A God? ||Genshin x M.Reader||
||Part 22||
||Venti||"Hey, omong-omong apa yang kau lakukan di sini, hmm?" Venti, duduk di samping (M/n) dengan kaki di tekuk. Manis untuk di lihat, sungguh memanah hati.
Ayo kita lupakan kebiasan mabuk dan berhutangnya
"Oh, aku sedang menunggu....teman?" (M/n) menjawab dengan ragu. Dia mungkin bisa saja dengan sesuka hati mengeklaim Kaeya sebagai temannya. Tapi, bagaimana dengan Kaeya sendiri. Memangnya dia akan terima di anggap sebagai teman?
Tentu saja tidak, peka dikit lah wahai kamu
"Ooh, maksudmu kesatria dengan rambut biru gelap yang itu?" Venti langsung mengingat seorang kesatria. Orang khaerin'ah, jika tebakannya tidak salah. Ternyata masih ada yang selamat ya?
"Yang itu...?" (M/n) menatap Venti. Berbagai pertanyaan muncul di kepalanya. Jika Venti sudah mengenali Kaeya, berarti itu ada kemungkinan Venti sudah masuk ke dalam kota. Dan, plot sebenarnya akan segera di mulai...
Dia tidak sabar bertemu dengan salah satu dari si kembar pirang.
"Aku anggap kau sudah mengenal Tuan Kaeya kalau begitu" (M/n) mengangguk kecil. Senang jika memang sudah mendekati waktunya. Dia benar-benar tidak sabar menjalani berbagai petualangan.
Karena sebenarnya, dia cukup bosan hanya berkeliling seperti petualang biasa. Karena badai sebenarnya hanya akan di mulai jika protagonis di dalam game akan muncul. Dan ini sudah cukup lama, dia juga sudah berlatih. Setidaknya, dia sudah cukup untuk di beri label "mampu".
"Hmm, begitulah. Dan juga, sepertinya kau bersemangat ya (M/n)?" Venti bisa membaca binar di mata ungu pudar remaja pria di depannya. Sungguh menarik untuk di lihat, mata yang begitu lembut dan cantik. Memiliki binar semangat dan ketegasan. Jarang sekali anak-anak di usia remaja memiliki mata seperti itu.
"Aku hanya senang, itu saja. Pokoknya, jangan tanya kenapa alasannya. Entah bagaimana, aku merasa akan ada sesuatu yang begitu besar akan datang berkunjung ke kota kebebasan ini." (M/n) menunjukkan senyum senangnya. Dia benar-benar tidak sabar kan?
"....begitukah?" Venti menatap (M/n) dengan takjub sekaligus was-was. Takjub karena melihat senyum yang begitu cantik. Tapi juga was-was jika yang di katakan (M/n) itu benar adanya.
Tentu saja, dia sebagai dewa bisa merasakan segala hal di tanahnya. Tapi bukan berarti semua yang dia bayangkan bisa menjadi hal yang nyata. Dia melemah, itu adalah fakta. Tapi bukan berarti dia akan lemah seterusnya. Tapi, mendengar perkataan (M/n) dia langsung memiliki sebuah firasat.
Sahabat naganya dan hal besar yang (M/n) bicarakan. Entah bagaimana, dia meyakini perkataan itu adalah kenyataan. Mengingat dia mendengar raungan Dvalin yang terdengar marah akhir-akhir ini. Bukannya dia tidak peduli, dia masih dalam masa pemulihan. Jadi dia belum bisa menunjukkan diri di depan teman lamanya sekarang.
"Badai besar....itu terdengar seperti mimpi buruk" Venti menunduk, mimpi buruk...
Tapi dia sendiri sudah mengalami hal terburuk
"Kau takut...?" (M/n) menatap Venti heran. Tapi melihat raut wajah yang sedih di depannya. (M/n) mengerjab bingung, lalu menepuk pelan punggung Venti setelah mengingat beberapa hal.
"Tenang saja, kota ini begitu aman. Bahkan jika ada badai yang akan datang, aku sangat yakin semuanya akan baik-baik saja. Mondstadt memiliki kesatria yang hebat. Mereka pasti mampu menanganinya" (M/n) mengucapkan kata-kata yang cukup menyakinkan bagi Venti.
"Yah, kau benar tentang itu" Venti tersenyum kecil, mengangguk dan menegakkan badannya.
"Omong-omong, apa yang kau lakukan di sini Venti. Kau ini pengangguran ya?" (M/n), dengan mulut polosnya mulai bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A God? ||Genshin x M.Reader||
FanfictionGenshin Impact fanfic Warning! - Character bukan milikku, mereke /husbu and waifu/ milik mihoyo. - Karya yang ada dalam cerita /gambar/ bukan miliku, sumber : pinterest. - Alur terkadang melenceng dari alur asli, terselip cerita karangan sendiri...