Bab 13

944 80 2
                                    

Taehyung POV

Isak tangis mereka menggangguku. Aku harus melihatnya menghabiskan begitu banyak waktu untuk berpelukan dan mengucapkan salam perpisahan yang sebenarnya tidak perlu dan seolah itu tidak cukup, dia terus menangis tanpa henti di mobilku. 

Aku meliriknya sekilas dan melihatnya menatap keluar jendela sambil terus terisak. Mungkin, dia pikir dia sedang diam tapi itu sama sekali tidak benar. Dia sangat berisik.

"Stop!" aku berseru, tidak bisa lagi mentolerir isakannya. Aku tidak meliriknya, tapi aku bisa melihat melalui sudut mataku bahwa dia menoleh padaku, sedikit terkejut oleh teriakanku yang tiba-tiba. Dia harus tahu apa konsekuensi dari mengganggu kedamaianku.

Dia tetap diam tanpa mengucapkan sepatah kata pun dan aku sedikit lega. Aku memperhatikannya menyeka wajahnya dengan telapak tangannya dan akhirnya berhenti terisak.

Akhirnya, perjalanan kami kembali damai dan tenang. Aku memusatkan perhatianku pada jalan di depanku sementara tanganku memegang stir.

"Kau puas?" dia akhirnya memecah keheningan.

Aku meliriknya sekali lagi dan bertemu dengan sepasang manik membara itu.

"Ya," aku berbohong sambil menatap ke depan. Aku kaya dan aku menjadikannya sebagai istriku seperti keinginanku tapi tetap saja ... tidak ada bedanya. Hidupku masih terasa hampa seperti biasanya.

"Kau bohong," ujarnya dan aku meliriknya sekali lagi, bingung apakah dia dapat melihat kebohongan itu dari wajahku tapi dia sedang memalingkan muka kembali ke pemandangan di luar jendelanya.

Aku mendengarnya menarik napas dalam-dalam sementara aku kembali menatap ke jalan.

"Kita mau kemana?" tanyanya tiba-tiba.

Shit. Tidak bisakah dia diam meski satu menit saja? Mungkin, dia alergi 'diam'. Aku menatapnya sekali lalu beralih ke jalan tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

"Taehyung," dia memanggil namaku setelah beberapa saat tapi aku tidak memberikan tanggapan. Jujur saja, aku sama sekali tidak tertarik untuk bicara.

Aku merasakan sesuatu meraba celanaku dan segera menyadari bahwa dia mencoba menggeledahku.

"Apa ... apa yang kau lakukan?!" aku meninggikan suaraku sedikit, mataku terbelalak kaget melihat tindakannya.

"Kau tidak menjawabku maka aku mencari tahu sendiri," dia menjelaskan dan melanjutkan, memasukkan tangannya ke dalam sakuku meskipun aku menggeliat menolak tindakannya. Aku segera membawa mobilku menepi.

"Apa kau sudah gila?!" seruku dengan marah sambil memegang tangannya. Dia balas menatap sebelum binar geli terlihat di matanya dan dia tersenyum. Dia menarik tangannya dari genggamanku.

"Hanya itu cara agar kau mau bicara," ujarnya dengan acuh tak acuh sebelum tiba-tiba mencondongkan tubuh lebih dekat padaku dan membuatku terpaksa mundur sedikit ke belakang, mataku melebar karena terkejut.

"Aku tahu kita tidak berada dalam hubungan suami-istri yang sebenarnya, jadi jelas, kau tidak merencanakan sesuatu yang romantis. Aku akan mencoret itu," katanya dan entah kenapa, aku hanya bisa menatapnya berbicara.

"Tempat persembunyian. Mungkin, kau akan mengurungku selama beberapa hari," dia menambahkan lalu menyipitkan matanya ke arahku seolah mencoba memikirkan sesuatu. Tiba-tiba, dia menggelengkan kepalanya.

"Tidak. Kau mungkin brengsek tapi sepertinya itu bukan gayamu. Kau akan membawaku ke rumahmu 'kan?" dia bertanya dengan antusias, menatap langsung ke mataku.

Aku tidak bisa berpaling. Mata itu seperti magnet yang menarikku masuk.

Dia ... dia sangat berbeda. Terlalu berbeda sehingga entah bagaimana dia berhasil membuatku terkejut. Itu belum pernah terjadi sebelumnya.

My Cruel BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang