"Apapun itu, motto hidup Aji adalah satu, jangan pernah sakiti hati bunda."
•Happy reading•
Dalam kehidupan Nanda, teman yang paling pertama dan dekat dengannya adalah Ajinata Virendra atau biasa dipanggil Aji. Keduanya dekat sebab jarak rumah mereka tidak terlalu jauh, beda gang saja, bedanya juga tidak jauh karena gang rumah mereka hanya berseberangan. Setiap hari ke sekolah Aji dan Nanda pasti selalu dekat, namun berbeda ketika hari Sabtu ataupun Minggu tiba, Aji dan Nanda jarang-jarang bermain. Bukan tanpa alasan, tetapi setiap kali Aji ajak untuk bermain ketika hari Sabtu ataupun Minggu Nanda tidak ada di rumah, ia tidak tahu anak itu pergi kemana.
"BUNDA HANDUK AJI KETINGGALAN!!!" Pagi itu seorang anak berteriak di balik kamar mandi, saat itu anak tersebut berusia 6 tahun. "BUNDAA!!!" Anak tersebut terus berteriak memanggil bundanya untuk meminta tolong mengambilkan handuknya yang ketinggalan.
"Nih," bundanya telah datang dengan membawa handuk bergambar karakter Doraemon. "Jangan kebiasaan ketinggalan."
"Hehhe iya, maaf bunda. Aji gak akan lakuin lagi." Anak itu terkekeh lalu menutup pintu kamar mandi dan melilitkan handuknya di badan. Sesudahnya ia segera berlari ke kamar dan memakai baju. Ia mengambil sisir dan menyisir rambutnya yang setengah basah.
"Kurang satu," suara bundanya datang dari arah pintu. Sang bunda mengambil bedak lalu menaburkannya di tangan dan diusapkam ke wajah Aji. "Selesai."
Aji menatap cermin, wajahnya kini putih dan cemong karena bedak yang dipakaikan bundanya. Ia mengelap bedak yang ada di pipi kanannya. "Bunda, Aji udah gede. Malu atuh kalo cemong gini."
"Gapapa, itu biar kamu ganteng dan wangi."
Mata Aji berbinar dan menatap sang bunda, "Ganteng kayak Jack Frost?" tanyanya. Aji memang suka dengan karakter Jack Frost, awalnya ia menyukai Anna dan Elsa Frozen, namun karena sering diejek jika dia aneh sebagai anak lelaki suka dengan kedua karakter itu, akhirnya ia menggantinya dengan Jack Frost.
"Iya, kayak Jack Frost bahkan lebih. Amin lebih mirip Lee Min Hoo," bundanya tertawa sembari mencubit gemas pipi Aji.
"Ihh bunda, kenapa harus Lee Min Hoo terus sih?" Aji sedikit mengomel, ia merasa bosan sebab ketika ada pembicaraan yang berhubungan dengan ketampanan, sang ibunda pasti akan mengaitkannya dengan aktor Korea ternama yakni Lee Min Hoo. Aji tidak mengerti di bagian mana Lee Min Hoo bisa tampan? Yahh memang sih tampan, tapi apakah sampai harus ibu-ibu di setiap gang tempat tinggalnya mengidolakan aktor tersebut? Bukan iri ataupun benci, hanya saja ia bosan selalu nama itu yang disebut. Tapi tak apalah, mana tahu aktor tersebut bisa ia jadikan inspirasi untuk kedepannya.
Telah selesai dengan acara mendadani Aji agar tampak tampan, keduanya kini menuju ke meja makan. Saat sampai Aji memundurkan langkahnya.
"Bunda kok di piring Aji ada nasi??" Aji bertanya dengan wajahnya yang sedikit histeris.
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Problematics
FanfictionHidup kalian seperti apa? "Semuanya berantakan, gak ada yang mulus," begitu jawab mereka. Kisah mereka yang tidak semulus itu dibalut dengan canda tawa ria. Gunanya sih buat nutupin berantakannya itu. Istilah singkatnya mereka pake topeng. ~~•~~ ...