10. Kata Mereka

32 6 0
                                    

"Bodoh dalam pelajaran, bukan berarti gak punya masa depan."

Happy reading

Lagi dan lagi Nanda datang ke sekolah terlambat. Di depan gerbang ia cepat-cepat memasukkan koran ke tasnya. Ia berniat melewati halaman belakang sekolah dan memanjat. Namun saat ia turun dari dinding ia malah ketahuan oleh salah satu guru.

"Nanda Adhitama, keputusan yang sulit kamu menaiki dinding ini," ucap salah satu guru dengan membawa sebuah tongkat kayu yang biasanya digunakan untuk arahan siswa yang terlambat.

"Pak John!" kaget Nanda. "Duh, mampus ini mah," bisik batin Nanda.

Pak John merupakan guru yang mengajar bahasa Inggris. Ia termasuk dalam salah satu kandidat guru muda. Namun meski usianya muda, didikannya tegas. Banyak murid yang menganggapnya galak. Pak John biasanya suka ditugaskan untuk berjaga jika ada murid yang terlambat juga menghukum murid yang terkena razia.

"Pak, punten pisan ini mah. Ini saya mau loncat, kalo bapak masih terus disitu tangkap badan saya ya."

Pak John menunjuk Nanda dengan tongkatnya. "Bisa-bisanya kamu nyuruh saya tangkap badan kamu. Dasi kamu kemana? Ini masih pagi seragam kamu udah gak beraturan bentuk keluar-keluar. Kamu mau cari ilmu atau cari ribut Nanda?" omelnya panjang lebar.

"Keduanya sih Pak."

"Masih bisa jawab?"

"Ya kan saya punya mulut, yaudah jawab."

Pak John naik darah menghadapi Nanda. Ia mendekat dan menyuruh Nanda untuk turun dari dinding.

"Turun kamu!"

"Ehh Pak jangan mendekat! Ini nanti badan saya jatuhnya ke belakang!" Nanda panik.

"Turun atau saya lebih mendekat dan nyuruh kamu puter arah lewat gerbang depan?"

Nanda bingung memilih di antara kedua opsi itu. Jatuh sekarang malah akan membawanya ke ruangan BK, puter arah malah memakan waktu. "Yaudah saya pilih opsi ketiga!"

"Saya gak buat opsi keti—AAAA!" Belum sempat menyelesaikan ucapan, Pak John berteriak dengan menutup matanya.

Nanda melompat tanpa aba-aba. Hal itu membuat Pak John panik apabila tubuh Nanda akan jatuh menimpa dirinya.

Bruk!

HAP!

Nanda berhasil melompat dan ia menatap ke belakang. Pak John masih menutup matanya takut, hal itu Nanda jadikan kesempatan untuk kabur.

"Nanda Adhitama!" Teriak Pak John begitu menengok ke belakang dan Nanda berusaha kabur. "Lihat nanti waktu jam istirahat!"

Nanda tak peduli dan ia tetap berlari ke kelas yang berakhir mendapat teguran dari Pak Shaidan.

🌱

"Pembagian kertas nilai!" ucap salah satu anak lelaki di depan kelas. Ia ditugaskan membagikan lembaran kertas tugas IPA yang telah dinilai. Semua siswa tengah asik dengan jam istirahatnya, ada yang asik berbincang, asik pergi ke kantin, asim bermain di luar, dan sebagainya.

Cakra tak biasanya ia hanya berdiam diri di kelas, menidurkan kepalanya dengan lemas di atas meja. Aji sendiri yang merupakan teman sebangku merasa aneh sebab sikap Cakra tak biasa, tak mau diajak pergi ke kantin seperti biasanya. Tapi ia mencoba paham dengan situasi Cakra, sepertinya temannya hanya sedang lelah.

"Ehh, liat deh. Tumben banget si murid pinter dapet nilai 50." Si murid yang membagikan kertas tugas malah membicarakan nilai bukannya memberikan kertas kepada si pemilik.

7 ProblematicsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang