XIV

720 88 8
                                    

Lisa berhenti saat mereka keluar.

"Ada apa? Punggungmu harus segera di obati."

"Apa om punya salep?"

Sehun mengerutkan keningnya. Bingung, karena Sehun sendiri tidak tahu bagaimana bentuk salep yang diminta Lisa.

"Aku tidak tahu."

Lisa menghela napas pelan. Wajar kalau Sehun tidak tahu, karena Lisa yakin, laki-laki dewasa didepannya ini jarang terluka.

"Apa disekitar kantor om ada apotik?"

"Lisa, punggung mu harus segera di obati. Kita ke rumah sakit sekarang ya?"

"Kalau kerumah sakit lagi, lama om. Ditambah pasti macet. Dan punggungku rasanya panas sekali. Hanya ada satu cara untuk mengobati punggungku. Yaitu pakai salep."

"Kalau begitu aku saja yang beli. Kau tunggu dikamarku saja." Tanpa menunggu balasan Lisa, Sehun pun segera pergi dan Lisa tidak punya pilihan lain selain menuruti keinginan Sehun.

Lisa masuk dan menemukan Yeri yang tengah membaca berkas di laptopnya.

"Ibu Yeri?"

Yeri tersentak ditempatnya.

Kepalanya menunduk, seraya menyembunyikan kegugupannya. Sial, dia ketahuan.

"M-maafkan saya Lisa. Saya tadi tidak sengaja."

"Apa yang kau lakukan di laptopku?"

Lisa tidak menanggapi permintaan maaf Yeri, melainkan menanyakan apa yang dilakukan Yeri pada laptopnya.

"I-itu s-saya hanya bisa ingin mematikan laptop mu. Karena ku pikir kau keluar bersama pak Sehun jadi aku berniat untuk merapikan tempat kerja pak Sehun."

Lisa sedang tidak mood berdebat dengan wanita ini, jadi Lisa pergi begitu saja. Karena punggungnya rasanya sangat perih dan Lisa ingin segera membuka bajunya agar punggungnya bisa kena angin.

Beberapa menit berlalu dan Sehun pun masuk dengan membawakan obat-obatan.

"Salepnya banyak sekali."

"Aku tidak tau merek apa yang cocok untukmu jadi kubelikan semua."

Lisa terkekeh, "padahal sama saja. Sama-sama mengobati luka bakar."

"Oleskan." Pinta Lisa.

Sehun baru sadar jika sedari tadi Lisa tidak memakai bajunya.

Rahangnya mengeras saat melihat punggung Lisa yang memerah. Bahkan terlihat ada cairan gelembung disana.

Lisa meringis, membuat kesadaran Sehun kembali saat memikirkan luka Lisa.

"Maaf."

Lisa diam saja, menikmati usapan lembut dari Sehun.

Sehun tersadar dengan apa yang dia lihat didepannya.

Punggung Lisa begitu mulus, hingga ruam merah pada punggung Lisa terlihat jelas. Sehun menelan salivanya dengan susah payah saat fokusnya tiba-tiba terpecah.

Tidak mungkin! Hanya karena melihat punggung Lisa, gairahnya bisa naik begini.

Tangan Sehun bergetar tanpa alasan, dan sesuatu diarea pahanya bergetar. Sehun berdiri dengan tiba-tiba membuat Lisa menoleh terkejut.

Bahkan kini Lisa berhadapannya dengan selimut menutupi area dadanya membuat Sehun pusing tiba-tiba.

"A-aku ingin ke toilet."

Ucap Sehun dengan susah payah dan segera meluncur ke toilet tanpa menunggu apapun lagi.

"Brengsek! Bukan seperti ini!" Maki Sehun pelan.

Marry Your FatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang