat kejadian kemarin di mana Samudra seperti marah padaku karena aku datang ke rumahnya.

"Mmm... dia baik-baik saja, Bu."

"Lalu kenapa beberapa hari ini dia gak masuk kelas? Apa alasannya?"

"Sam__"

"Bukannya itu Samudra?" tunjuk Bulan pada siswa yang berjalan menuju kelasnya.

"Iya. Akhirnya hari ini dia masuk. Biar ibu tanya langsung kepadanya, ibu duluan." pamit Bu Mira lalu pergi untuk menemui Samudra.

Akupun merasa lega melihatnya berada di sekolah. Mungkin ibunya sudah sembuh jadi Samudra bisa sekolah kembali.

"Jelasin sama gue Ra. Kenapa bu Mira nanya-nanya Samudra ke lo?" pinta Bulan yang tidak bisa menahan ke-kepoannya.

"Maaf. Sebenarnya alasan kemarin gue gak pulang bareng kalian karena mau nyari rumah Samudra."

"Jadi itu alasan lo pulang kesorean?" tanya Yoga yang mendapat anggukan dariku.

Sebenarnya jarak rumah Samudra tidak terlalu jauh, yang jauh itu jarak rumah sakitnya.

"Tapi kenapa harus lo yang datang ke rumahnya. Kenapa bukan bu Mira sebagai wali kelas lo?"

"Aku yang minta sendiri ke bu Mira buat datang ke rumah Samudra. Lagian Bu Mira juga lagi sibuk kemarin."

Setelah perbincangan di koridor, kami berpisah masuk ke dalam kelas masing-masing.

Mataku langsung terfokus pada Samudra yang tengah mengobrol dengan kedua temannya, Devan dan Satria.

Mengingat kejadian kemarin membuatku sungkan menyapanya.

Dari tempat dudukku, beberapa kali aku mendengar tawa Samudra yang tengah asik dengan obrolannya. Seperti tidak terjadi apapun kemarin.

Aku membuka tas gendong ku dan melihat 2 bungkus roti di dalamnya. Seharusnya satu bungkus roti itu aku simpan di dalam loker Samudra namun, tidak sempat karena Samudra sudah tiba di kelas lebih dulu.

"Makasih." ucapan seseorang yang membuatku mendongakkan kepala.

Samudra mengembalikan Sebuah buku catatan yang kemarin aku titipkan pada mbak di rumahnya.

"Gimana keadaan ibu kamu?"

"Lain kali jangan pernah mencari tahu soal diriku!" setelah mengatakan itu Samudra kembali ke bangkunya.

Jawaban Samudra membuatku terdiam beberapa saat. Mencerna alasan dibalik kalimatnya.

Di jam istirahat aku memutuskan untuk meminta maaf dengan pergi ke lapangan basket karena Samudra tengah bermain basket di sana.

Seperti biasa aku menunggunya di kursi penonton.

Beberapa menit kemudian permainan berakhir namun, kali ini Samudra tidak menghampiriku seperti yang sudah-sudah meminta air minum. Dia tidak naik ke kursi penonton dan hanya istirahat di pinggir lapangan dengan para seniornya.

Aku beranjak dari duduk ketika melihat Samudra akan keluar dari ruang lapangan. Buru-buru aku mengejarnya.

"Samudra!" panggilku dan membuat Samudra mengehentikan langkahnya di ambang pintu.

"Aku mau minta maaf sama sikapku kemarin. Karena tanpa ijin mendatangi rumahmu."

"Bentar lagi bel, aku duluan harus ganti baju," ujarnya yang masih memakai baju basket.

Samudra berjalan pergi tanpa memberikan jawaban apa dia memaafkan ku atau tidak.










✷✷✷✷






"Lo kenapa sih Ra, dari pulang sekolah tadi sampai sekarang lemes banget kayaknya," ujar Bulan yang melihatku terus berbaring di atas kasur.

"Gue lagi bingung, Bul."

"Apa sih yang bikin lo bingung?"

"Sikapnya Samudra. Kenapa dia tiba-tiba berubah."

"Berubahnya gimana?"

"Ya biasanya kita ngobrol seperti gak ada batas tapi sekarang seolah-olah dia ngasih batas antara gue sama dia. Kayak yang jaga jarak gitu, gue nanya pun dijawabnya ketus."

"Mungkin selama ini lo nya aja kali yang salah paham sama kebaikannya."

"Tapi kali ini sikap dia ke gue benar-benar beda."

"Apakah suatu kejahatan kalo gue datang ke rumahnya?" gumamku pelan.

"Lo beneran suka Samudra?"

"Iya."

"Ya udah nyatain sekarang."

"Waktunya lagi gak pas BulBul. Sikapnya sekarang aja bikin gue sungkan buat nyapa."

"Mungkin dia lagi banyak pikiran jadi lo kena emosinya."

Sesaat aku mengingat keadaan ibunya. Benar juga kata Bulan, mungkin Samudra tengah banyak pikiran mencemaskan ibunya. Jadi pikiran dia sedang tidak baik-baik saja.







•ーーーー•✿۝✿•ーーーー•

Terima Kasih Masa Laluku (OnGoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang