A God? ||Genshin x M.Reader||
||Part 24||
||Angin, Petir dan Api||"Jadi, kau (M/n), aku benar kan?" Jean, selaku Grand Master Favonius knight. Tersenyum serasa mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.
"Ah, benar. Saya (M/n)....kakak Diona" (M/n) tersenyum dan menjabat tangan Jean. Entah bagaimana dia di anggap sebagai kakak Diona. Bukannya dia menolak, tapi ini juga keuntungan yang bagus.
"Hmm, Anemo ya...sepertinya semangat angin yang baru datang ke kota" Jean mengangguk kecil, tersenyum ketika melihat vision anemo yang tergantung di pinggang (M/n).
"Yah, saya rasa juga begitu" Tersenyum kaku, (M/n) hanya mengangguk menyetujui semuanya. Dia tidak hanya memiliki anemo tapi (M/n) juga belum mencoba elemen yang lain.
"Bagus kalau begitu, setidaknya kedepan ada pembantu tambahan untuk melindungi Mondstad." Jean terkekeh kecil. Geli melihat remaja di depannya kaku karena gugup dan malu.
Lucu
"Omong-omong, kenapa Grandmaster ingin menemui saya?" Balas tersenyum malu, (M/n) menatap sekitar. Menghindari tatapan Jean yang jelas-jelas geli dengan dirinya sendiri.
Dia tidak memberi kesan buruk kan?
"Bukan masalah besar, aku hanya ingin melihat pendatang baru yang di gadang-gadang bisa mengguncang Tetvat" Jean menjelaskan dengan senyum di sudut mulutnya. Yah, mereka tidak melebih-lebihkan.
"Mengguncang....teyvat..." Bibir (M/n) berkedut antara ingin tersenyum tapi menganggap panggilan itu berlebihan untuknya.
"Yah, mereka mangatakan itu karena penampilannya. Anggap saja warga mond berlebihan. Tapi memang jarang melihat remaja dengan wajah menawan dan keterampilan yang hebat" Jean terkekeh, mendengar berbagai ocehan penduduk kota yang mengatakan kalau (M/n) seperti pangeran dalam dongeng yang keluar ke dunia nyata.
"....aku akan menganggap itu sebagai pujian" (M/n) terkekeh canggung. Haruskah dia menyalahkan Nenek Hu yang membuat penampilannya seperti ini?
Nah, tentu saja tidak
"Itu memang pujian sayang~" Tubuh (M/n) langsung menegang ketika ada jari yang menyentuh lengannya. Menoleh ke kiri, dia langsung berhadapan dengan mata berair yang cantik.
'Woah, aku tau Lisa itu cantik...tapi, dia benar-benar secantik ini?' (M/n) mengerjab, lalu membuka bibirnya untuk berbicara sebelum di sela dengan sebuah jari yang menyentuh bibirnya.
"Ssst, biarkan aku sendiri yang mengenalkan diri sayang. Namaku Lisa Minci, penjaga perpustakaan knight of Favonius~" Dengan nada menggodanya. Lisa yang menyunggingkan senyum jahil, mencubit pelan pipi (M/n) yang perlahan memerah.
Ah, anak muda
"Salam kenal, Nona Lisa" (M/n) mengangguk kecil. Menunjukan senyum malu ketika Lisa menatapnya intens.
"Nah, panggil saja aku Lisa. Tidak perlu embel-embel nona" Lisa terkekeh. Menepuk pelan dada (M/n) sebelum berjalan ke arah rak buku yang berada di kantor Grandmaster.
"Lisa, kau tidak bisa menggoda orang yang jauh lebih muda darimu" Jean menggelengkan kepalanya kecil. Menatap sahabatnya dengan pandangan serius.
"Oh ayolah, (M/n) terlalu memukau untuk di abaikan. Bagaimana aku tidak menggoda remaja yang begitu menawan?" Lisa mengedipkan matanya ke arah Jean. Senyum khasnya tersungging dengan apik.
Cantik
"Terserah dirimu saja" Menggelengkan kepalanya dengan kekalahan. Jean hanya bisa tersenyum maklum. Menatap remaja di depannya, Jean kembali menjadi serius.
"Ehem, (M/n) apa kau ingin terus menetap di Mondstad atau kau memiliki rencana lain?" Jean bertanya, mengingat (M/n) memperkenalkan dirinya sebagai pengembara.
"Soal itu, saya memang memiliki rencana lain. Mungkin menatap di Mondstad selama beberapa bulan sebelum pindah ke bagian lain dari Teyvat." (M/n) menunjukkan senyum senang. Matanya kembali bersinar dengan antusiasme.
"Oh, itu rencana yang bagus. Setelah Mond, kemana tujuanmu selanjutnya?" Jean mengangguk mengerti. Anak semuda ini, memang lebih bergairah untuk berkelana ke berbagai negara.
Tapi, saya mengjompo di rumah
"Liyue, saya sudah melihat Liyue bersama Diona. Tapi tanah batu itu begitu luas, sepertinya memerlukan waktu beberapa bulan juga sebelum ke negara selanjutnya" (M/n) mengingat-ingat seberapa besar map tanah batu, Liyue.
Luas, atau mungkin yang terluas?
"Sayangku, setelah Liyue...bagaimana dengan negara selanjutnya?" Entah kenapa, Lisa memiliki perasaan yang tidak enak dengan negara ketiga yang akan di tuju oleh (M/n).
"Inazuma"
"Ah, Inazuma?" Mata Lisa langsung melebar. Mencengkeram bukunya dengan erat. Anak ini, dia tidak betul-betul berencana ke Inazuma kan?
"Memangnya, ada apa dengan Inazuma?" (M/n) 'bertanya' dengan wajah berkerut.
"Yah, Inazuma negara yang indah. Tapi, ada sesuatu yang besar terjadi akhir-akhir ini di Inazuma. Mereka memburu vision yang menurut mereka pantas untuk di ambil kembali" Jean menjelaskan dengan dahi yang berkerut.
"Eh, siapa yang melakukan pemburuan Vision?" (M/n) sekali lagi bertanya dengan wajah kaget menerima informasi yang baru saja dia dengar.
"Dari yang aku dengar, pelaku utama atau dalang dari pemburuan Vision ini adalah dewa mereka sendiri. Dewa Electro, Reiden Shogun?" Lisa menjawab. Menatap khawatir ke arah (M/n).
"Kau, tidak akan benar-benar pergi ke Inazuma setelah mendengar ini kan?" Lisa menyipitkan matanya penuh penekanan. Dia tidak tega melihat remaja yang begitu menawan akan menjadi orang linglung ketika visionnya di rampas begitu saja.
"Em....tidak...eh, yah...haha" (M/n) tertawa dengan canggung. Melihat ke arah kakinya dengan senyum malu di wajahnya.
"....aku tau itu, kau justru penasaran dengan pemburuan vision ini kan?" Jean mengusap pelipisnya dengan helaan nafas kecil. Ayo, bocah yang begitu berkemampuan. Sayang jika visionnya di ambil.
"Master Jean, Nona Lisa saya punya kenalan di Inazuma. Bahkan pergi ke saya pun, sepertinya akan baik-baik saja." Ayolah, (M/n) punya ayato kamisato di sisinya.
"Terserah dirimu (M/n) tapi tetap saja, kau harus berhati-hati ketika menginjak tanah Inazuma." Jean mengingatkan, kenapa dia yang merasa pusing di sini?
(M/n) memang bisa mengguncang warga Teyvat secara tidak sadar.
Tok tok tok
"Permisi Master Jean, Outrider Amber datang melapor!"
(M/n) langsung menatap ke arah pintu. Tahu betul suara siapa yang mengetuk pintu. Tepat setalah Jean mengijinkan Amber masuk. (M/n) bisa melihat perempuan mungil dengan pakaian khasnya yang terlihat menggemaskan. Di tambah mata cerah yang berapi-api. Sesuai dengan vision pyro nya.
"Bagaimana misimu Amber?" Jean tersenyum. Menatap Amber dengan mata tenang. Seolah-olah rasa frustasi sebelumnya, hilang.
"Oh, selesai. Kemah-kemah Hilicurl sudah aku bereskan. Aman dan nyaman di sepanjang jalan, tapi ada kemungkinan mereka membangun kemah kembali" Amber segera menjawab pertanyaan Jean setelah melihat laki-laki jangkung yang duduk di depan meja Grandmaster dengan pandangan penasaran.
"Kerja bagus Amber, kau melakukan pekerjaan yang luar biasa" Jean mengangguk senang. Lalu menatap (M/n) yang menatap Amber.
"Oh benar, (M/n) ini Amber. Outrider kami yang sangat bisa di andalkan dan Amber, ini (M/n) orang baru yang menjadi idola banyak orang" Jean, memperkenalkan keduanya. Dengan bumbu candaan di akhir kalimatnya. Puas melihat telinga (M/n) yang perlahan memerah.
"Aah, akhirnya bisa bertemu denganmu!" Amber memberi (M/n) senyum senang.
"Senang bertemu denganmu, semoga kita akur di masa depan"
"Tentu saja kita akan akur!"
A God? ||Genshin x M.Reader||
||Part 24||
||Angin, Petir dan Api||
||End||
KAMU SEDANG MEMBACA
A God? ||Genshin x M.Reader||
FanficGenshin Impact fanfic Warning! - Character bukan milikku, mereke /husbu and waifu/ milik mihoyo. - Karya yang ada dalam cerita /gambar/ bukan miliku, sumber : pinterest. - Alur terkadang melenceng dari alur asli, terselip cerita karangan sendiri...