10 • WhereAreYou?

15 8 0
                                    


Bel masuk sudah berbunyi. Namun, Samudra belum juga tiba. Aku berniat menelponnya tetapi belum punya nomornya.

"Kenapa kemarin-kemarin gak minta, Raina!" kesalku pada diri sendiri.

Di tengah kebingunganku, Mataku menemukan seseorang yang selalu dengan Samudra.

Akupun langsung menghampirinya tanpa ragu.

"Devan."

"Ada apa?"

"Samudra ke mana?"

"Dia ijin gak masuk sekolah. Katanya ada urusan keluarga."

"Oh, oke makasih."

Entah kenapa aku merasa khawatir dengan ketidak hadiran Samudra sekarang.

"Apa dia sakit?" gumamku semakin khawatir.

Setelah jam istirahat tiba. Aku bergegas pergi ke ruang guru untuk menemui bu Mira, yang saat ini menjadi wali kelasku. Aku ingin bertanya tentang Samudra karena pasti beliau tahu.

Ketika hendak melangkah masuk ke ruang guru, kebetulan aku dan bu Mira berpapasan di ambang pintu.

"Raina, ngapain di sini?"

"Anu-mm... saya mau bertanya."

"Nanya apa? oh masalah seksi keamanan yang belum sempat ibu pilih?"

"Bukan Bu. Saya mau nanya hari ini Samudra tidak masuk karena apa ya?"

"Ohh tadi pagi lewat telepon dia hanya bicara ada urusan keluarga yang sangat mendesak jadi dia gak bisa masuk sekolah hari ini."

"Ohh begitu."

"Apa ada suatu masalah?"

"Tidak ada Bu. Sebagai ketua kelas, yang biasanya memantau kelas lalu hari ini melihat kursi yang kosong jadi berbeda. Itu saja."

"Memang tidak salah ibu tunjuk kamu sebagai ketua kelas. Kamu sangat perhatian, Raina."

"Terima kasih, Bu."

"Iya sudah ibu pergi dulu."

"Iya silahkan, Bu."


"Raina!" Panggilan itu membuatku menghentikan langkah di tengah koridor.

"Lo habis dari mana?" tanya Bulan bersama Yoga di belakangnya. "Kita nyariin lo tahu!"

"Habis ketemu bu Mira, biasa urusan masalah kelas."

"Ketua kelas mah beda ya."

"Ya udah yuk buruan ke kantin sebelum penuh," ajak Yoga yang diangguki aku dan Bulan.






✷✷✷✷✷




3 hari kemudian Samudra masih tidak masuk. Sebenarnya apa yang terjadi padanya. Roti yang kusimpan di dalam lokernya sudah 3 kali ini aku mengambilnya kembali karena Samudra belum juga masuk kelas.

Tanpa Samudra, hari-hari terasa lebih lama dan melelahkan. Energi dalam diriku seperti turun drastis secara singkat.

"Raina ayo!" ajak Bulan di ambang pintu kelas.

Aku menggelengkan kepala, lalu memperlihatkan sebungkus roti padanya menandakan kalau aku akan makan roti di kelas saja. Untungnya, Bulan dan Yoga tidak memaksaku ikut ke kantin.

Nafsu makanku berkurang. Ini pertama kalinya aku tidak pergi ke kantin dengan keduanya. Biasanya aku yang paling antusias apalagi jika ada Samudra di meja kantin.

Terima Kasih Masa Laluku (OnGoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang