Seperti biasa, aku menyimpan sebungkus roti pada loker Samudra. Seperti sudah kebiasaan rutinku. Entah kenapa aku tidak bisa meninggalkan kebiasaan itu sekarang.
Kelas masih kosong. Selama ini memang aku yang selalu menjadi siswi yang datang pertama, karena harus menyimpan roti tanpa ketahuan semua orang.
Aku menatap langit yang mendung.
"Sayang banget pagi-pagi hujan," gumamku melihat di luar mulai gerimis.
Kursiku dekat jendela jadi, membuatku nyaman dengan hembusan angin yang diiringi oleh hujan. Tanpa sadar aku terus menguap sampai berakhir dengan tertidur pulas.
Hingga suara gemuruh tepuk tangan membuatku bangun dan terkejut melihat seorang guru tengah berdiri di depanku.
"Mimpi apa kamu sampai terkejut begitu?" tanya guru tersebut yang membuat seisi kelas tertawa.
"M-maaf Pak, karena saya ketiduran."
Malu? tentu saja. Ternyata aku tidur terlalu lama. Aku melihat jam tangan di lenganku sudah menunjukan pukul 07:45 dan hujan pun sudah reda.
"Cuci mukamu itu sekarang!"
"B-baik, Pak."
Aku langsung keluar dari kelas dengan menahan rasa malu.
Sepertinya alasan aku tertidur tadi karena semalam aku begadang. Dengan perubahan sikap Samudra, membuatku kepikiran dan tidak bisa tidur.
Jam istirahat.
"Gue duluan, ya."
"Lo mau kemana? kan masih jam istirahat belum masuk?" tanya Bulan melihatku beranjak dari kursi.
"Ke lapangan." Setelah mengatakan itu, aku pergi meninggalkan kantin tak lupa membeli sebotol air terlebih dahulu.
Aku duduk di kursi biasa menonton Samudra yang tengah bermain basket dengan semangatnya. Aku ikut senang ketika dia terus berhasil memasukan bola ke dalam ring.
"Keren banget!" kagumku pada Samudra.
"Uh Seksinya," gumamku ketika Samudra menyisir rambut depannya kebelakang dengan tangannya.
"Uwah!" Lagi-lagi aku terkagum melihat Samudra melompat tinggi dan memasukan bola kedalam ring.
Refleks aku melambaikan tanganku ketika Samudra melihat ke arahku. Walaupun dia tidak membalasnya.
Permainan sudah berakhir. Aku memberanikan diri dengan menghampiri Samudra yang tengah istirahat di pinggir lapangan.
"Buat kamu." Aku menyodorkan sebotol air pada Samudra yang mengundang sorakan dari para seniornya.
"Cieeee Samudra."
"Pacar apa calon pacar, nih?" goda salah satu seniornya.
"Perhatian banget kayaknya."
Aku hanya menunduk tersenyum malu. Namun, ada satu kalimat yang membuatku berhenti senyum.
"Masa sih Samudra mau sama cewek dekil kek gitu."
Hatiku terluka mendengarnya. Sekuat apapun menahannya, aku tidak bisa berkata jika aku tidak tersinggung.
Aku meletakan botol air tersebut di samping Samudra karena dia tak kunjung menerimanya. Aku memilih untuk pergi dari sana sebelum mendengar kalimat yang tidak ingin aku dengar lagi.
"Gak bisa dijaga apa omongannya!" gumamku kesal sembari menyusuri koridor sekolah.
Aku pergi ke kamar mandi untuk melihat diriku di cermin. Kalimat itu sungguh menguasai pikiranku saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terima Kasih Masa Laluku (OnGoing)
Teen Fiction❛❛Tentang kita di masa lalu, ketika aku masih bersamamu❞ Samudra Alasky Bintang, tokoh utama dalam buku ini. Di mana aku berusaha mengingat kejadian masa lalu untuk menceritakan pertemuanku dengannya. Di masa lalu aku milikmu. Di masa depan aku mili...