Sukuna the Wise

322 17 0
                                    

Mobil Van hitam mengilap itu terhenti di sebuah gang kumuh di dekat sebuah pabrik besi tua jauh dari distrik tempat Toge dan Yuuta tinggal. Sore itu langit mendung dan gerimis mulai turun menambah suram keadaan. Gelap dan penerangan yang minim membuat Gojo dan Geto mengutuk keadaan saat itu sejadi-jadinya. Seluruh team bersenjata lengkap sudah diarahkan oleh Geto menyebar tanpa suara ke sekeliling bangunan kumuh itu. Sunyi senyap. Yuuta mengendap-endap masuk kedalam salah satu ruangan yang tak dikunci. Terdengar sayup-sayup suara seseorang berbicara. Gojo menahan Yuuta sebab lelaki itu sama-sekali tak mengenakan rompi anti peluru. Sempurna berbahaya kalau-kalau musuh menembakinya. Namun Yuuta tetaplah Yuuta, otaknya hanya dipenuhi Toge dan keadaan saat ini menambah buruk isi pikirannya. Ia tak peduli jika harus menjadi pembunuh untuk menyelamatkan kekasihnya itu dari seorang buronan yang entah bagaimana bisa hidup kembali.

Yuuta bersembunyi di balik sebuah kotak besar. M1917 di punggungnya ia sentuh perlahan sambil menajamkan pendengarannya.

"Siapa...lu siapa? Gua gak kenal...bisa tolong lepasin? Kepala gua sakit banget...lu mau apa sama gua?" Ucap seseorang yang tak lain tak bukan adalah Toge. Pupil mata Yuuta membesar mendengar suara lirih tak bertenaga milik Toge. Lelaki bersurai legam itu menipiskan jaraknya dan ruangan selanjutnya yang ia yakini Toge berada didalam sana. Gojo mengekor di belakangnya.

"Gua butuh abang lu yang sok keren itu...cuma keadaan lu saat ini yang bisa bikin dia nemuin gua...setelah dia kesini nemuin gua...gua gak akan butuh lu lagi. Jadi diem aja di bawah sambil fokus sama semua perih dan darah lu yang kebuang itu, cantik! Kalo lu nurut, gua gak akan nambah luka lu" Ucap Mahito sambil berpangku tangan. Yuuta berdiri tepat diambang pintu sambil mengepalkan tangan sekeras-kerasnya, siap menghajar pria Mahito ini kapan pun. Netra sebiru lautan itu menatap Toge yang tersungkur dilantai dengan darah mengalir dari kepala. Yuuta kehilangan kewarasannya, tanpa sadar bersiap menarik pelatuk senjatanya namun Gojo menahannya.

"Ta! Kita butuh strategi, gak gini caranya dek! Lu dengerin gua!" Bisik Gojo sambil berusaha sebaik mungkin menjauhkan Yuuta dari ruangan tanpa menimbulkan suara.

Yuuta membalikkan tubuhnya dan tertunduk diam. Seakan nyawa dan pikirannya berada jauh ditempat lain. Yang Gojo lihat di hadapannya adalah Yuuta yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Lelaki jangkung bersurai perak itu cukup terkejut.

"Denger dek, lu mau masuk sana kan? Biarin gua yang didepan, gua bakal narik dia dari belakang dan jatuhin dia, kalau itu berhasil...lu harus cepat-cepat bawa Toge keluar dari ruangan itu...denger? Prioritas kita Toge, ngehajar si kontol ini bisa nanti kalo lu mau" Ucap Gojo sambil mengangkat wajah tampan Yuuta dengan jemarinya. Pucat, ekspresi kehidupan sama sekali tak tergambar dari wajahnya. Yuuta mengangguk dan berjalan ke arah belakang Gojo.

"Ayo mulai" Ucapnya. Gojo mengangguk setelah Yuuta kembali menggantungkan senjata laras panjang itu ke punggungnya. Gojo mulai memasuki ruangan itu. Yuuta menunggu dibalik dinding di luar ruangan sesuai aba-aba Gojo. Lelaki jangkung itu berdiri tepat di belakang Mahito dengan jarak kira-kira lima senti. Mahito yang semula tak menduga ada orang lain selain dirinya dan Toge didalam, terkejut.

"Kita lihat seberani apa lu sampe nyentuh adek gua...biadab" Bisik Gojo dan dengan cepat menyergap kedua tangan Mahito, satu tangannya ia pakai mencekik leher pria itu hingga Mahito kehilangan keseimbangan, Gojo membanting tubuh pria itu ke lantai setelah menusukkan sesuatu tepat di leher Mahito yang membuat pria itu perlahan kehilangan kesadarannya.

"Ta...SEKARANG!" Sorak Gojo. Lelaki bersurai legam itu segera masuk dan dengan hati-hati meraih tubuh lemah Toge kedalam dekapannya dan menggendongnya keluar, meninggalkan Gojo yang masih mengurusi Mahito. Begitu Toge tersadar bahwa Yuuta lah yang menggendong tubuhnya, ia panik memeluk leher Yuuta. Tubuh mungil Toge gemetar ketakutan.

Undeniable FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang