21. Perginya sisa kebahagiaan

376 33 0
                                    

'Kenapa engkau ambil lagi seseorang yang paling berharga di hidup aku satu-satunya Tuhan?'

~Riko Brady Clavis~
______________________________________

Di kediaman Riko

Kini Raka sedang berada di ruang tamu, dia sudah ada janji dengan Kakaknya yaitu Raki Barry Clavis, yah orang yang dibunuh Valeno adalah kakak dari seorang Riko Brady clavis atau bisa dibilang mereka itu kembar, dia ingin bertemu dengan kakaknya karena ada yang ingin di bicarakan, sudah menunggu lama tetapi Raki belum juga datang, andai Riko tau kalau kakaknya meninggal karna dibunuh.

"Kak Kakak kemana sih, kok lama" ucap Riko resah karena menunggu sang kakak.

"Kok dari tadi perasaan gua ngga enak yah, ada apa ini? Semoga ngga ada apa-apa" lirihnya, disaat Riko sedang duduk di ruang tamu tiba-tiba bel berbunyi pertanda ada tamu datang.

"Itu pasti kak Raki" ucapnya dengan mata berbinar, dia langsung pergi untuk membukakan pintunya.

Ceklek

"KAK-"

Deg

Belum selesai dia berbicara dia di kagetkan dengan orang yang sudah tergelatak penuh darah di depan rumahnya, tubuh Riko membeku, jantungnya berdetak lebih kencang, perasaan dia mulai tidak enak, dia mendekati mayat tersebut, dia berjongkok di sampingnya lalu Riko memegang kepalanya ingin melihat siapa mayat itu.

Deg

Tubuhnya membeku, jantung bertambah kencang, keringat dingin mulai menetes di keningnya, mata yang sudah berkaca-kaca.

"Ka-kakak, engga haha, ngga! Ini pasti bukan kak Raki, gua pasti salah liat, Iyah ini pasti salah liat" ucapnya menggelengkan kepalanya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Pasti kak Raki lagi bercandain gua, Iyah pasti kak Raki mau nge prank haha, kak Raki kan biasanya suka jahilin gua, mungkin Kak Raki lagi ngumpet sekarang, coba gua cari, pasti dia lagi ngumpet haha" ucap Riko menyangkal tidak percaya, dia berdiri dan mencari keberadaan Raki yang menurut dia Raki sedang jahilin dia, dia mencari dengan air mata yang terus menetes.

"KAK, KAKAK PASTI ADA DISINI, KELUAR KAK JANGAN JAHILIN RIKO LAGI, KAK! KAKAK DIMANA, JANGAN BERCANDA KAK! NGGA LUCU TAU NGGA!" teriak Riko dengan terus mencari Raki di sekitar rumahnya, dia terus keliling disekitar rumahnya tetapi dia tidak menemukan siapapun.

"Kak jangan bercanda, ini ngga lucu, Raki ngga mau di bercandain kaya gini kak, ayo keluar jangan ngumpet kak, KAKAKKK!" lirihnya dengan mata yang sudah memerah karena tangisnya.

"Engga ini ngga mungkin! Itu pasti bukan Kak Raki, itu pasti boneka Iyah pasti boneka, KAK KELUAR IHHH JANGAN JAHILIN RIKO LAGI, NGGA LUCU TAU! RIKO MARAH NIH KALO NGGA MAU KELUAR LAGI" ucap Riko dengan terus berteriak, dia terus mencari dan berteriak tetapi tidak ada satupun yang muncul, langit yang gelap, suasana yang sangat sunyi, Riko berjalan ke mayat Raki dengan bergontai, dia terjatuh di dekat sang kakak, dia memeluk tubuh Raki yang penuh dengan darah, tangis Riko pecah melihat tubuh sang kakak yang sudah tidak bernyawa lagi.

"KAKAKK BANGUN KAK, BANGUN! INI NGGA LUCU KAK! bangun kak jangan jahilin Riko dengan kaya gini, bangun, Riko mohon, Riko mau kasih tau kakak kalau Riko mau nikah kak, Riko mau minta Restu sama kakak, bangun kak" ucap Riko di akhiri dengan lirihan.

"ARRRGGGHHHH SIALAN! KAK BANGUN! JANGAN TINGGALIN RIKO KAK! BANGUN! kenapa? Kenapa kakak ninggalin Riko sendirian disini? Kenapa kakak biarin Riko disini sendirian? Kenapa ngga ajak Riko kak, kenapa? Riko ngga punya siapa-siapa lagi disini selain kakak" lirihnya dengan memeluk tubuh sang kakak, tangisnya pecah, hatinya hancur melihat mayat sang kakak.

"BANGUN NGGA! BANGUN KAK! JANGAN TINGGALIN RIKO, RIKO MOHON KAK, JANGAN TINGGALIN RIKO SENDIRIAN DISINI, AYO BANGUN KAK!" teriak Riko dengan tangisnya.

"TUHAN KENAPA ENGKAU AMBIL SISA KEBAHAGIAAN RIKO?! KENAPA TUHAN? KALAU TUHAN AMBIL KAKAK RIKO KENAPA NGGA AJAK SEKALIAN RIKO! kenapa engkau ambil satu-satunya orang yang berharga dihidup Riko, setelah engkau ambil kedua orang tua Riko? sekarang kakak Riko yang engkau ambil? Setelah ini apa lagi tuhan? APA LAGI YANG BAKAL ENGKAU AMBIL?! APA?! SEMUANYA UDAH KAU AMBIL, MAMAH PAPAH SEKARANG KAK RAKI YANG KAU AMBIL, KENAPA NGGA AMBIL RIKO SEKALIAN TUHAN!" teriaknya dengan nafas memburu di iringi dengan tangisan.

"Kenapa engkau ambil lagi seseorang yang paling berharga di hidup aku satu-satunya Tuhan?" Lirihnya dengan air mata yang terus mengalir di pipinya.

"Siapa kak yang lakuin ini ke kakak? Siapa yang tega lakuin ini semua? Riko bakal balas semuanya kak! Siapapun orang yang telah membunuh kakak, Riko bakal balas semuanya kak!" Desisnya dengan amarah di dalam hatinya.

"Gua bakal cari siapa dalang atas terbunuhnya Lo kak, gua bakal cari sampai dapat!" Desisnya.

Dia mengambil ponsel yang berada di kantongnya, dia menelepon orang kepercayaan kakaknya.

Tersambung...

"Hallo tuan, ada apa tuan menelepon saya?" Tanya seseorang di seberang sana.

"Cepat cari dalang yang sudah bunuh kak Raki sekarang!" Ucap Riko dengan menatap tajam kedepan.

"Tuan Ra-raki meninggal tuan?" Tanya orang itu dengan terbata-bata.

"JANGAN BANYAK TANYA CEPAT CARI DALANG DARI SEMUA INI! TERUS KALIAN URUS PEMAKAMAN KAK RAKI!" sentak Riko kencang.

"Si-siap tuan, kami akan cari dalangnya, dan urus pemakaman tuan Raki" Ucapnya, lalu mematikan telfonnya sepihak, telfon yang dia genggam terjatuh tatapan yang sangat kosong seolah jiwanya entah kemana, dia belum bisa menerima semuanya, seseorang yang paling berharga satu-satunya ternyata telah diambil lagi oleh sang pemiliknya.

"Tuhan aku butuh mereka, aku butuh hadirnya mereka, kenapa engkau ambil lagi sisa kebahagiaan Riko? Aku sendirian disini, kalau bisa aku meminta padamu, tolong kembalikan kak Raki, hanya dia satu-satunya orang yang menjadi alasan untuk aku terus hidup di dunia ini, setelah engkau ambil orang tua Riko, sekarang engkau ambil kak Raki? Lalu nasib aku disini gimana tuhan? Kenapa engkau ngga ambil Riko sekalian? Biar Riko bisa terus bareng-bareng sama mereka semua di atas sana, aku juga butuh seseorang di hidup Riko, kenapa engkau ambil semuanya?" Lirik Riko dengan tatapan kosongnya.

"Kakk, Riko boleh ngga ikut kakak? Biar Riko ngga sendirian disini" lirih Riko dengan menatap sang Kakak yang terbaring dengan darah di sekujur tubuhnya.

"Bulan aja selalu menemani langit malam, bahkan terkadang mereka selalu pergi bersama-sama jika waktunya sudah terang, tetapi kenapa kalian perginya ngga ajak Riko? Kenapa kalian biarin Riko sendirian?" Tanya Riko dengan menatap ke atas dengan derai air matanya.

"Tuhan mereka pasti bakal jadi bintang di atas sana kan? Pasti mereka selalu bercahaya di atas sana, tetapi jika bintang itu tidak berkilau, itu tandanya mereka lagi sedih, iyakan tuhan? Tapi Riko Mohon sama tuhan jangan biarin mereka sedih di atas sana, nanti Riko ikutan sedih disini, Riko ngga mau mereka sedih, nanti yang hapus air matanya siapa? kan Riko ngga bisa bareng mereka, tuhan kan ngga ajak Riko untuk pergi bareng mereka" Ucapnya dengan air mata yang menetes, yah terkadang Riko itu akan seperti anak kecil jika dihadapan keluarganya ataupun sang kakak walaupun umurnya sudah sangat dewasa.

"Tenang di atas sana sang bintang, jagain Mamah Papah disana yah, kalau sudah waktunya aku bakal nyusul kalian kesana" ucapnya di dalam hati dengan mengecup kening sang kakak di sertai air mata yang terus mengalir tanpa henti.


















Next ngga?

Terimakasih yang sudah baca cerita aku, jangan lupa vote dan komennya yah❤️

5 JAGOAN AYAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang