17. Special Time

33 4 3
                                    

"Dunia sesempit itu ya?"

•Happy reading•

"Sekarang kita belajar apa?"

"Belajar ikhlas," jawab Nanda.

"Ihh Nanda serius," Reyhan kesal. Kalo semisal tidak ada banyak orang mungkin ia sudah menoyor kepala Nanda.

"Kak Nanda kita belajar apa?" si menggemaskan Kian adik Shaka bertanya.

Sore ini Nanda, Shaka, Reyhan, dan beberapa anak lainnya berkumpul di sebuah gubuk kayu kecil. Ini merupakan salah satu jadwal Nanda, tidak sering ia lakukan tapi pastinya itu tercatat untuk dilakukan.

Tempat di mana Nanda bergaul dengan anak-anak seperti Shaka dan Reyhan yang tidak bersekolah. Beberapa dari mereka seumuran, beberapa pula masih lebih muda dari Nanda. Kesepakatan sahabat juga janji untuk dirinya mengajari ilmu dasar seperti membaca, menulis, dan menghitung.

Ya, dirinya ingin menolong anak-anak itu. Kalaupun tidak bisa bersekolah, setidaknya mereka mampu membaca, menulis, dan menghitung. Setelahnya ia memberi ilmu lebih jikalau mampu.

"Pelajaran yang paling kamu suka apa?"

"Yang pasti pelajaran hidup sih Nan," Reyhan menyeletuk.

Nanda mendengus, setelah Harsa yang membuatnya emosi di sekolah, akan ada Reyhan yang menggantikan ketika di luar. "Gak ada yang nanya sama kamu."

Reyhan mengepalkan tangannya, ia harus sabar. Shaka sendiri hanya menyimak perdebatan keduanya, ingin melerai tetapi terlalu disayangkan jika dihentikan.

"Matematika," tutur Shaka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Matematika," tutur Shaka.

"Masa matematika lagi? Gak bosen apa?" Nanda sebal kenapa harus matematika lagi?

"Kamu menang olimpiade, kan? Ya pasti matematika," Reyhan menyahut.

Nanda menunduk, sejujurnya ia tidak yakin dengan kemenangan yang diraihnya. Ia percaya bisa menang, tetapi tidak yakin untuk maju ke jenjang lebih tinggi.

"Kak Nanda pinter!" teriak Kian di gubuk itu.

"Kak Nanda pinter!"

"Kak Nanda pinter!"

"Kak Nanda pinter!"

"Kak Nanda pinter!"

Suara-suara itu memenuhi gubuk. Satu anak yang berteriak lalu disahuti yang lain. Nanda tidak pernah menyangka jika kalimat itu akan ditujukan terhadap dirinya langsung.

"Kalo bukan karena kamu, mereka belum tentu bisa baca apalagi menghitung," Shaka berucap pelan.

"Percaya diri, kita di sini yang bakal dukung kamu," Reyhan menepuk pelan bahu Nanda.

Nanda menatap kedua temannya. Temannya yang selalu menjadi partner ketiga berdagang, partner mencari uang, partner mengajar anak-anak di gubuk itu. Jika bukan karena keduanya, mungkin belum tentu Nanda dapat bertahan, belum tentu Nanda merasa bahagia akan list kehidupan yang tercatat di jadwalnya.

7 ProblematicsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang