7. Rumput Kedua: Shaka Pratama

34 5 0
                                    

"Shaka gak benci mama, tapi pertanyaan Shaka cuma satu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Shaka gak benci mama, tapi pertanyaan Shaka cuma satu. Kenapa harus Shaka yang menanggung semuanya?"

•Happy reading

"Excuse me." Seseorang yang tidak Shaka kenal tiba-tiba saja muncul dengan menepuk punggungnya pelan.

"Oh ya?" Shaka berbalik, ia merasa asing dengan orang yang ada di hadapannya. Rambutnya berwarna berbeda, seperti blonde?  Warna matanya biru.

"I want to ask. Where can i find a convenience store."

Oh tidak. Saat itu juga Shaka membutuhkan Nanda, atau yang paling pasti dan berguna adalah kamus berjalan. "I'm sorry, I tidak can ngomong Inggris."

"What??" Orang asing tersebut bingung. Tidak paham dengan bahasa Shaka yang dicampur.

Shaka semakin bingung. Ia menggaruk kepalanya. Ia sedikit paham dengan apa yang diucapkan orang asing itu, hanya saja tidak bisa menjawabnya dengan bahasa Inggris.
Maklum, dahulu saja ia hanya mengerti bahasa Inggris "yes" dan "no". Beruntung sekarang meningkat meski bingung cara menjawabnya bagaimana.

Alhasil Shaka menggelengkan kepalanya. Berusaha menjawab dengan sedikit menggunakan bahasa tubuh. "I tidak can ngomong Inggris."

Melihat gelagat Shaka, orang asing itu tertawa. "I'm sorry, I think you are like me can speak English. Because your face is like a foreigner who can speak English."

Shaka yang sedikit paham membatin. "Dari sekian banyak orang bule yang saya temui, cuma ini yang penglihatannya kayaknya salah. Muka lokal bin Sunda-able disangka bule."

"Hellooo, kamu paham?" Orang asing itu melambaikan tangan ke arah Shaka yang melamun.

"O–oh maksudnya minimarket?" jelas Shaka.

"Nah iya, minimarket. Bisa antar?"

Shaka mengangguk, ia memimpin jalan di depan. Rasanya ia senang, sebab orang asing itu cantik. Siapa saja pasti terpukau ketika melihatnya, rambut panjang berwarna blonde. Mata indah berwarna biru.

Shaka juga merasa bersyukur, setidaknya orang asing yang merupakan wanita itu tidak bar-bar. Banyak wanita yang jika bertanya kepada Shaka akan bar-bar dan ngegas. Tak jarang jantungnya serasa dikejar preman karena rasa takut. Namun wanita yang bersamanya ini berbeda, santai meski membuat otaknya pusing.

Sesudah mengantarkan wanita tersebut ke tempat tujuan, Shaka berniat langsung pergi. Namun wanita itu menahannya dan menyodorkan uang.

Shaka menggeleng dan tangannya bergerak mengisyaratkan menolak. "Gak perlu, saya memang berniat menolong. Gak perlu kasih imbalan."

7 ProblematicsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang