Bab 10

1.1K 80 8
                                    

Saat pastor memulai, aku berusaha keras untuk mengarahkan tatapanku pada Taehyung dan mengendalikan cegukan aneh yang tiba-tiba muncul.

Kau milikku sekarang.

Aku mengingat kata-katanya dan hanya dengan memikirkannya pikiranku menjadi kacau. Saat itulah aku mulai cegukan.

"Anda butuh air?" Pendeta itu bertanya sambil mencondongkan tubuh sedikit lebih dekat.

Air. Betul sekali. Itu akan membantu.

Aku baru saja akan mengiyakan saat suara Taehyung tiba-tiba terdengar, "dia baik-baik saja. Lanjutkan." Aku mengalihkan tatapanku padanya sambil melotot tajam.

Pendeta itu mengangguk lalu mundur.

Taehyung balas menatap, tidak terintimidasi oleh tatapanku.

Aku terus-menerus cegukan.

Apakah tidak ada orang yang sadar bahwa aku tidak baik-baik saja?

"... sampai maut memisahkan?" Pendeta berkata dan menunggu jawaban Taehyung.

Taehyung menatap ke arahku dan berkata, "saya bersedia."

Jantungku berbedar dan aku mencengkram buket lebih kuat.

Cegukanku terus berlanjut. Aku menatap mata pria yang akan menjadi suamiku dalam beberapa menit, aku merasa kasihan pada diriku sendiri. Aku khawatir apakah aku bisa melakukan ini.

Apakah aku bisa berdiri di sisinya dan menunjukkan senyum palsu kepada dunia? Pasti ada cara lain ... aku tidak ingin berakhir seperti ini. Tidak, aku tidak bisa melakukan ini.

Aku segera berbalik, sedikit mengangkat gaunku dan mulai berlari secepat yang aku bisa, menyusuri lorong, menuju pintu, mengabaikan tatapan terkejut dan bisikan yang dilontarkan semua orang saat ini. Perlahan, sebuah senyuman menghiasi bibirku. Kalau saja aku bisa melihat raut wajah Taehyung saat ini.

Senyumku melebar.

"Jungkook. Jungkook."

Aku tersentak dari lamunan karena namaku terus dipanggil dan akhirnya aku berkedip beberapa kali untuk menyadarkan diriku.

Tatapan Taehyung bertemu dengan tatapanku, dingin dan tidak manusiawi seperti biasa.

Desahan kecil lolos dari bibirku. Aku tidak bisa lari dalam dunia nyata.

Aku menatap pendeta dengan lemah.

"Ya."

"Apakah kau bersedia menerima Taehyung sebagai suamimu?" Dia mengulangi.

Suami?

Aku mengalihkan perhatianku kembali ke pria di depanku. Saat aku menatap lebih tajam ke sepasang maniknya, perasaan berani muncul di dalam diriku dan saat itu, aku bertanya-tanya mengapa aku terlalu khawatir tentang masa depan. Maksudku, bagaimanapun juga aku adalah Jeon Jungkook. Aku tidak takut pada apapun.

Taehyung butuh istri yang patuh tapi aku tidak bisa membiarkan dia bertindak semena-mena padaku. Dia akan mendapatkan seorang istri pembangkang.

Aku menyipitkan mataku padanya. Aku akan membuatmu menyesal karena telah menjadikanku istrimu.

"Ya. Saya menerimanya," aku menjawab dengan percaya diri.

Tiba-tiba, aku menyadari cegukanku telah reda. Kapan dan mengapa? Aku tidak punya jawaban untuk itu tapi perasaanku sudah lebih baik dari sebelumnya. Aku bimbang untuk sesaat tapi sekarang tidak lagi.

Aku melihatnya menyelipkan cincin ke jari manisku. Batu intan kecil itu berkilauan dan tampak sangat pas. Meskipun aku benci mengakuinya, tapi cincin itu cantik.

Cincin kawin sudah terpasang di jariku, kini giliranku untuk memasangkan cincin di jarinya. Tangannya hangat seperti manusia normal pada umumnya, namun pemiliknya tidak terlihat manusiawi. Rasanya terlalu aneh memegang tangannya begitu cepat, aku menyelipkan cincin itu ke jari manisnya.

"... Saya menyatakan kalian sebagai suami dan istri," ujar pendeta, sorakan dan tepuk tangan meledak di dalam ruangan. Aku memasang senyum palsu. Bagaimanapun juga, seorang pengantin wanita harus terlihat bahagia di hari pernikahannya.

"Anda boleh mencium mempelai wanita."

Mencium?

Mataku melebar saat aku menatap ke arah Taehyung. Dia tampak ragu-ragu dan mengalihkan pandangannya dariku sejenak.

Aku mendesah saat aku melihatnya mengambil langkah lebih dekat.

Apa? Apakah ... apakah dia benar-benar akan menciumku?

Dia berhenti di depanku, menatap mataku dan aku juga tidak bisa memalingkan muka. Aku cukup yakin dia melihat ekspresi terkejutku dan sorot mataku memperingatkannya untuk tidak melakukan apa yang menurutku akan dia lakukan.

Seolah tidak peduli, dia mencondongkan tubuh semakin dekat, jantungku mulai berpacu lebih cepat. Satu senti lebih dekat hingga bibir kami bersentuhan, aku sedikit memalingkan wajahku, jelas menolak tindakannya. Jika dia peka, maka dia seharusnya mundur.

Sebaliknya, aku merasakan tangannya meluncur ke punggungku dan sebelum aku menyadari apa yang terjadi, dia menarikku lebih dekat sehingga tubuhku membentur dadanya dan tidak ada ruang tersisa di antara kami. Saat mataku bertemu matanya, bibirnya terkunci dengan bibirku.

Selama beberapa detik pertama, mataku tetap terbuka lebar karena terkejut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selama beberapa detik pertama, mataku tetap terbuka lebar karena terkejut. Jantungku berpacu begitu cepat seolah akan melompat keluar dari dadaku.

Dorong dia!

Alam bawah sadarku memerintahkan tapi, aku tidak bisa. Aku membeku.

Ciumannya semakin dalam dan aku merasakan tangannya sedikit menegang di punggungku. Aku menyerah dan perlahan mataku tertutup.

Anehnya, ini tidak menjijikkan seperti yang aku bayangkan. Ciuman itu berbeda. Terlalu berbeda dan anehnya terasa mengasyikan.

Tiba-tiba, dia menarik diri dan saat aku membuka mata, tatapanku bertemu dengan sepasang manik yang menatapku. Untuk pertama kalinya, aku melihat sesuatu yang berbeda pada tatapannya.

Tepuk tangan menggelegar dan dia memalingkan muka seolah berlari ke kenyataan. Tangannya sudah tidak di punggungku lagi dan dia melangkah menjauh. Perasaan aneh mengambil alih saat aku melihatnya berusaha keras untuk tidak menatap mataku lagi.

Apa? Apa ini berarti... dia merasakan sesuatu? Emosi? Dia berusaha keras untuk tidak menunjukkan emosinya?

Aku napas dalam-dalam dan tidak dapat mengalihkan perhatianku darinya, aku teringat pada pepatah yang mengatakan 'don't judge a book by it's cover'. Mungkin ada sosok berbeda yang lebih manusiawi jauh di dalam lubuk hatinya.

Tbc

My Cruel BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang