Bab 31

714 67 8
                                    

Taehyung POV

Aku membalik halaman berikutnya dan mulai membaca, tapi tidak fokus pada pria yang sedang presentasi di depan.

Siapa bilang aku berakting. Aku melakukan semua ini dengan tulus.

Kata-katanya muncul kembali ke pikiranku, menarik perhatianku dari pekerjaanku. Aku tidak ingin melakukan ini. Aku tidak ingin memikirkannya atau apapun yang dia katakan tapi anehnya, aku tidak bisa.

Ingatan tentang senyumnya begitu dia melihatku memegang sendok bubur, kembali menghantui.

"Maaf atas keterlambatan saya."

Aku mendongak menatap wanita yang berjalan menuju meja dan akhirnya duduk di kursi kosong tiga baris dariku. Dia menatap ke arahku sambil tersenyum hangat.

Jantungku berdegup kencang. Rasanya sangat familiar. Wajahnya, matanya, dan senyumnya. Ingatanku mengenalinya dengan sangat baik dan, begitu pula hatiku.

"Masih setia dengan ekspresi dinginmu, Tae."

Kalimatnya membangkitkan ingatanku, ingatan yang telah kukemas dan kukubur dalam-dalam. Mataku melebar dan aku terkejut.

Hye Mi.

***

Jungkook POV

"Teman dekat," aku mengatakannya untuk yang kesekian kalinya karena aku tidak bisa berhenti memikirkan apa yang dia katakan. Apa maksudnya itu? Tidak mungkin orang seperti Taehyung punya teman. Maksudku, aku istrinya tapi aku bahkan tidak bisa mentolerir sikapnya.

"Jungkook!"

Terkejut mendengar seseorang memanggil namaku, aku menoleh ke pemilik suara dan melihat sahabatku Mina dihiasi dengan ekspresi lelahnya.

"Kamu cuma mau duduk di sana sepanjang hari dan memikirkan tentang mantan pancar suamimu?"

"Mantan pacar? Sudah kubilang, mereka teman dekat. Mereka dulunya adalah teman dekat yang artinya, mereka bukan lagi teman," aku mengulangi dengan jelas, tapi dia masih memasang ekspresi yang sama dan perlahan, seringai tipis terlihat di sudut bibirnya. Dia melipat tangannya.

"Sepertinya kamu terlalu menyukainya."

"Suka?" ulangku, suaraku sedikit meninggi. Aku melihatnya menggelengkan kepalanya saat seringainya berubah menjadi senyum dan kemudian tertawa kecil.

"Maaf, maksudku, kamu sangat mencintai suamimu ...."

"Stop!" seruku dengan cepar dan berdiri. Dia menatapku dengan ekspresi bingung.

Ugh, terkadang aku lupa Mina tidak tahu apa-apa tentang keadaan pernikahanku.

"Um ...," aku mencoba mencari alasan. "... Bukannya aku tidak menyukainya. Aku hanya ... aku hanya sedikit ingin tahu tentang wanita ini. Maksudku, Taehyung tidak pernah menyebutnya," aku menjelaskan, berharap itu cukup untuk memenangkan hatinya.

Ekspresinya tetap sama lalu tiba-tiba, dia tertawa terbahak-bahak.

"Kook, aku belum pernah melihatmu secemburu ini sebelumnya."

Cemburu?

"Kamu tidak perlu khawatir. Taehyung adalah suamimu dan dia akan selalu menjadi milikmu," dia menambahkan, menepuk pundakku pelan dan berjalan pergi.

Aku mendengus setelah melihatnya pergi.

"Cemburu? Aku?" Konyol. Tidak peduli seberapa keras aku memikirkannya. Itu terdengar konyol. Bagaimana bisa aku cemburu saat dia sama sekali tidak menarik bagiku?

Kami pernah berteman dekat.

Kata-katanya kembali ke pikiranku. Karena kesal, aku memukul meja kerjaku. Aku harus berhenti memikirkan wanita itu. Kami mungkin tidak akan pernah bertemu lagi.

***

Taehyung POV

Aku tidak bisa tetap tenang. Aku bahkan tidak bisa mendengar dengan jelas karena degupan jantungku yang terlalu keras. Semuanya terlalu mendadak. Aku merasa kewalahan dan bingung. Selama bertahun-tahun, aku meyakini bahwa dia telah pergi dan itu salahku. Lalu bagaimana ... siapa wanita yang sangat mirip dengan Hyemi ini?

Mungkinkah ... mungkinkah dia masih ... hidup selama ini?

Kepalaku pusing dan tanpa sadar aku mengepalkan tinjuku untuk menenangkan diri.

Aku panik dan itu seharusnya tidak terjadi. Aku tidak ingin ketahuan. Aku tidak ingin ditanya apakah aku baik-baik saja, berusaha untuk tetap terlihat tenang, aku berdiri, tidak menoleh atau menatap wajah siapa pun.

"Silahkan lanjutkan rapatnya tanpa saya. Saya akan segera ... kembali," kataku, berharap suaraku tidak terdengar aneh karena panik.

Tidak ada yang mengatakan apa-apa tapi aku bisa merasakan tatapan wanita itu tertuju padaku. Namun, aku dengan cepat melangkah keluar ruangan. Langkah pertama terasa goyah tapi aku menguatkan diri, setidaknya sampai aku tiba di kantor.

Saat aku berjalan menuju kantorku, dalam setiap langkah, kenangan tentang Hyemi datang membanjiri. Awalnya hanya sedikit dan kemudian jauh lebih kuat. Kenangan itu terasa begitu segar.

Segera setelah aku masuk ke kantorku, menutup pintu, napasku semakin berat, setiap tarikan napas terasa sulit. Dadaku sakit, hingga aku terpaksa menempatkan tanganku di dada sambil mempercepat langkahku menuju mejaku.

Laci terakhir, aku menariknya dan mencari sesuatu di dalamnya. Akhirnya, aku menemukan kemasan kecil itu. Membukanya, membiarkan pil-pil itu berjatuhan ke tanganku. Aku mengambil dua pil dan mengembalikan sisanya. Aku menuangkan segelas air, memasukkan pil ke dalam mulutku dan meneguk airnya.

Dalam beberapa menit, pernapasanku menjadi normal dan rasa sakit berkurang. Karena kelelahan, aku merosot ke kursiku, sikuku bertumpu di meja, aku membenamkan kepalaku di tanganku, memejamkan mataku.

Bagaimana ... siapa dia?

Ada ketukan di pintu dan aku mengangkat kepalaku. Aku tidak ingin bertemu siapa pun. Aku sedang tidak mood. Ketukan terdengar sekali lagi.

"Masuk." Aku menyerah pada akhirnya dan mempersiapkan diri untuk apa pun yang akan terjadi selanjutnya.

Saat pintu terbuka, mataku tertuju padanya. Matanya bertemu dengan mataku dan untuk sesaat, dia berdiri, menunjukkan senyum yang sederhana sebelum akhirnya menutup pintu.

Saat aku melihatnya mendekatiku, langkahnya, pakaiannya, semuanya kecuali wajahnya tampak sangat berbeda. Mungkin, dia hanya mirip.

Begitu dia berdiri di depanku, keheningan memenuhi ruangan. Saat itu, perasaanku mati rasa. Aku tidak bisa merasakan apa-apa.

"Wajahmu terlihat pucat. Kamu baik-baik saja?" dia akhirnya memecah kesunyian dam duduk di depanku.

Aku tidak menjawab. Aku bahkan tidak bisa berpaling darinya.

"Siapa kamu? Kenapa kamu sangat mirip dengan dia?" Aku tidak bisa menahan pertanyaanku lagi.

"Dia?" Dia mengulangi, ada emosi di matanya. Aku tidak tahu apa itu.

"Aku tidak menyangka kamu akan mengingatnya. Aku tersentuh."

Mengingatnya?

"Kamu mengatakan itu seolah kamu adalah orang yang sama. Benar 'kan?" Keingintahuanku bertambah. Tidak, aku perlu tahu yang sebenarnya. 

Apakah selama ini semuanya bohong?

Tiba-tiba, dia tersenyum lebar.

"Pertanyaanmu terdengar seolah kamu ingin aku menjadi dia. Kamu sudah menikah dan tampaknya sangat bahagia
..."

"Kamu Hyemi?" aku menyela dengan tidak sabaran. Setiap kalimat darinya hanya membuatku khawatir. Aku tidak suka itu.

Dia balas menatapku tanpa mengucapkan sepatah kata pun dan itu membuatku mengepalkan tangan sambil menunggu jawabannya.

"Namaku Chou Tzyu," katanya dan setelah itu aku merasa sangat hancur. Pelan-pelan, aku menghembuskan napas yang sedari tadi kutahan dan menatap ke tempat lain.

Aku salah.

"Hyemi dulunya adalah namaku."

A-apa?

TBC

My Cruel BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang