Frost

276 18 4
                                    

Malam itu cuaca cukup buruk. Hujan hanya turun setitik demi setitik, namun udara dinginnya begitu menusuk hingga ke tulang. Sukuna memasang resletingnya. Namun lelaki disampingnya justru membuka jaketnya sendiri. Sukuna menggelengkan kepala. Mati heran. Ada sesuatu yang membuat Yuuta begitu menggebu-gebu ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya. Entah itu udara dingin atau sesuatu yang lebih penting dari hanya sekedar udara dingin.

"Lu yakin dia minta ketemuan di gang begini? Aneh banget gak sih?" Tanya Sukuna sedikit memelankan suaranya. Yuuta melirik ke arah sahabatnya dan menyingkirkan kepingan dauh diatas rambut Sukuna.

"Dia yang minta, dan...gua ada permintaan juga buat lu" Ucap Yuuta. Wajahnya amat sangat serius. Sukuna bergidik karena kedinginan.

"Kalo misalnya nanti dia nyerang kita, gua pengen lu lari sekenceng-kencengnya ke pos polisi di deket toko kue di luar gang ini. Lu laporin dia sesuai yang lu liat. Gua bakal disini nahan sampe lu dateng" Jelas Yuuta. Sukuna tercengang, wajahnya berkerut tak suka.

"Gak...Apaan banget gua kudu ninggalin lu, stres lu? Jalan lain kaga ada?" Tanya Sukuna, protes akan jalan pikiran sahabatnya itu.

"Na, nangkep ni orang susah banget. Gua mohon kerja samanya" Ucap Yuuta, memohon sambil menyerahkan jaketnya pada Sukuna. Sukuna mengigit bibirnya keras. Tinjunya mengepal. Ia mendengus tak suka. Amat sangat tak suka.

"Oke. Tapi lu janji sama gua. Janji lu bakal baik-baik aja, seenggaknya lu ga boleh kalah! Lu lebih kuat dari gua. Awas lu tumbang. Gua kontol-kontolin lu bangsat!" Ucap Sukuna kesal. Yuuta tertawa kecil dan menepuk pundak Sukuna.

"Iya, gapapa, kontol-kontolin aja...gak takut gua sama lu" Ucap Yuuta. Sukuna mendengus sambil tertawa.

"Gua serius ngentot...tolonglah. Seeggaknya pikirin Toge, Gua ogah ntar diamuk dia kalo lu kenapa-kenapa. Backingannya serem semua anjir" Keluh Sukuna.

"Jagain Toge ya, Na" Ucap Yuuta sambil melempar senyum lembutnya pada Sukuna. Senyum yang sedetik kemudian berubah menjadi tatapan bengis karena Sukuna jatuh pingsan akibat sebuah jarum yang menancap di tengkuknya. Yuuta sudah menduga hal ini akan terjadi. Dengan cepat dipeluknya tubuh Sukuna dan bersembunyi dibalik tempat sampah besar. Ia menekan tombol telpon pada ponsel Sukuna ke nomer Gojo. Dan memencet tombol aktif pada alat pelacak miliknya dan milik Sukuna yang terhubung langsung pada ponsel Gojo. Tak butuh waktu lama untuk Gojo mengangkatnya.

"Mundur, Ta. Bahaya. Biar gua sama bawahannya Geto yang kesana. On the way" Ucap Gojo.

"Sukuna diserang bang...dia pingsan. Ini lagi sembunyi di balik tempat sampah...mereka rame, ada 5 orang lebih" Bisik Yuuta. Sedikit panik karena ia tak membawa senjata sama sekali dan jumlah penyerang jauh lebih banyak.

"Bangsat...Ta, hati-hati. Ngehindar. Tunggu gua dateng, Geto udah telpon polisi...jangan panik" Ucap Gojo. Yuuta berdeham. Menarik nafas dan menghembuskannya teratur. Mencoba tenang dalam kondisi yang pernah ia lalui kala usianya 7 tahun. Ia sedikit teringat dan malam ini entah mengapa hal menyebalkan ini justru membuatnya tersenyum pahit. Yuuta merasa ia tak akan selamat kali ini. Lelaki bersurai hitam itu mengeluarkan ponselnya dan membuka room chat nya bersama Toge, lalu merekam pesan suara disana.

"Sayang, Yuuta pergi buat nyelesein masalah dulu ya. Jangan cari Yuuta, nanti Yuuta yang pulang sendiri. Kamu makan yang teratur. Nurut sama Sashisu, jangan begadang. Yuuta sayang kamu, cinta kamu Toge''. Pesan suara itu telah terikirim tepat bersamaan dengan meledaknya bom asap tak jauh di dekat mereka bersembunyi. Seseorang menyeret kaki Yuuta dan membawanya menjauh. Dengan berat hati, Yuuta melepaskan dekapannya pada Sukuna dan meninggalkan tubuh temannya di balik asap yang tebal. Ia memejamkan mata dan menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya bangkit dan mematahkan leher orang yang menarik kakinya. Satu orang tumbang. Yuuta mengambil baton yang dipegang musuhnya yang sudah tak sadarkan diri itu. Dirinya menajamkan pendengarannya dan berhasil memergoki dua orang lainnya di balik tumpukan kardus. Satu tumbang, yang satunya cukup sulit karena ia memegang sebuah pisau. Yuuta menatapnya datar. Orang yang ingin menyerangnya ini bahkan tak punya kuda-kuda bela diri yang bagus, justru terlihat ketakutan mengahadapinya.

Undeniable FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang