Bab 53

669 64 10
                                    

Taehyung POV

Saat aku mengalihkan pandangan dari laptop, sebuah ingatan muncul di benakku.

"Kamu ... kamu sangat istimewa bagiku."

Tiba-tiba, aku tertawa kecil. Aku tidak bisa menahannya. Kenangan Jungkook kembali ke pikiranku dan setiap kali mengingatnya, aku tersenyum sendiri. Aku bahkan tidak bisa berkonsentrasi pada pekerjaan karena ingatan tentangnya membanjiri pikiranku.

Pada akhirnya, aku hanya menatap ponselku dengan namanya yang tertera di kontak panggilan.

Aku merindukannya. Meskipun bertemu dengannya pagi ini, aku sangat merindukan wajah, suara, dan tingkahnya yang aneh.

Aku berada dalam dilema antara akan meneleponnya atau tidak. Apa yang akan aku katakan jika aku meneleponnya? Haruskah aku mengatakan bahwa aku merindukannya? Itu mungkin akan membuatnya bingung. Dia sudah menyatakan perasaannya dan meskipun aku merasakan hal yang sama, aku tidak percaya diri untuk mengungkapkannya kepadanya.

Aku frustrasi. Aku ingin sekali memeluknya tapi pada saat yang sama, aku takut.

Bagaimana jika aku telah menggenggamnya dengan erat dan di masa depan dia memutuskan untuk melepaskan genggaman ini? Bagaimana jika perasaannya hanya sementara? Orang-orang sering jatuh cinta. Bagaimana jika dia meninggalkanku seperti Tzuyu? Aku tidak akan mampu menanggung hal itu sekali lagi. Pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab ini menghentikanku.

Benar. Orang-orang sering jatuh cinta. Dalam beberapa minggu atau sebulan, dia akan menyadari perasaannya yang sebenarnya. Aku seharusnya tidak terlalu memikirkannya. Aku harus melindungi hatiku seperti yang selalu kulakukan.

Perlahan-lahan, aku meletakkan ponsel kembali di atas meja dan mengalihkan konsentrasiku kembali ke pekerjaanku.

***

Jungkook POV

Aku menghela napas, tatapanku terpaku pada ponselku. Aku tidak bisa memikirkan hal lain atau berkonsentrasi pada pekerjaan. Yang bisa aku pikirkan hanyalah Taehyung dan rasa rinduku padanya. Aku ingin mendengar suaranya, itulah satu-satunya hal yang akan menenangkan hatiku.

Aku menghela napas sekali lagi.

Ponselku tiba-tiba direbut dari tanganku dan mendongak untuk melihat siapa itu.

Mina.

"Kamu terus menatap ponselmu sepanjang hari. Sedang menunggu telepon penting?"

Aku berdiri dan merebutnya kembali darinya.

"Ya, jadi jangan menggangguku."

"Ouh ... apa itu panggilan penting dari Taehyung?"

Aku terkejut. Akhir-akhir ini, dia semakin pintar.

Aku berdehem dan aku memalingkan muka darinya, duduk sekali lagi.

"Baiklah, tidak perlu mengakuinya. Aku sudah tahu jawabannya," katanya di tengah tawanya dan segera pergi.

Pandanganku kembali terfokus pada ponselku dan menunggu dengan sabar panggilan darinya.

Pada akhirnya, aku sama sekali tidak mendapat telepon darinya hingga jam pulang kerja. Di rumah, aku menunggu kedatangannya dengan sabar tapi dia tela hingga aku ketiduran. Saat aku terbangun di pagi hari, dia sudah berangkat ke kantor. Selama beberapa hari, kebiasaan ini berlanjut dan aku tidak bisa bertemu dengannya.

Ini aneh, dia bekerja lebih keras dari sebelumnya. Mungkin dia lebih suka kantor daripada rumahnya. Tapi, sebuah pemikiran terlintas di benakku bahwa dia mungkin menghindariku. Apa mungkin dia merasa canggung padaku setelah mengetahui perasaanku?

My Cruel BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang