"Aji maunya ayah yang asli, bukan yang udah beristri." - Aji
•Happy reading•
"100?" Pak Shaidan cukup terkejut dengan perolehan nilai Nanda. Ia mencari buku lainnya. Nanda, Fano, Aji, dan Harsa. Ketiga buku itu ditatanya di meja.
Semua nilai yang tertera sama yakni 100. Sungguh keajaiban kelas, hanya keempat anak itu yang mendapat nilai 100. Tak biasanya, sebenarnya masuk akal terjadi jika mereka kerja sama dengan Cakra. Hanya saja Cakra tidak masuk, bagaimana mungkin membantu?
Pikiran negatif melintas di kepalanya. Mungkinkah mereka diam-diam menghampiri Cakra? Lalu mereka saling menyontek?
Oh tidak! Pak Shaidan menggelengkan kepalanya. Hanya karena anak-anak itu tak sering mendapat nilai bagus bukan berarti ia harus menuduh mereka menyontek tanpa bukti yang jelas.
Namun ia penasaran, ia ingin tahu cara apa yang digunakan anak-anak itu agar tugas selesai dengan baik. Ia berniat memanggil Aji pertama saat jam istirahat.
"Saya buat kesalahan Pak?"
"Saya melanggar aturan Pak?"
"Aji nakal ya Pak?"
Baru saja masuk ruangan Pak Shaidan, Aji langsung membanjiri Pak Shaidan dengan bayak pertanyaan.
"Bukan, kamu tenang dulu," Pak Shaidan menyuruh Aji untuk duduk dahulu. "Kamu anak baik, Bapak cuma mau tahu tanya apa kamu mengerjakan tugas matematika 2 hari lalu dengan bekerja sama?"
Aji menarik nafasnya lega. Ternyata tugas, bukan tentang dirinya yang nakal. Sebenarnya Aji tak perlu khawatir sebab dirinya anak baik-baik, tapi ini pertama kalinya ia dipanggil ke ruang guru.
"Iya Pak, kerjasama bareng Fano, Nanda, sama Harsa."
"Nilai kalian semua 100."
Aji terlonjak kaget. Ia benar-benar tak menyangka.
"Gak sia-sia kerjasama kita meski berakhir dengan ghibah," ucap Aji bangga.
"Kalian kerjasamanya seperti apa?" tanya Pak Shaidan.
Aji yang polos tak memiliki rasa curiga dengan Pak Shaidan yang bertanya seperti itu. Ia menjelaskan saja kejadian kemarin. "Kita kerjain sama-sama dari nomor ke nomor. Kalo ada yang gak bisa kita bantu, terus kita cek dan samain jawaban yang tepat."
Pak Shaidan mengangguk paham. Ia pun mempersilahkan Aji kembali ke kelas lalu memanggil Fano.
"100!" Kaget Fano mendengar ucapan Pak Shaidan. Ia menatap tak percaya. Rasanya kemarin banyak gosip dan drama yang terjadi ketika mengerjakan tugas. Bahkan ia sendiri cukup tak yakin ketika menyamakan jawaban dengan milik Nanda. Tapi ia tak peduli, yang penting salah dan benar kompak.
"Menyamakan jawaban dengan milik Nanda?" tanya Pak Shaidan setelah mendengar cerita Fano.
Fano mengangguk. "Ini kita bukan nyontek ya Pak apalagi cuma salin jawaban Nanda. Sedari awal kita kerjain masing-masing dan kalo ada yang gak bisa kita bantu sama-sama. Lalu kita samain jawaban milik Nanda karena Nanda yang paling tepat juga dia sendiri yang memang paling banyak bantu kita."
Penjelasan Fano membuat Pak Shaidan mendapat informasi baru. Selanjutnya ia memanggil murid terakhir. Harus sabar sekali dirinya bertemu dengan murid tersebut.
"Jampi-jampi saya manjur juga ya Pak bisa dapet nilai 100." Harsa berucap dengan tatapan sok keren. Melihat ekspresi lelah Pak Shaidan membuatnya tertawa. "Bercanda Pak."
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Problematics
Hayran KurguHidup kalian seperti apa? "Semuanya berantakan, gak ada yang mulus," begitu jawab mereka. Kisah mereka yang tidak semulus itu dibalut dengan canda tawa ria. Gunanya sih buat nutupin berantakannya itu. Istilah singkatnya mereka pake topeng. ~~•~~ ...