20. Behind the Story

50 5 0
                                    

"Nama? Jangan tanya nama, nama aku terlalu cantik nanti kamu jatuh cinta."

•Happy reading•

"Pak! Jadi, kan?" tanya Nanda dengan riang. Jam baru menunjukkan pukul 2 siang, tumben sekali Nanda sudah datang ke rumah Pak Shaidan, biasanya ia baru datang sore hari.

"Iya, jadi," jawab Pak Shaidan sembari membuka rak piring mencari keperluan memasak.

Kemarin setelah menenangkan Nanda dari traumanya, Nanda meminta bantuan Pak Shaidan tentang resep masakan. Awalnya Pak Shaidan ragu, tetapi ia mengingat mengenai janji 3 permintaan kepada Nanda. Alhasil tak ada alasan untuk menolaknya. Sekaligus ia juga bisa membangkitkan jiwa dirinya yang dulu.

Dengan berpikir singkat, Pak Shaidan memutuskan untuk berbagi resep kue kukus aja. Itu biasanya bisa awet cukup lama jika disimpan dengan baik, cukup menguntungkan juga untuk Nanda menjualnya.

"Bapak nyari apa sih?" Nanda sedari tadi memperhatikan.

"Nyari otak kamu."

Nanda yang tadinya menidurkan kepala di meja dengan malas langsung terbangun. "Kalo nyindir jangan terlalu jelas gitu dong pak," tutur Nanda.

Pak Shaidan hanya terkekeh kecil hingga akhirnya menutup rak piring. "Yah, gak ketemu."

Nanda hanya memberikan bombastis side eyes pak Shaidan. Pak Shaidan sendiri lantas merogoh dompetnya dan mengeluarkan sejumlah uang.

"Uang jajan?"

"Nggak ya! Beli panci sana di pasar, panci punya Bapak hilang."

Nanda menerima uang tersebut. "Panci kok dimakan, hilang kan jadinya."

"Gak ada yang makan pancinya, udah sana beli."

Nanda mengangguk saja, saatnya ia meluncur ke pasar. Baru saja sampai keluar gerbang rumah Pak Shaidan, Jengki si kucing malah mengikuti kakinya. Sepertinya tak masalah, ia pun memilih membawa kucing tersebut.

Sepanjang jalan Nanda melirik kanan kiri, cukup banyak yang menjual perabotan, tetapi ia mencari yang murmer alias murah meriah. Siapa juga yang tidak tergiur dengan barang murah tapi kualitas bagus? Meski cukup sulit sih menemukannya.

"Ibu, bapak, aa, teteh, neng cantik, nu geulis, perabotannya atuhhh.." suara pria menarik perhatian Nanda. "Pancinya atuh, murah meriah nih, beli 1 gratis barang lain."

Nanda menghampiri penjual tersebut. "A, beneran murah?"

 "A, beneran murah?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌱

"Loh Novia? Ngapain di sini?" Reyhan baru saja pulang dari berjualan. Di depan warung Bang Hendra, ia menemukan Novia yang tengah asik mengemut permen rasa mangga yang berbentuk kaki, permen legend pada masanya.

7 ProblematicsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang