SaShiSu

453 23 0
                                    

Yuuta terbangun dari tidurnya lebih awal karena ia merasakan sensasi hangat yang menempel di tubuhnya. Hujan deras di luar dan suara petir membuatnya terkejut. Toge merapatkan pelukannya. Tersadar bahwa lelaki mungil yang sejak tadi gemetar menahan takut itu berusaha berlindung di pelukannya. Toge juga ikut terbangun rupanya. Lelaki mungil itu mengenakan sweater hitam kebesaran milik Yuuta dan celana pendek. Yuuta tersenyum kecil saat melihatnya mencengkram kaosnya. Lelaki bersurai hitam itu mencium puncak kepalanya.

Jam menunjukkan pukul 4 pagi. Toge mengerjap saat usapan lembut dari tangan yang sejak tadi ragu digenggamnya kini beralih mengusap lembut rahang dan pipinya. Toge mendongakkan kepalanya. Menatap Yuuta dikala lelaki itu baru terbangun merupakan hal yang paling Toge syukuri di dunia dan tak akan pernah disesalinya. Karena Yuuta yang baru bangun sungguh membuat jantungnya tak karuan. Suara seraknya, rambut berantakannya, hangat tubuhnya, adalah kombinasi mematikan. Amat sangat ampuh untuk membuat Toge terdiam memerah, membuat lelaki bermanik violet itu salah tingkah. Dengan cepat ia menundukkan wajahnya kembali. Yuuta khawatir dan kembali menaikkan wajah Toge, kali ini lebih dekat dengan wajahnya.

"Gege kenapa? Kok langsung nunduk? Masih sakit kah pantatnya?" Tanya Yuuta, tangan lelaki itu mengusap lembut bongkahan pantatnya yang tertutup celana. Toge membelalak teringat kejadian beberapa jam lalu. Mendadak kupu-kupu di dalam perutnya beterbangan dengan liarnya. Diggenggamnya kaos Yuuta bersamaan dengan suara petir. Yuuta mengeratkan pelukannya. Mengusap punggungnya, mengecupi kepalanya, satu tangan lagi berusaha menggenggam tangan Toge.

"Yuuta..." Panggil yang kecil. Yuuta menunduk. Melepas pelukannya, membuat Toge terkejut. Lelaki bersurai hitam itu menyejajarkan posisi tidurnya dan kembali memeluk tubuh Toge. Kali ini ia bisa melihat dengan jelas wajah tersipu malu Toge, serta detakan jantungnya yang cepat, sama sepertinya.

"Hmm? Kenapa sayang?" Tanya Yuuta, menyelipkan beberapa helai poni Toge ke belakang daun telinga. Dikecupnya lagi kedua pipi yang bersemu merah itu. Toge bersumpah jika apapun bisa ditukar untuk dapat hidup bersama Yuuta dan merasakan hal seperti ini setiap hari, Toge akan ikhlas menukarkan apapun yang ia punya untuk itu.

"Sesak..." Keluh Toge, matanya berkaca-kaca. Membuat Yuuta semakin khawatir. Yuuta sedikit menyesalkan kelakuannya sendiri. Ia yang berjanji kalau malam ini mereka tidak akan melakukan hal-hal selain bercengkrama dan menonton, namun ia pula yang mengingkari ucapannya hingga berujung pada seks liar mereka beberapa jam lalu. Yuuta akui ia hampir saja melepas batasan dirinya yang untung saja dengan susah payah masih bisa ditahannya. Yang menurutnya tidak begitu menyakitkan untuk Toge. Namun Yuuta tak pernah tahu bahwa seks mereka justru membuat Toge makin tidak bisa berjauhan darinya. Lelaki kecil itu memang kesakitan luar biasa. Ia kewalahan menerima begitu banyak kenikmatan yang Yuuta berikan pada tubuhnya dan jujur saja, dirinya yang ditumbuk berkali-kali oleh penis Yuuta yang ukurannya dua kali lebih besar dari ukuran penisnya sendiri membuat sisi liarnya aktif. Toge haus akan itu, namun ia tahu bahwa harus pelan-pelan.

"Mau minum?" Tanya Yuuta, kerlingan matanya mencemaskan Toge dan sedetik kemudian terkejut karena Toge menangis, tanpa suara. Kedua manik violet nan cantik itu berkaca-kaca menatapnya lembut. Wajahnya sempurna memerah. Jantung Yuuta berdenyut dan rasa ingin mencumbui Toge dihadapannya naik drastis. Dikepalnya tangannya sendiri kuat-kuat.

"M-mau...cium" Ucap Toge. Semu merah diwajahnya makin menjadi-jadi, menyebar hingga ke telinga. Toge tak kuat ditatap se intens itu oleh Yuutanya, di posisi seperti ini dan disaat seperti ini. Rasanya ia ingin meledakkan diri agar Yuuta paham kalau ia benar-benar sedang jatuh cinta padanya.

Lelaki bersurai hitam itu mendekat. Mulai melakukan apa yang Toge minta, mengecup keningnya, kedua pipinya, hidungnya, bahkan kedua matanya, dagu, rahangnya, leher Toge, dan yang terakhir, bibir. Kecupan itu awalnya hanya kecupan ringan namun Yuuta tak tahan dan dengan cepat menyesap bibir bawah Toge. Menghisapnya, mengigitnya gemas. Bergantian dengan bibir atas hingga Toge mengeluarkan erangan manjanya dan Yuuta meloloskan lidahnya ke dalam mulut Toge, lidah mereka berpagutan dan ciuman panas itu selesai tak lama setelahnya karena keduanya hampir kehabisan oksigen.

Undeniable FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang