Bab 40

704 61 5
                                    

Jungkook POV

Perjalanan pulang dalam taksi dipenuhi dengan keheningan dan perasaan canggung. Aku tidak tahu apakah tidak masalah untuk mengatakan sesuatu setelah mengetahui perasaanku atau apakah yang dia katakan sebelumnya merujuk pada orang tertentu. Bohong kalau aku tidak percaya bahwa dia mungkin bicara tentangku tapi mungkin aku berpikir begitu untuk memuaskan diriku.

Aku mendesah sekali lagi sebelum mencuri pandang ke arahnya saat dia tidak melihat. Aku akan berada dalam banyak masalah karena memiliki perasaan ini. Ada kemungkinan besar dia tidak merasakan hal yang sama.

Bagaimana bisa? Bagaimana bisa aku membiarkan diriku jatuh cinta padanya? Kapan aku mulai merasa seperti ini? Bagaimana mungkin aku tidak menyadari bahwa semuanya berubah atau mungkin aku menyadarinya tapi tidak pernah terlalu memperhatikannya.

Taksi berhenti di depan rumah kami dan Taehyung yang pertama turun sebelum aku ikut turun. Tanpa menatap ke arahnya, aku berjalan melewati taksi, tepat ketika aku mendekat padanya, mataku bertemu dengan matanya dan kakiku terpeleset.

Aku merasakan cengkeraman kuat di pinggang dan tanganku, aku mendongak dan tatapan kami kembali bertemu.

"Kamu baik-baik saja?" kata-katanya terdengar tulus.

Degupan jantungku tak terkendali. Nafasku sulit untuk dinormalkan.

"Y-ya," aku berhasil menemukan suaraku dan segera melepaskan diri dari cengkeramannya.

Setelah itu, aku tidak menatap wajahnya dan aku tidak tahu apakah dia sedang menatapku. Aku hanya tidak ingin mempermalukan diriku sekali lagi.

Kami berjalan memasuki mansion. Aku mulai menaiki tangga dan melihatnya pergi ke arah lain, ke ruang kerjanya.

"Kamu akan bekerja?" tanyaku tanpa berpikir. Dia sedikit menoleh ke arahku.

"Ya, selamat malam." Dia berbalik dan melanjutkan langkahnya. Lelah dan cukup kecewa, aku menghela nafas. Dia tidak akan berubah dalam sekejap. Pekerjaan masih menjadi prioritasnya.

Sambil menggelengkan kepala, aku berjalan menaiki tangga.

***

Taehyung POV

Aku mengerjakan beberapa dokumen. Menatap layar laptopku dan sebuah memori muncul kembali di pikiranku.

"Seseorang yang percaya aku bukan monster tidak peduli apa kata orang."

Aku mendesah dan memalingkan muka. Aku menyesal.

Mengapa aku mengatakan itu? Aku benar-benar jatuh pada perangkap Jungkook. Aku tidak percaya aku telah mengatakan itu.

Aku ingat tatapannya. Sorot matanya. Tatapannya lembut, hangat dan nyaman tapi ... aku juga mengingat kebisuannya. Ketika aku menyarankan agar kami pulang dengan taksi, dia tidak keberatan. Dia tidak mengatakan apa-apa. Sepanjang perjalanan pulang, aku terus mencuri pandang ke arahnya dan dia kelihatan tidak nyaman.

Mungkin aku terlalu banyak bicara. Mungkin aku membuatnya merasa tidak nyaman dan itu hanya menimbulkan kecanggungan di antara kami. Aku tidak tahu kenapa, tapi aku tidak suka itu. Dia harus menjadi dirinya sendiri dan aku harus selalu mengingat kebenaran tentang hubungan kami.

Aku mengusap rambutku sebelum berdiri dan berjalan menuju jendela. Aku menatap keluar, ke bagian yang diselimuti kegelapan, tanpa cahaya. Aku tidak menatap apa-apa secara khusus.

Dia seharusnya sudah tidur sekarang. Aku akan memberinya ruang.

***

Jungkook POV

Aku berjalan mondar-mandir di kamar, tidak bisa diam atau tidur. Aku menatap ke arah jam, itu menunjukkan lima menit menuju tengah malam.

Aku berdiri dalam diam. Apa dia akan bekerja sepanjang malam?

Kenapa aku peduli?

Aku membenamkan wajahku di telapak tanganku dan meredam jeritanku. Perasaan ini membuatku frustrasi. Aku harus berpura-pura tidak tertarik pada hidupnya. Tanpa berpikir panjang, aku berjalan ke pintu dan memegang kenopnya.

Berhenti!

Sebuah suara di kepalaku menjerit dan aku bingung antara mendengarkan pikiranku atau hatiku. Pada akhirnya, aku menyandarkan kepalaku di pintu, lelah berdebat dengan diriku sendiri.

Aku mendengar langkah kaki mendekat. Mungkinkah itu ....

Dengan cepat, aku berlari dan melompat ke tempat tidur, menutupi diriku dengan selimut. Pintu terbuka dan aku berpura-pura tidur.

Jantungku berdegup kencang saat pintu tertutup dan langkah kaki mendekat. Selama beberapa saat, hanya ada keheningan. Aku tidak tahu apa yang dia lakukan atau di bagian ruangan mana dia berada. Tak lama kemudian, aku mendengar pintu ditutup.

Apa dia keluar? Kenapa?

Aku mengernyit sedikit dan perlahan membuka mataku. Dengan perlahan aku menatap sekeliling dan ketika mataku tertuju pada hal yang tidak terduga, aku membeku. Dia sedang berdiri di sana, tangannya memegang gagang pintu kamar mandi. Dia balas menatapku dan aku tidak tahu bagaimana harus bereaksi dalam situasi ini.

Bagaimana dia tahu aku pura-pura tidur?

Tiba-tiba, dia menunduk, tangannya terlepas dari gagang pintu dan berbalik, menuju pintu.

"Kamu akan pergi?" tanyaku dengan cepat sambil mendudukkan diriku.

"Ya," dia menjawab tanpa berhenti atau menatap ke arahku.

"Kamu menghindariku?"

Dia berhenti. Tiba-tiba, menoleh.

"Tidak." Hanya itu yang dia katakan dan kembali berjalan menuju pintu.

"Benarkah? Buktikan. Jangan keluar dari kamar," aku bersikeras dan menyaksikan saat dia berdiri dalam diam di dekat pintu.

Dia berbalik, berjalan kembali ke arahku.

"Untuk memperjelas, aku tidak perlu membuktikan apa pun padamu dan tidak ada yang akan mengubah fakta itu," pernyataannya dipenuhi dengan dendam dan sedikit kemarahan, dan itu tidak biasa karena dia selalu tenang dalam setiap situasi. Itu membuatku bertanya-tanya mengapa dia berubah.

Tbc

My Cruel BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang