Dear myself

355 19 6
                                    

Yuuta tak hentinya mengingat-ingat kejadian kemarin malam. Ia merasa familiar dengan sosok yang mengajaknya berbicara saat ia dan Sukuna terpojok karena diserang, namun Ia tak ingat dimana dan kapan bertemu dengan orang tersebut. Tanpa Yuuta tahu bahwa satu komplotan itu berhasil dibekuk oleh Gojo dan tim nya.

"Sekarang, udah bisa cerita gak? Yuuta tuh sebenernya gak nemenin Una beli kado kan?" Cecar Toge sambil mengupas buah apel untuk yuuta. Lelaki tampan dihadapan Toge ini memasang senyum manisnya yang nyaris berhasil membujuk Toge.

"Hehe...jangan marah dong sayangnya Yuuta" Bujuk lelaki bersurai legam itu.

"Hehe...hehe apaan?! Kamu sampe kritis lho! Jujur aja! Pasti soal aku yang lupa ingatan kan?" Tanya Toge. Pupil Yuuta membulat terkejut.

"Sayang, siapa yang kasih tahu? Kamu tahu dari mana?" Tanya Yuuta, panik. Tubuhnya seakan dihantam bongkahan es besar.

"Aku ke kamar abang tadi malam karena ketakutan Yuuta kenapa-kenapa dan gak bisa ngehubungi. Disitu aku lihat satu kotak kecil yang ada sticker daun clover. Aku lihat kotak yang sama besar tapi beda warna di kamar Yuuta. Dan kotak Yuuta juga punya sticker yang sama. Aku penasaran dan lihat isinya. Ada banyak foto-foto abang, aku, dan Yuuta. Tapi lebih banyak foto kita berdua. Dan didalamnya ada robekan-robekan kertas, kayaknya diary...dan itu tulisan tangannya Yuuta. Isinya tentang seberapa dekat dan sayangnya Yuuta ke aku pas kita kecil dulu. Bahkan dari kecil Yuuta udah jagain dan belain aku dari siapapun yang kasarin aku. Padahal aku dingin dan suka bentak Yuuta untuk ngejauh. Hari itu ulang tahun Yuuta...Yuuta bilang kita mau pergi ke kampungnya ibu Yuuta, kita udah siap-siap. Tapi karena ditengah jalan sebelum pergi ada kucing, aku ngambil itu padahal udah diteriakin abang kalo kucingnya bisa pergi sendiri, aku gak mau dengar. Ibu Yuuta yang paling dekat sama aku...dan dari arah belakang ada minivan..." Ucap Toge, ia tak sanggup menyelesaikan kalimatnya. Yuuta meremas rambutnya, depresi. Ia benar-benar mengutuk dirinya sendiri kenapa tidak membakar habis seluru diary terkutuk itu.

"Toge...sayang" Panggil Yuuta. Toge menjauh. Diletakkannya pisau ditangannya diatas nakas. Toge tertunduk lemas. Tubuhnya mulai gemetar.

"Dan...andai aja aku gak sekeras kepala itu...Ibu Yuuta gak perlu jadi korban karena nolongin aku yang ga berguna ini" Ucap Toge, suaranya mulai serak. Toge menangis. Yuuta geram, ia mencabut paksa infus ditangannya. Perih tentu saja, tapi lebih perih melihat Toge hancur berantakan seperti ini. Toge terkejut saat mendapati dirinya berada dalam pelukan Yuuta.

"Yuuta...infusnya, astaga...Yuuta maaf, Yuuta...maaf" Toge histeris meronta ingin memencet bel agar suster datang ke ruang rawat Yuuta untuk kembali memasangkan infusnya. Yuuta tak bergeming. Alih-alih melepas Toge, digendongnya tubuh mungil lelaki bersurai perak itu dan meletakkannya di atas ranjang rawatnya. Dipeluknya Toge sambil mengusap lembut punggung lelaki itu. Yuuta mengusal ke ceruk leher Toge, menyandarkan kepalanya ke bahu kekasihnya itu.

"Maaf aku gak boleh kasih tahu semua itu karena seluruh ingatan kamu yang tersisa dan juga nyawa kamu yang jadi taruhannya. Kalau aku cerita, efeknya bakal buruk di kamu. Aku sekarang ketakutan setengah mati karena kamu ingat semuanya pada akhirnya dan tetap baik-baik aja, Aku sesaat bener-bener ngerasa kayak di dorong dari tepi jurang pas tahu kalo kamu baca semua tulisanku, Ge. Aku nungguin hari dimana kamu bisa ingat aku, ingat kita...aku sabar dan udah sepenuhnya ikhlas kalau emang jalannya untuk lihat kamu baik-baik aja harus ngorbanin waktu kita dulu. Karena aku takut, aku paling takut ketika kamu ingat. Kamu pasti bakalan nyalahin diri kamu sendiri kayak sekarang...Kamu gak salah sayang, sekecil apapun gak salah...bukan karena kamu bundaku pergi ninggalin aku...dia pergi karena memang hanya itu cara biar aku bisa hidup aman" Ucap Yuuta. Toge yang mengetahui cerita lengkapnya terdiam, namun air matanya tak berhenti keluar.

Didalam kepalanya, semua bongkahan-bongkahan puzzle memorinya mulai menyatu kembali. Ia bahkan ingat bagaimana dulu Yuuta rela menjatuhkan dirinya ke danau yang tenang hanya untuk menyelamatkannya yang lebih dulu tenggelam, ia ingat bagaimana Yuuta selalu menyapanya dan ia hanya diam, ia ingat bagaimana Yuuta selalu mengusap puncak kepalanya penuh sayang bahkan sejak mereka masih sangat kecil. Toge ingat semuanya tanpa merasa sakit sedikitpun. Tangisnya menjadi-jadi.

Undeniable FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang