Bab 41

591 59 2
                                    

Taehyung POV

Apa gunanya pernyataanku ketika aku tetap melakukan apa yang dia inginkan. Aku meliriknya sekali dan mata kami bertemu meskipun ruangan itu setengah redup. Aku menjadi yang pertama memalingkan muka, berbaring miring dalam posisi membelakanginya.

Aku memejamkan mata, mencoba untuk tidur, tapi lima menit kemudian, aku berbalik, berbaring telentang. Aku menunggu dan terus menunggu tapi tidak ada rasa kantuk. Aku tidak mengantuk.

Pada akhirnya, aku perlahan membuka mata dan bertemu dengan sepasang maniknya.

"Insomnia?" dia bertanya. Aku ingin membalas tapi pada saat yang sama, aku rasa itu tidak perlu. Oleh karena itu, aku berbalik, berbaring telentang dan menatap langit-langit.

Keheningan menyelimuti kami.

"Tentang tipe idealmu ... apa kamu pernah bertemu dengannya?"

Pertanyaannya tiba-tiba dan sangat tidak terduga. Aku tidak mengerti mengapa dia sangat tertarik pada topik itu.

"Tidak." Aku menoleh, menatap matanya.

"Dia tidak ada."

Jungkook POV

Melihatnya berbalik sekali lagi, aku menghela nafas dalam diam sambil menatap langit-langit.

Dia tidak ada.

Aku teringat kata-katanya. Aku berpikir terlalu jauh tentangnya. Dia jelas mengada-ada tapi jauh di lubuk hati ... aku berharap aku cocok dengan deskripsi itu.

***

Keesokan paginya, aku bangun lebih awal dari biasanya. Matahari baru saja mengintip dari balik awan. Tidak peduli apa yang aku lakukan, aku tidak bisa tidur lagi jadi aku turun dari tempat tidur untuk menjelajahi kamar.

Taehyung masih tertidur.

Aku mendekat ke arahnya dan duduk di sampingnya sambil menatap wajahnya dan memperhatikannya tidur. Aku tidak bisa menahan senyum kecil di wajahku. Kalau saja dia terlihat damai seperti ini saat dia bangun maka itu akan jauh lebih baik.

Aku menatap ke sekeliling dan sesuatu di meja samping tempat tidurnya menarik perhatianku. Aku tiba-tiba mendapatkan ide yang paling aneh dan paling jahat. Senyum nakal tersungging di bibirku.

***

Taehyung POV

Aku bangun sedikit lebih lambat dari biasanya. Dalam perjalanan ke kamar mandi, Jungkook tidak terlihat. Meskipun sedikit penasaran mengapa dia bangun lebih awal dari biasanya, aku melanjutkan rutinitas harianku. Aku melirik bayanganku di cermin dan mataku melotot melihat noda hitam dalam pantulan diriku. Aku mendekat untuk memastikan apakah aku salah lihat. Aku mengarahkan tanganku ke wajahku. Ada kumis. Kumis yang digambar dengan tinta hitam.

Hanya ada satu penjelasan untuk apa yang aku lihat. Jungkook.

Tanpa membuang waktu lagi, aku mencoba menyekanya dengan air dan juga menggunakan sabun tapi tidak mau hilang. Aku kesal dan setelah melemparkan handuk di atas meja, aku berjalan keluar kamar.

***

Jungkook POV

Aku terus-menerus mencuri pandang ke pintu ruang makan. Dia pasti akan menyerbu masuk untuk meminta penjelasan. Aku tertawa kecil mengingat hasil karyaku.

"Jungkook!" aku mendengar suaranya bergema.

"Aku di sini," aku menjawab. Sebentar lagi, dia akan berjalan masuk dengan penampilan yang imut dan lucu. Aku berusaha sangat keras untuk tidak tertawa atau membuatnya sangat jelas bahwa aku terlibat dalam apa yang terjadi.

Dia berhenti tepat saat aku meneguk sedikit jus di depanku. Dia berdiri tanpa mengucapkan sepatah kata pun selama beberapa saat, yang juga membuat wajah datarku sulit dipertahankan.

"Silakan. Tertawalah sebanyak yang kamu bisa dan katakan padaku, mengapa menggambar di wajahku, apa ini jokes terbaikmu?"

Aku tertawa kecil.

"Apa yang membuatmu berpikir bahwa aku yang melakukannya?"

"Entahlah Jungkook, mungkin karena kamu satu-satunya di rumah ini yang berani padaku atau mungkin karena kamu satu-satunya yang sekamar denganku. Pilih saja."

Aku berdiri, mengangkat tangan sebagai pertanda menyerah.

"Oke-oke. Aku yang melakukannya. Aku hanya bercanda," kataku sebelum melipat tanganku di dada.

Dia menghela nafas sejenak dan memalingkan muka dalam upaya untuk menahan apa pun yang dia rasakan saat ini.

"Bagaimana cara menghapusnya? Ini tidak mau hilang."

"Maksudnya? Itu hanya spidol," kataku dan berjalan mendekat, mencoba untuk menghapusnya dengan tanganku tapi spidol itu benar-benar tidak bisa dihapus.

"Stop, stop!" Dia menepis tanganku, membuatku mundur selangkah.

"Kamu pakai spidol apa?"

"Biasa ...." Tiba-tiba, aku teringat.

Aku tersentak, menutup mulutku dengan kedua tanganku.

"Aku ... aku mungkin menggunakan spidol permanen," aku akhirnya mengaku dan menyaksikan wajah terkejutnya.

"Maaf. Aku ... aku ingin membuat pagi ini berbeda. Setiap hari kamu melakukan hal yang sama dan aku ingin mengubah pagi ini untukmu."

Dia mengerutkan keningn dan aku akhirnya menyadari apa yang baru saja aku katakan.

"Kenapa? Kenapa kamu peduli?"

Aku menatapnya dengan mata terbelalak dan tak bisa berkata-kata. Apa terlalu dini untuk mengungkapkan perasaanku?

"Karena aku jatuh cinta padamu. Jangan tanya kenapa dan bagaimana ... aku hanya tahu kalau aku punya perasaan terhadapmu."

Aku bingung dengan fantasiku sendiri yang membuatku mengatakan yang sebenarnya tapi dalam kenyataan. Aku belum mengatakan sepatah kata pun sehubungan dengan pertanyaannya.

"Jungkook ...."

"Itu hanya spidol permanen. Pasti ada cara untuk menghapusnya. Aku akan mencari solusinya," kataku sambil berjalan melewatinya. Sebelum dia sempat mengatakan sesuatu, aku sudah keluar dari ruang makan.

TBC

My Cruel BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang