Bab 42

614 62 8
                                    

Jungkook POV

Aku menyaksikan Taehyung berjuang menghapus noda spidol di wajahnya. Awalnya, dia masih tenang tapi seiring bertambahnya waktu dan gambar itu tidak hilang secepat yang dia inginkan, rasa frustrasinya menguasai dirinya dan dia akhirnya membuang kapas ke wastafel.

Aku merasa tidak enak, terutama karena ini tidak berjalan seperti yang aku bayangkan. Nyatanya, lebih sulit untuk mendapatkan senyumannya. Kupikir aku bisa mendapatkannya dengan kejahilanku ini.

"Sini aku bantu," kataku dan mendekat padanya, meninggalkan pintu tempat aku berdiri.

"Tidak perlu. Aku baik-baik saja." Dia berbohong sambil menatap ke arahku sebelum berjalan melewatiku. Aku menahan lengannya, memaksa perhatiannya kembali padaku.

"Maaf. Aku sangat kekanak-kanakan. Izinkan aku untuk memperbaiki kesalahanku," kataku sekali lagi meskipun suara di kepalaku berteriak agar aku mengabaikannya. Mata kami bertemu dan untuk sesaat, kami saling menatap satu sama lain tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Taehyung POV

Aku berusaha keras untuk menatap ke tempat lain selain ke wajahnya dan pada akhirnya aku tetap menatap matanya. Dalam setiap detiknya, aku merasa berbeda dan lebih lemah.

Aku pasti sudah gila saat dia menawarkan bantuannya padaku, karena setelah menatap matanya, aku menerimanya.

Dia mengusap wajahku dengan lembut seolah aku adalah porselen yang bisa pecah kapan saja. Aku ingat saat dia merendam kapas dengan sedikit alkohol pembersih dan mengusapnya di wajahku. Aku ingat tangannya yang gemetar saat melakukannya. Dia seakan takut padaku, padahal sejauh ini, yang aku tahu, Jungkook adalah gadis yang pemberani dan anehnya, aku berharap dia tidak takut padaku.

Tatapanku kembali beralih padanya. Dia tampak fokus pada apa yang sedang dia lakukan. Aku memperhatikannya tanpa bersuara, tidak berpaling karena entah kenapa aku merasa nyaman dan damai.

Aku memperhatikan setiap fitur wajahnya. Di mulai dengan alisnya yang dipangkas rapi, bulu matanya yang lentik, hidungnya yang mancung namun tidak terlalu panjang dan kemudian, bibirnya, warna peach, tipis dan sempurna. Bibirnya memanggilku, dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pikiran-pikiran aneh memenuhi kepalaku. Aku sangat ingin mendekat dan dengan pelan mengunci bibirku dengan bibirnya.

Aku menelan ludah, mengalihkan tatapanku dari bibirnya dan bertemu dengan sepasang maniknya yang balas menatapku. Aku merasa dia memiliki pikiran yang sama. Dipenuhi dengan pikiran aneh dan hasrat, aku perlahan mencondongkan tubuh ke depan dan menatap bibirnya lagi. Bibir kami semakin dekat, tiba-tiba terdengar deringan telepon.

Apa yang aku lakukan?

Aku yang pertama kali memalingkan muka. Tanpa sepatah kata pun, aku berjalan melewatinya dan berjalan menuju ponselku di kamar. Di luar kamar mandi, aku menghela napas pelan. Aku hampir melakukan hal paling gila. Aku mengambil telepon dan mengangkat panggilan. Suara sekretarisku terdengar.

***

Jungkook POV

Aku bingung saat teringat kembali momen Taehyung dan aku hampir berciuman. Aku ingat betapa cepatnya jantungku berpacu dan betapa aku sangat ingin memeluknya tapi pada akhirnya, dia menjauh, mungkin menyesali apa yang hampir terjadi pada kami.

Aku mendesah. Aku bingung, entah mengapa aku merasa bahwa dia memiliki perasaan yang sama terhadapku, tapi aku mungkin juga salah. Aku jatuh cinta padanya dan pikiranku akan memberi tahuku apa saja untuk membuatku percaya akan ada masa depan bagi kami berdua.

"Jungkook." Aku mendongak dan menatap mata penasaran ibu. "Kamu belum menyentuh makananmu. Kamu baik-baik saja, Sayang?"

Aku lupa bahwa aku berada di rumah orang tuaku. Sudah lama sejak terakhir kali kami makan bersama, jadi aku datang untuk makan siang.

Menarik napas dalam-dalam, aku mengangguk dan menunjukkan senyum singkat. Ibu balas tersenyum tapi tatapannya tidak pernah meninggalkanku. Ia cukup bersikeras untuk mencari tahu apa masalahku.

Aku menatap sekeliling. Ayah belum datang seperti yang ia janjikan dan adikku sedang ke rumah temannya. Jadi, hanya ada ibu dan aku.

Aku mendesah sekali lagi saat aku kembali menatap makananku.

Aku ingin tahu apakah Taehyung sudah makan siang.

Hatiku mengkhawatirkan Taehyung. Aku benci merasa seperti ini terutama saat aku harus merahasiakannya.

"Nak, kamu bisa memberitahu ibu masalahmu, apapun itu," Ibu membujuk sekali lagi. Aku menatapnya selama beberapa detik dan akhirnya mengangguk sambil memegang tangannya.

***

Aku kembali ke toko, mengeluarkan buku catatan dan pena. Aku perlu mengatur segalanya dengan benar. Aku perlu mengingatkan diriku tentang apa yang aku sukai, jadi aku mulai dengan menulis 'mengapa harus mencintainya' di bagian kiri kertas dan 'mengapa tidak mencintainya' di bagian kanan.

Mengapa harus mencintainya :

Satu, ....

Aku berpikir keras tapi tidak ada yang terlintas di benakku, jadi aku beralih ke bagian selanjutnya.

Mengapa aku tidak mencintainya

Satu, dia memaksaku untuk menikah dengannya.
Dua, dia kasar dan sombong.
Tiga, aku tidak tahu banyak tentangnya. Empat, ....

Aku kembali berpikir.

Sebenarnya, ada lebih banyak alasan untuk tidak mencintainya dan tidak ada alasan mengapa aku harus mencintainya.

Mengapa aku jatuh cinta padanya? Apa yang ada dalam dirinya yang membuatku mengabaikan setiap sifat buruknya?

"Kenapa harus mencintainya?" Dalam keterkejutan, aku bangkit dari kursiku dan menyembunyikan catatan itu di dadaku.

Mina menatapku dengan penasaran dan mata menyipit. Perlahan, senyum licik bermain di wajahnya.

"Apa itu semacam penilaian untuk rasa cintamu?"

"Tidak," aku menjawab dengan cepat, mengingat bahwa aku belum memberi tahu Mina apa pun tentang pernikahanku. Aku mungkin adalah sahabat terburuk yang pernah ada. Seharusnya aku memberitahunya, tapi Taehyung membuatku berjanji untuk menjaga rahasia kami.

Alisnya berkerut, indikasi yang jelas bahwa dia tidak menerima jawabanku.

"Kamu suka pada orang lain?"

"Apa? Tidak."

"Lalu untuk siapa catatan ini? Katakan padaku Jungkook. Akhir-akhir ini, aku merasa ada jarak yang sangat jauh di antara kita dan aku tidak tahu apa yang terjadi padamu. Bukankah kita sahabat?"

Tatapannya penuh dengan kekhawatiran. Aku merasa tidak enak. Seharusnya aku tidak menyembunyikan hal ini dari Mina. Dia sudah seperti saudariku. Seorang saudari adalah keluarga ... dan hanya keluargaku yang tahu rahasia ini jadi ... aku harus memberitahunya.

Tbc

Lanjut besok ya💜💜

My Cruel BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang