coffee can

467 21 2
                                    

Gojo terdiam di depan ruang rawat. Geto baru saja pergi membeli kopi kaleng. Jam menunjukkan pukul tiga pagi. Mereka bertiga tidak tidur sama sekali. Tersangka penyerangan Yuuta sudah diamankan oleh pihak yang berwajib. Kasusnya pun sudah mulai di selidiki kembali. Namun Gojo merasa bersalah pada kedua adik kelasnya, terutama pada Yuuta karena ialah yang meminta Yuuta untuk ikut serta. Pikirannya tiba-tiba melayang pada Toge, sungguh aneh karena ia menunggu adik lelakinya itu menghubunginya. Tetapi ponselnya sepi notifikasi. Ia ingin sekali menghubungi Toge namun diurungkannya. Mungkin bertemu langsung dengan adiknya akan jauh lebih baik, begitu pikir pria jangkung ini.

"Yuuta udah lewat masa kritis nya, besok pagi kayaknya udah siuman. Lu ga pulang? Gua denger dari bunda Toge gak bisa tidur" Ucap Shoko sambil menanggalkan jas putihnya dan duduk di sebelah Gojo. Lelaki bersurai perak itu menanggalkan kacamatanya dan merangkul Shoko yang langsung meletakkan kepalanya di pundak Gojo. Mereka kelelahan.

"Terus kenapa dia gak ngehubungin gua ya?" Tanya Gojo.

"Lu bego apa gimana? Kan dia taunya lu kerja, Sat...dia mungkin gak mau ganggu lu" Ucap Shoko.

"Yuuta lho ini" Ucap Gojo lagi. Shoko tertawa kecil.

"Ya adek sih masih manusia, emangnya lu? Geto kena tonjok orang aja lu kalap ngebanting orangnya" Ejek Shoko.

"Yah itu mah salah orangnya ga sih? Ngapain cowok gua lagi diem tiba-tiba dihajar? Cowok mana yang ga emosi liat cowoknya dihajar ga ada angin ga ada hujan?" Tanya Gojo. Shoko mencoba meredam emosi Gojo dengan mengusap tangannya.

"Iya, makanya lu beda sama Toge, sayang" Ucap Shoko.

"Gua cuma mau kesayangan gua baik-baik aja. Tapi sekarang malah kecolongan lagi" Ucap Gojo.

"Kita selesein bareng, Sho...gua gak nemu yang rasa leci...peach aja ya?" Ucap Geto yang baru saja datang seraya menyerahkan minuman kaleng pada Shoko yang kegirangan menerimanya. Geto mengusap sayang pipi Gojo, membisikkan kata 'kita bisa' dengan senyuman hangatnya. Gojo seakan tersihir dan meraih tangan Geto untuk dikecup.

"Gua gak dimanjain ya seharian ini...gak adil" Protes Shoko untuk, sengaja menggodai kedua pacarnya. Geto beralih mengecup bibir Shoko. Gojo pun langsung memeluk tubuh gadis itu dari samping.

"Astaga...kalian masih di area rumah sakit, tolonglah ya" Omel Shoko setelahnya. Keduanya tertawa.

"Yang minta siapa tadi hah?" Tanya Geto. "Sat, lo pulang aja deh, adek gak tidur. Bunda barusan telpon gua" Lanjut Geto. Shoko menganggukkan kepalanya.

"Kok gak nelpon gua ya?" Tanya Gojo.

"Lu bawel kata Bunda, rada males dia nelpon lu" Ucap Shoko, disambut tertawa geli oleh Geto.

"Dih hahaha, yaudah...gua serahin yang ada disini sama kalian ya? Suguru kalo ada apa-apa langsung telpon gua" Ucap Gojo, seraya mencari-cari kunci mobilnya.

"Gua mau lu tidur, istirahat. Pas pagi, cuma lu yang ga tidur..." Ucap Geto.

"Dia makannya apaan sih? Padahal abis ngegempur gua sama lu, Sug? Ga capek-capek apa?" Tanya Shoko. Geto melotot sambil tersenyum terkejut dengan ucapan Shoko.

"Hadeh ni cewek segala ngewe kita bertiga diungkit. Iya-iya gua tidur. Tapi janji telpon gua! Awas aja lu sendirian" Ancam Gojo.

"Iya sayang" Jawab Geto sambil merangkul Shoko.

"Sho jagain cowok gua...Suguru jagain cewek gua! Inget telpon gua!" Ucap Gojo sekali lagi.

____________

Toge terbangun saat seseorang menyalakan lampu kamar. Pemilik kamar sudah pulang. Gojo mendapati adik kesayangannya bersandar diatas ranjangnya dengan wajah kusut, mata membengkak, dan suara serak. Setelah melepas kemeja putih dan chest holster serta meletakkan kacamatanya diatas nakas, Gojo segera memeluk lelaki yang lebih mungil darinya itu.

Undeniable FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang