Bab 33

645 62 2
                                    

Jungkook POV

Tarik napas. Hembuskan.

Aku mengingatkan diriku dalam keadaan yang membeku di tempatku.

Tenanglah, Jungkook.

Bagaimana aku bisa tenang? Dia memelukku dengan hangat. Jantungku berpacu lebih cepat dari biasanya. Tubuhku membeku. Aku tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya, tidak saat bersamanya.

Apa sebenarnya yang terjadi? Mengapa ... mengapa aku merasa seperti ini?

Secara perlahan, dia melepaskanku, dan mengambil langkah mundur. Mataku bertemu dengan matanya, tapi aku tahu ekspresi terkejut di wajahku tidak akan memudar begitu saja. Dia tampak tidak terkejut atau bahkan malu. Dia memang sengaja ingin memelukku. Itu bukan sebuah kesalahan.

Saat lengannya melepasku, dia berbalik, berjalan kembali ke mejanya dan mengambil apa pun yang dia butuhkan. Selanjutnya, dia berjalan melewatiku, memastikan mata kami tidak pernah bertemu lagi. Dan saat dia tidak terlihat, aku menghembuskan napas lega.

Wajahku terasa panas. Aku menyentuh dadaku, dan merasakan detakannya yang tak normal. Aku berada dalam dilema.

"A-apa itu tadi?" tanyaku. Mengapa dia memelukku? Mengapa jantungku tiba-tiba berdebar kencang?

Seharusnya aku mendorongnya, menuntut agar dia memperlakukanku dengan sopan. Menjadi istrinya tidak memberinya hak untuk mengendalikan tubuhku kapan pun dia ingin. Ya. Seharusnya aku mengatakan itu tapi ... kenapa tidak?

Aku tercengang. Tak bisa bicara.

Aku menggelengkan kepalaku untuk menghilangkan pesonanya yang telah membutakanku. Aku harus pergi.

"Kenapa tiba-tiba panas sekali?" tanyaku sambil mengipasi wajahku menggunakan tanganku sambil berjalan keluar ruangan.

Saat melangkah keluar dari gedung, aku melihat Taehyung masuk ke mobilnya. Tak lama kemudian, dia pergi.

Sambil menghela nafas panjang, aku berjalan menuju mobilku.

***

Aku memegang handuk di atas rambutku yang basah, menyekanya dengan saksama. Saat tatapanku bertemu dengan bayanganku di cermin, aku merasa tersesat, kembali dihantui oleh kejadian sebelumnya.

"Aku tahu ini mungkin tidak biasa tapi izinkan aku melakukan ini sebagai permintaan."

Kata-kata itu dan pelukannya yang tiba-tiba membua jantungku berdebar. Rasanya aneh, tapi bagian yang paling aneh adalah kenyataan bahwa aku sepertinya tidak bisa berhenti memikirkan momen itu. Permintaannya. Lengannya menarikku dan dadaku menempel di dadanya.

Suara ketukan keras di pintu memaksaku kembali ke kenyataan. Aku berbalik, keluar dari kamar mandi dan bergegas menuju pintu. Sambil memegang kenop, aku membuka pintu.

Seketika mataku bertemu dengan sepasang matanya yang gelap. Perlahan, matanya melebar menandakan bahwa dia terkejut melihatku. Tapi aku tidak bisa memikirkan apapun saat ini, pikiranku menjadi kosong.

Aku tadi memikirkan dia dan sekarang ... dia ada di sini.

Ia menurunkan tatapannya dan tiba-tiba berhenti, terpaku pada sesuatu. Aku penasaran jadi aku juga ikut menunduk.

Setelah menyadarinya, aku tersentak dan langsung memeluk diriku sendiri.

Bagaimana aku bisa lupa? Aku baru selesai mandi dan hanya memakai handuk. Astaga, ini sangat memalukan.

Aku tidak bisa menatapnya sekarang. Aku ingin menghilang.

"Aku ingin kamu pindah ke kamarku."

"Apa!?" Aku kembali menatapnya dengan mata melebar. Dia masih memasang raut tanpa ekspresi yang sama.

My Cruel BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang