"Jangan membuat kakak merasa gagal sebagai seorang kakak." — Sanjaya
•Happy reading•
Cakra dirawat di rumah sakit.
Kabar itu menggeparkan teman-temannya. Mereka baru tahu jika penyakit Cakra cukup parah. Asam lambungnya naik, antara salah makan ataupun Cakra yang terlalu stress.
"Ini yang kamu maksud rumput tangguh?" Harsa bingung melihat kertas sobekan di buku Nanda.
"Ya, cocok banget itu." Nanda menjawab dengan pandangan yang sibuk terhadap buku matematika.
Nanda dan teman-temannya memutuskan untuk mengerjakan tugas bersama saat jam pulang. Tugas matematika yang membuat Harsa misuh-misuh karena banyak itu akan dikumpul besok. Kepintaran mereka yang jauh di bawah Albert Einstein pusing tujuh keliling mengatasi tugas tersebut.
Mereka mengerjakan di kantin yang untungnya belum tutup. Namun sayang kekurangan satu personil terpintar yakni Cakra. Cakra yang paling bisa diandalkan dalam mengerjakan tugas bersama.
"Angka 1 sampai 7 itu apa?" Aji bertanya, ia juga ikut kepo dengan gambar Nanda. Jarang sekali Nanda mau menggambar.
"Itu personilnya."
Fano yang berada di sana ikut kepo. "Ini kita?"
Nanda tersenyum. "Nah sadar juga, pinter kamu."
"Yang pohon siapa?"
"Pak Shaidan."
Jawaban Nanda membuat semuanya tergelak tawa. Kenapa harus Pak Shaidan?
"Setelah bebegig sawah, Pak Shaidan berevolusi jadi pohon?" terka Harsa diiringi kekehan.
"Coba jelasin makna gambar ini deh," pinta Fano. Ia tahu jika tak mungkin Nanda menggambar asal. Lebih baik anak itu membuat pesawat kertas dengan tulisan akan mimpinya ketimbang menggambar.
"Rumput ini adalah kita yang akan selalu bertumbuh. Kenapa saya pilih rumput? Karena rumput diinjak berapa kali pun dia gak akan nyerah, pasti aja ada peluang buat dia tumbuh lagi." Nanda menjelaskan.
"Kalo pohon sama Pak Shaidan apa hubungannya?" kini giliran Aji yang bertanya.
"Pak Shaidan bisa dibilang inspirasi juga pelindung. Kita sebagai rumput ada di bawah, Pak Shaidan sebagai pohon melindungi dan mengiringi pertumbuhan rumput. Guru juga seperti itu kan? Mereka mendidik dan menemani kita bertumbuh."
Semua mengangguk paham. Namun Fano kembali termenung.
"Trus makna keseluruhan apa?"
Nanda berdecak, "Kamu banyak nanya kayak Dora."
Fano terbawa emosi, temannya itu tidak sadar diri. Sama-sama kembaran Dora yang kesekian. Ini saatnya Fano melayangkan jurus andalan.
"Astaghfirullah jangan perang dulu!" Harsa menghalangi Fano, sedangkan Aji menahan tangan Fano.
"Kalem atuh euy! Otak lagi panas hati jangan ikutan panas," Harsa menasihati dan berhasil meredakan emosi Fano.
Nanda diam, jika otot Fano sudah bertindak maka jiwa pun tidak bisa memberontak. Sebenarnya bisa saja Nanda meladeni Fano, tapi ia tidak mau. Kasihan Harsa dan Aji akan naik darah melihat pertengkaran.
"Maaf, kalem heula," Nanda menarik nafas. "Jadi intinya, kita itu anak murid yang dilindungi Pak Shaidan. Saya ingin kita seperti rumput yang terus berjuang meski banyak orang menginjak-injak diri kita."
"Ini kan 7 personil, sedangkan personil yang deket sama kamu itu cuma 5. Yang 2 kemana?" tanya Harsa.
"Itu masih misteri, nanti kalo udah waktunya kalian tahu."
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Problematics
FanficHidup kalian seperti apa? "Semuanya berantakan, gak ada yang mulus," begitu jawab mereka. Kisah mereka yang tidak semulus itu dibalut dengan canda tawa ria. Gunanya sih buat nutupin berantakannya itu. Istilah singkatnya mereka pake topeng. ~~•~~ ...