Bab 25

763 74 5
                                    

Jungkook POV

Suasana hening di dalam kantor sampai aku memecahkannya.

"Ngomong-ngomong, trik kecilmu cukup menyakitkan tapi ... kau harus melakukannya jauh lebih baik jika ingin menyingkirkanku," aku mengakhirinya dengan senyum singkat dan meskipun dia menatapku, aku yang pertama kali membuang muka, jauh di lubuk hati, berusaha sangat keras untuk tetap berada di ruang yang sama dengannya tanpa harus mencabik-cabik ginjalnya.

Aku menatap langit dan setelah beberapa saat kembali menatap Taehyung yang sedang tenggelam dalam pekerjaannya. Aku kembali memalingkan muka dan menggigit bibir memikirkan apa yang harus kulakukan selanjutnya. Aku kehabisan ide.

Aku sudah melakukan semuanya; berkeliling kantor, mengikutinya terus-menerus, mengunyah dengan suara yang lebih keras dari biasanya, bahkan membicarakan omong-kosong, tapi dia tidak pernah berkomentar. Dia benar-benar tidak punya perasaan. Berapa lama aku harus terus begini? Jika dia terus seperti ini, mungkin akulah yang akan menyerah, bukan dia.

Aku menghempaskan punggungku ke sofa. Aku lelah. Aku melirik jam di dinding. Jam kantor sudah berakhir. Dengan antusias, aku duduk.

"Taehyung, kapan kita pulang? Jam kantor sudah selesai." Aku menunggu jawabannya tapi dia sama sekali tidak menatapku. Dia mengabaikanku.

Aku menghela nafas, bangkit dari sofa dan berjalan ke mejanya. Aku berdiri di sampingnya, memperhatikan baik-baik apa pun yang dia lakukan. Aku pindah ke sisinya yang lain.

"Kerja bagus. Aku yakin kau bisa menyelesaikan ini lebih cepat di rumah," kataku dan menunggu reaksi darinya tapi tidak mendapatkan apa-apa. Akhirnya, aku bersandar di mejanya dan menoleh padanya.

"Ayo pulang, Taehyung. Aku lelah."

"Kau bisa pergi. Aku tidak pernah memintamu datang ke sini," dia menjawab tiba-tiba. Kata-katanya tajam seperti biasa.

Aku memelototinya dalam diam, aku sedang memikirkan langkah apa yang harus diambil selanjutnya.

Haruskah aku pergi?

Aku menggelengkan kepalaku memikirkan itu. Aku tidak akan menyerah. Baiklah. Aku akan bertahan sampai pantatnya gatal dan dia akhirnya bangun dari kursinya.

Aku menyentuh pundaknya.

"Jangan khawatir, Taehyung. Bekerja keraslah selama yang kau inginkan. Istrimu tersayang ada di sini untuk menemanimu." Sambil tersenyum, aku meninggalkannya dan kembali ke sofa. Aku mengambil ponselku dari meja tengah. Aku akan menyibukkan diriku sampai dia selesai.

Aku menatap ke arahnya sekali lagi dan tatapan kami bertemu. Dia cepat-cepat memalingkan muka, sedikit malu karena aku memergokinya sedang menatap. 

Senyumku mengembang. Terkadang, kelakuannya seperti anak kecil.

***

Taehyung POV

Di luar sangat gelap dan sumber penerangan hanyalah lampu jalan. Stres hari itu cukup membebaniku, tapi aku tidak tidak menunjukkannya.

Aku merasakan sesuatu yang berat di lenganku dan menoleh ke samping. Meski di dalam mobil agak gelap, aku bisa melihat kepalanya bersandar di lenganku. Aku lupa aku tidak sendirian. Jungkook benar-benar tidak suka mematuhi perintah.

Aku mendorong kepalanya menjauh dan kembali jatuh tepat di lenganku. Aku menatap wajahnya dan saat itulah aku menyadari dia tertidur lelap.

Aku menghela napas kasar dan memalingkan muka darinya. Aku tidak percaya betapa cepatnya dia tertidur. Dia mungkin bisa tidur degan nyenyak setelah membuat hariku menjadi buruk.

Dia terlalu sering mengikutiku, mengunyah dengan suara keras dan terlalu banyak bicara. Aku hampir tidak bisa menahan amarahku. Aku hanya selalu berpegang pada keyakinan bahwa dia akhirnya akan kelelahan dan pergi tapi dia tidak menyerah.

"Matikan lampunya ... aku mau tidur," dia bergumam, tangannya melingkari lenganku dan kepalanya bersandar di pundakku seolah aku adalah tempat tidur dan bantalnya pada saat yang bersamaan.

Terlalu terkejut pada posisi kami yang terlalu dekat, aku membeku di tempatku, dan hanya menatapnya. Setelah beberapa saat, aku berhasil memalingkan muka.

Ingatan saat dia menyentuhku sepanjang hari kembali terngiang.

Aku mengulurkan tangan untuk mendorongnya tapi ketika mataku tertuju pada wajahnya, tanganku berhenti di udara. Yang aku lakukan hanyalah menatap. Sesuatu di dalam diriku terasa berbeda dan pada saat yang sama, terasa kosong. Tidak ada beban, tidak ada kekacauan batin. Rasanya tenang dan damai.

Tbc

😘😘

My Cruel BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang