Bab 51

668 65 12
                                    

Terimakasih komen dan vote-nya💜😘

***

Taehyung POV

Aku hanya menatapnya.

"A-apa?" tanyaku dengan suara bergetar.

Dia menghela napas sekali lagi.

"Tetap menjadi istrimu hanya akan melukaiku. Aku ... aku tidak ingin hidup seperti itu selamanya. Aku tidak ingin bertengkar denganmu untuk hal-hal tidak perlu dan berpura-pura menjadi pasangan harmonis di hadapan dunia, sementara kita ...."

Dia menunduk.

"... kamu bilang kita tidak akan pernah bisa menjadi pasangan nyata."

Hening. Tiba-tiba, dia menatap ke tempat lain selain padaku.

"Jangan salah paham. Aku tidak pernah lupa alasan pernikahan kita. Aku pasti akan membayar setiap sen hutang ayahku padamu bahkan jika aku harus bekerja selamanya tapi, aku tidak bisa menjadi istrimu lagi."

Dia berdiri.

"Aku akan pergi setelah kakimu membaik." Setelah itu, dia berbalik untuk pergi. Aku dengan cepat meraih tangannya dan berdiri.

Jantungku berdebar kencang. Kekhawatiran yang tak bisa dijelaskan menghampiriku. Aku gugup. Sejujurnya, aku tidak ingin dia pergi tapi aku juga tidak bisa mengatakan sesuatu yang dapat mengubah pikirannya.

Mungkin, memang lebih baik dia pergi. Dia hanya akan sengsara di sini dan semakin lama dia di sini maka akan semakin sulit untuk melepasnya. Aku tidak akan pernah bisa memberinya kehidupan normal. Trauma masa laluku selalu menghalangi.

"Tidak," kataku sambil melepaskan tangannya. "Kamu tidak perlu menunggu selama itu. Aku bisa mengurus diriku sendiri," kataku dengan berat hati.

Kebungkamannya membuatku gelisah.

"Jadi ... maksudmu, kamu akan baik-baik saja tanpaku?"

"Ya," aku menjawab dan meskipun enggan, aku mendongak untuk menatap matanya. Dia menangis. Kenapa?

"Aku tahu kamu laki-laki brengsek dan egois, tapi hari ini kamu menunjukkan kebenarannya."

Dia berbalik dan berjalan pergi tanpa menoleh sekali pun.

Aku menarik napas dalam-dalam dan menghela napas.

Maafkan aku, Jungkook.

***

Aku mengintip melalui gorden, dia membuka bagasi mobil, lalu memasukkan koper kecil ke dalam dan berdiri sejenak. Tiba-tiba, dia berbalik dan mata kami bertemu. Dia memergoki dan memelototiku.

Dia terlihat marah dan aku tidak tahu mengapa. Aku mengembalikan kebebasan yang aku renggut dengan paksa terlepas dari betapa sedihnya hatiku memikirkan kehilangan dirinya. Satu-satunya penghiburku adalah pemikiran bahwa lebih baik sekarang daripada nanti. Akan lebih menyakitkan untuk membiarkannya pergi suatu hari nanti dan aku tidak ingin merasakan hal itu sekali lagi.

Dia mengelilingi mobil dan masuk. Mobil melaju menuju gerbang. Aku menunduk, tidak ingin melihatnya lagi jadi aku menjauh dari jendela. Dia telah pergi.

Selama beberapa saat, aku berdiri di tempatku dan mencoba menenangkan diriku. Dadaku seperti ditusuk oleh ribuan jarum. Perasaan familiar yang telah aku coba kubur selama bertahun-tahun mulai muncul ke permukaan. Perlahan, rasa panik mulai merayap kembali ke dalam diriku. Aku kesulitan bernapas.

Tiba-tiba pintu terbuka dan pandanganku langsung mengarah ke sana. Mataku terbelalak. Dia sedang berdiri di sana, terengah-engah seperti orang yang baru berlari maraton. Dia mengambil langkah ke arahku.

"Aku ... ada satu hal yang ingin aku tanyakan padamu," katanya. Napasnya memburu dan tidak stabil. Aku bisa melihat keringat yang menetes di pelipisnya.

Apa dia berlari?

"Apa ... apa kamu peduli padaku, meski hanya sedikit?" Matanya tidak pernah lepas dariku.

Tatapanku terpaku padanya. Aku sangat terkejut. Dia ada disini. Dia tidak pergi. Dia ... dia berbeda.

"Ya," bisikku. Tatapannya menjadi lebih lembut, dia menghela nafas lega, dan memalingkan muka sejenak.

"Lalu ...lalu kenapa kamu memintaku pergi?" dia bertanya, suaranya bergetar.

"Karena kamu ingin pergi."

Dia berdecak sebelum menatapku lagi.

"Kamu tidak tahu apa-apa tentang wanita. Suara hati kami selalu bertolak belakang dengan apa yang kami katakan," katanya sambil mengepalkan tinjunya. Dia berjalan ke tempat tidur dan mendudukkan dirinya di sana, mencoba mengatur napasnya.

Aku tidak bisa berhenti menatapnya. Ini seperti mimpi. Ini pasti mimpi. Dia seharusnya pergi.

"Kenapa kamu kembali?" tanyaku tanpa berpikir dua kali.

Dia kembali menatapku, dan tampak enggan untuk mengatakan alasannya. Aku seharusnya tidak memaksanya untuk menjawab. Tapi ... aku tidak bisa menahannya. Dia ingin pergi dan aku berusaha untuk berdamai dengan keputusan itu tapi sekarang berbeda. Aku harus tahu alasannya.

Dia menunduk. "Aku sangat marah padamu dan saat aku sedang menyusun barangku di bagasi, aku melihatmu mengintip di jendela, aku merasa semakin kesal karena kamu tidak menghentikanku. Aku mencoba untuk meyakinkan diriku agar meninggalkanmu tapi ... saat aku melihat gerbang, aku tidak bisa melakukannya."

Dia menatapku. "Aku tidak bisa meninggalkanmu ... tanpa mengetahui kebenarannya."

"Kebenaran apa?"

Dia menghela napas tepat ketika dia berdiri dan berjalan ke arahku.

"Kamu seperti anak kecil. Aku harus menjelaskan semuanya padamu." Tatapanku tidak pernah lepas darinya, bahkan saat dia diam. "Kamu ... kamu sangat istimewa untukku," katanya, wajahku tidak menunjukkan ekspresi yang apapun. Aku tidak mengerti.

"Aku menyukaimu," dia berseru seolah membaca pikiranku dan dengan cepat menghindari menatapku. 

Aku terkejut.

A-apa?

Dia tidak menatapku dan berkata, "kamu tidak perlu memikirkan apa yang aku katakan. Aku yang merasakannya jadi aku yang akan bertanggung jawab. Aku hanya ... aku tidak bisa menyembunyikan emosiku jadi aku mengatakannya."

Aku tercengang. Pengakuannya mengejutkanku dan aku tidak bisa bereaksi.

"Aku lapar. Aku belum makan apapun pagi ini, jadi aku akan makan." Setelah itu, dia dengan cepat berbalik dan masih membeku, aku tetap diam sampai dia akhirnya keluar dari kamar.

Dia menyukaiku. Dia ... dia menyukaiku?

***

Jungkook POV

Aku menghempaskan tubuhku ke dinding begitu keluar dari kamar dan memegang dadaku, jantungku berdegup kencang. Kegugupan yang telah aku coba tahan dengan sangat keras di hadapannya semuanya runtuh. Kakiku goyah. Aku kehilangan kekuatan.

Apa ... apa kamu peduli padaku, meski hanya sedikit?

Ya.

Satu kata ajaibnya melintas di benakku dan entah mengapa ketika senyum mantap terbentuk di bibirku, aku juga mulai tenang.

Dia peduli padaku.

Tbc

Yeyy, bentar lagi pergantian tahun. Di sini udah pukul 23.05, nih🤭 sejam lagi.

Have a good time!💜

My Cruel BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang