Bab 48

623 66 6
                                    

Terimakasih Vote dan Komennya 💜😘

Jungkook POV

"Apa kamu tersenyum?" pertanyaan itu meluncur segera setelah aku melihat lengkungan di bibirnya.

Begitu dia menatapku, senyumannya hilang tapi itu tidak mengubah fakta bahwa dia tersenyum untuk pertama kalinya. Dia memiliki senyum yang indah dan aku baru tahu itu. Aku tersenyum lagi.

Tatapannya kembali pada mi di mangkuk. Rasa bersalah menyelimutiku.

"Maaf, kamu jadi makan mi instan. Seharusnya aku bilang padamu bahwa aku tidak pandai memasak."

Ekspresinya tidak terbaca.

"Kamu tidak perlu memakannya kalau tidak mau. Aku bisa menyuruh pembantu menyiapkan sesuatu ...." Kata-kataku menghilang saat aku melihatnya mengambil sendok, menyendok mi, dan memasukkannya ke mulutnya.

Perlahan, senyum di wajahku melebar. Aku memperhatikan dengan tenang saat dia terus makan dan senyumku tidak pernah memudar.

***

Melangkah keluar dari kamar mandi, aku membungkus diriku dengan handuk dan berdiri di depan cermin. Aku menyeka udara lembab yang menempel di permukaannya sampai bayanganku terlihat. Untuk sesaat, aku hanya menatap dan teringat pemandangan terbaik hari ini. Dia makan tanpa mengeluh. Aku tersenyum mengingat kenangan manis itu.

Entah mengapa, dia tampak sangat berbeda. Meskipun dia tidak mengatakan sepatah kata pun, sikapnya menjadi lebih baik. Dia bukan orang jahat. Aku tidak terlalu penasaran mengapa dja tiba-tiba berubah, aku hanya merasa lega melihat sisi dirinya yang ini dan berharap itu bisa bertahan selamanya.

***

Taehyung POV

Mendekatkan ponsel ke telingaku, aku mendengarkan saat sekretarisku berbicara. Aku harus mengaku sakit, sesuatu yang belum pernah aku lakukan sebelumnya. Tatapanku beralih entah dari mana dan berhenti ketika tertuju pada Jungkook yang sedang menatap rak buku. Begitu matanya menangkap buku yang menarik, dia akan berhenti sejenak dan melihatnya lebih dekat kemudian dia melanjutkan jalannya sekali lagi.

Aku menghela nafas pelan. Dia sangat keras kepala dan tidak ingin meninggalkanku, dia mengatakan akan bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya. Aku sangat ingin memberi tahunya bahwa semua ini bukan salahnya, tapi aku tidak bisa mengeluarkan kata-kata. Aku tidak bisa mengatakannya.

Aku menunduk, memberikan jawaban terakhirku. "Oke, kamu bisa membawanya. Aku akan melihatnya."

"Ya, Pak," balasannya terdengar tepat setelah itu dan kemudian aku memutuskan panggilan.

Begitu aku mendongak, dia tiba-tiba muncul dan aku hampir melompat karena terkejut.

Memasang senyum lebar di wajahnya. "Aku tahu apa yang harus kita lakukan hari ini," katanya.

Aku memaksakan diri untuk memalingkan muka darinya. "Aku sibuk," kataku sambil melewatinya dengan tertatih-tatih.

"Sibuk?" katanya. "Kamu sedang cuti sakit. Katakanlah kamu sedang berlibur. Kamu tidak seharusnya mengubur diri dalam pekerjaan."

Aku mengambil tempat dudukku tanpa bertemu wajahnya. Aku perlahan menyusun meja. Dia memukul meja dengan keras, tepat di depanku.

"Ayo nonton film," katanya saat aku menatapnya. Ada kegembiraan yang tertahan di sana dan dia menunggu jawabanku. Hatiku tersentak membayangkan akan mengecewakannya, tapi logikaku mengatakan akan lebih aman untuk mengecewakannya, jadi aku menurunkan pandanganku, mendorong tangannya dari meja.

"Tidak," balasku sambil melanjutkan apa yang telah aku lakukan. Aku menunggu jawabannya tapi dia tidak mengatakan apapun.

Aku mendengus. Dia menyerah terlalu cepat. Itu tidak seperti dirinya. Aku tidak mengharapkan dia menyerah lebih awal.

Tanya sekali lagi. Sekali lagi.

Aku memohon di dalam hati. Perlahan, aku mending dan melihatnya menatap ke tempat lain, tatapannya random tapi tidak ke arahku.

Haruskah aku mengatakan sesuatu?

Aku membuka mulutku tapi tidak ada yang keluar, kata-kata itu tersangkut di tenggorokanku. Aku mencoba lagi, tiba-tiba terdengar ketukan di pintu. Perhatian kami beralih ke sana.

"Masuk," aku menjawab dan  beberapa saat kemudian, salah satu pelayan masuk dengan karangan bunga lavender di tangannya.

"Ini untuk Anda, Nyonya."

"Aku?" Jungkook bertanya dengan terkejut saat meraih buket itu.

"Dari siapa?"

"Sepertinya yakin ada catatan, Nyonya," pelayan menambahkan sambil menunjuk ke kertas lipat kecil yang tersangkut di antara bunga-bunga.

Segera, pelayan itu dalam perjalanan keluar dari kantor. Aku melihat Jungkook mengeluarkan catatan itu, membaca dan akhirnya, tersenyum. Itu membuatku mengerutkan kening dan aku khawatir dengan informasi apa yang ada di kertas kecil itu.

Jungkook menatap ke arahku dan meskipun aku mencoba terlihat santai dan tidak tertarik dengan apa yang sedang terjadi, aku menyadari itu jauh lebih sulit daripada yang kuduga.

"Sepertinya aku punya penggemar, oh baiklah, aku harus menjaga bunga ini tetap segar selama mungkin. Ini cantik sekali 'kan?" Setelah itu, dia keluar dari ruang kerjaku.

Penggemar.

Aku tidak suka kata itu sedikit pun.

Siapa?

***

Jungkook POV

Aku tersenyum sekali lagi, senang melihat betapa cantiknya bunga-bunga di dalam vas. Memikirkan bahwa aku memiliki seorang penggemar tidak cukup membuatku nyaman, tapi pada saat yang sama, rasanya menyenangkan saat dilihat dari sudut pandang yang berbeda. 

Siapa dia?

Aku tidak berkenalan dengan banyak orang. Mina adalah satu-satunya teman dekat dan rekan kerjaku. Mungkin, itu orang itu salah alamat. Namun, melihatnya membuatku tersenyum.

"Cantik sekali."

Ada nontifikasi dan aku melirik ponselku.  Sebuah pesan dari nomor tak dikenal. Aku mengklik dan membaca.

Anonim
Ini aku, Tzuyu.

Anonim
Bagaimana tadi malam? Ada banyak hal yang perlu kita diskusikan.

Anonim
Tertarik untuk menghilangkan rasa penasaranmu? Mari bertemu sekarang di kafe Cofresso.

Saat aku mengalihkan pandangan dari ponselku, senyumku menghilang dan sekarang tergantikan dengan cemberut.

Kamu tidak harus bertemu dengannya.

Alam bawah sadarku mengingatkan tapi pada saat yang sama, keingintahuanku menarikku. Pasti ada sesuatu yang lebih antara Taehyung dan dia.

Taehyung pasti tidak akan memberitahuku tapi Tzuyu siap untuk mengatakan semuanya. Masalahnya sekarang adalah ... apakah aku benar-benar ingin mendengarnya?

Tbc

My Cruel BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang