"Cape banget," keluh Bulan dalam perjalanan menuju panti.
"Gue gak nyangka campingnya bakal seseru itu," ujar Yoga di sebelahku.
Tidak seperti keduanya, aku hanya terhanyut dalam pikiranku sendiri.
Ketika pulang aku dan Samudra duduk di kursi yang sama lagi. Namun, selama perjalanan tidak ada percakapan diantara kami. Aku dan Samudra merasa canggung dengan kejadian di tenda waktu itu. Yang membuatku sedih, dia bahkan tidak berusaha menjelaskan itu padaku dan aku juga sadar, Samudra tidak ada alasan menjelaskan semua itu padaku. Karena dari awal, hanya aku yang menyukainya seorang diri tanpa diketahui olehnya.
"Wah mobil siapa nih. Kayaknya bunda lagi kedatangan tamu," ujar Yoga yang membuatku tersadar dari lamunan.
"Kita udah sampai?" gumamku yang tidak sadar jika kami bertiga sudah di depan panti.
"Pikiran lo ke mana aja sih, Ra. Bisa-bisanya gak nyadar kita udah di depan panti," ujar Yoga.
"Mungkin Raina kecapean, makanya pikirannya lagi gak konsen," jawab Bulan membantuku atas pertanyaan Yoga.
"Tapi ini mobil siapa ya? Gue jadi penasaran," bingung Bulan lalu berjalan lebih dulu.
"Buruan, Ra," ajak Yoga lalu pergi mengejar Bulan.
"Kami pulang!" ucap Bulan ketika sampai dan ternyata di ruang tamu ada bunda Kasih bersama dua orang yang sepertinya suami-istri.
"Akhirnya kalian pulang juga. Bagaimana Campingnya?"
"Seru, Bun," jawab Yoga antusias.
"Syukur deh kalo kalian menikmatinya. Oh iya, kenalin ini Pak Regar dengan Bu Maya .
"Halo, saya Bulan."
"Halo, saya Yoga."
"Lalu Raina, di mana dia?" tanya bu Maya.
"Itu dia," tunjuk Bulan ketika aku baru sampai di ruang tamu.
"Ada apa?" tanyaku Bingung pada Bulan.
"Bulan, Yoga kalian bisa pergi ke kamar kalian. Tapi Raina, ada sesuatu yang Bunda mau omongin ke kamu."
Setelah kepergian Bulan dan Yoga. Akupun duduk di samping Bunda.
"Bunda mau ngomong apa?"
"Kenalin. Ini pak Regar dan Bu Maya." Bunda memperkenalkanku dengan kedua tamunya. "Karena memang mungkin sudah saatnya kamu bertemu dengan orang tua kamu," lanjutnya yang membuatku terkejut.
"Maksud Bunda apa? Sebenarnya mereka siapa?"
"Mereka orang tua kamu yang selama ini kamu rindukan, Nak."
"Ternyata kamu sudah remaja, Raina," ujar Bu Maya dengan haru.
Aku tidak dapat mencerna ucapan bunda Kasih dengan baik. Semuanya terlalu mendadak dan waktunya sangat tidak pas. Kenapa aku harus bertemu orang tuaku disaat diriku tidak sedang baik-baik saja.
"R-raina belum bisa memahami situasi ini, Bun."
"Bunda paham. Semua terlalu mendadak buat kamu. Tapi bunda juga yakin bertemunya kamu dengan orang tua kamu adalah yang terbaik."
"Kami ke sini mau jemput kamu ikut dengan kami," jelas Bu Maya yang membuatku terkejut.
"Kenapa? Kenapa baru sekarang?!"
"Maafin ibu, karena udah ninggalin kamu, Raina."
"Mereka menyesali semuanya. Mereka ingin menebus semuanya padamu," bunda berusaha menenangkan.
"Bagaimana jika aku menolak ikut dengan kalian?"
"Raina, ibu sangat menyesal hiks."
"Jujur. Selama ini aku ingin bertemu kalian. Ingin tahu bagaimana wajah kedua orang tuaku, bagaimana keadaannya." air mataku kembali terjatuh dari tempatnya. "Namun, secara perlahan perasaan itu mulai hilang. Hidupku belum tentu sebaik di sini jika dulu bersama kalian."
"Raina," tegur bunda.
"Aku mau sama bunda. Aku nyaman hidup di panti sama bunda. Tidak ada keluargaku selain orang-orang di panti ini."
"Maafkan kami, Raina." Pak Regar berusaha menjelaskan. "Namun, dulu keadaannya cukup sulit. Hingga terpaksa kami harus menitipkanmu di sini."
"K-kenapa harus sekarang?" lirihku. "Disaat aku benar-benar merindukan kalian. Kenapa baru sekarang kalian menemuiku?."
"Karena kami menunggu waktu yang tepat. Dan sekarang waktunya."
"Bunda, Raina capek. Raina mau istirahat. Permisi."
Tangisanku mulai pecah di dalam kamar.
"Raina, lo kenapa?"
"Mereka orang tua gue, Bul. Hiks."
Bulan nampak terkejut. Beberapa saat dia hanya terdiam menatapku yang menangis.
"Bukannya mereka yang selama lo rindukan?" ujarnya pelan.
"Gue emang pengin ketemu mereka tapi, bukan berarti gue mau ikut tinggal dengan mereka."
"M-maksud lo apa, Ra?"
"Mereka ingin bawa gue dari sini hiks."
"Gue gak mau pisah sama lo, Ra." Bulan memelukku erat dia ikut menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terima Kasih Masa Laluku (OnGoing)
Teen Fiction❛❛Tentang kita di masa lalu, ketika aku masih bersamamu❞ Samudra Alasky Bintang, tokoh utama dalam buku ini. Di mana aku berusaha mengingat kejadian masa lalu untuk menceritakan pertemuanku dengannya. Di masa lalu aku milikmu. Di masa depan aku mili...