Laci kuning

28.9K 3K 30
                                    

~

Hari pertama sekolah. Seperti layaknya seorang Ibu, Fiona mengantar Isabel sampai depan pintu gerbang. Beberapa kali Fiona senyum-senyum sendiri melihat penampilan anaknya pagi itu. Hingga akhirnya dia berkata, "kamu cantik nak.." Ujarnya selagi sedikit mencolek dagu Isabel.

"Memang sebelumnya aku gak cantik?" Tanya Isabel. Fiona sempat tertegun kemudian tersenyum lebar.

"Cantik dong, Nih! Lihat foto-foto kamu!" Fiona mengeluarkan ponsel kemudian menunjukkan beberapa foto dengan antusias. Mereka masih asyik di dalam mobil meski sudah sampai di depan gerbang.

Isabel melihat foto-foto Pabella yang terlihat cupu baginya. Penampilannya sekarang sangat jauh berbeda. Pabella bahkan seringkali mengikat rambut panjangnya plus menggunakan kaca mata tebal. Fashion-nya bagi Isabel terlalu biasa dan gak mencerminkan dirinya sama sekali.

Ish! Kampungan! Cecar Isabel dalam hati. Namun sedetik kemudian, ia sadar akan satu hal. Jika penampilannya berubah drastis seperti ini, mungkinkah akan mengganggu alur cerita?

Isabel langsung mencari sesuatu di laci dashboard. Tali atau apapun itu yang bisa ia gunakan untuk mengikat rambut. Dapat! Ada beberapa ikat rambut di dalam laci. Isabel mengikat rambutnya lalu merapikan seragam.

Fiona heran saat memperhatikan kelakuan Isabel. "Kenapa diikat? Lebih cantik digerai!"

"Kalau dipikir-pikir gak PD Mah.." Jawab Isabel cengengesan. "Aku masuk dulu yah muach.." Isabel bahkan mencium Fiona sebelum akhirnya turun terburu-buru.

Diperlakukan seperti itu membuat hati Fiona menghangat. Ia bahkan tidak berharap lebih. Perubahan Pabella baginya sangat manis. Dulu mereka hanya saling cuek dan percakapan pun seperlunya. Tidak ada skinship apapun. Namun setelah kejadian naas itu, Fiona merasa anaknya lebih hangat. Meski mulutnya kadang-kadang agak ngelunjak.

~

Isabella memberanikan diri masuk ke dalam gerbang tinggi itu bersamaan dengan anak-anak lain. Beberapa anak mulai berbisik saat melihat Isabel kembali sekolah.

Ah! Pasti karena percobaan bunuh diri Pabella! Isabel merasa risih sebenarnya. Tapi apa boleh buat? Dia datang setelah Pabella berulah seperti itu.

Sudahlah! Bukan itu yang harus ia pikiran! Masalahnya, Isabel hanya sempat melihat buku catatan Pabella bertuliskan kelas XI F. Ada tiga gedung bertingkat dengan jejeran kelas-kelas, tambah dua gedung besar yang entah mereka gunakan untuk apa.

Jika di dunia nyata, dia mungkin tak akan sanggup untuk bersekolah di tempat seperti ini. Lapangan luas, fasilitas mewah sudah bukan rahasia lagi. Dan sialnya! Pasal mencari kelas saja sampai kebingungan setengah mampus. Kalau bertanya bukankah lebih aneh??

"Bella!" Isabel tidak menoleh saat seseorang berteriak memanggil namanya. "Hei! Bella!" Siswi itu langsung merangkul Isabel dengan wangi permen karet dan rambut panjang lurus yang ia gerai bebas. Penampilannya cukup modis dengan kulit putih bersih dengan senyuman yang cukup manis. Dan sepertinya dia berdandan cukup apik. Makeup-nya tipis terlihat natural.

Isabel masih hati-hati untuk tidak asal menjawab. Sampai akhirnya, ia melihat name tag di seragam siswi itu bertuliskan Sandra Jenn.

Ow.. Sandra Jenn? Nyonya Arini benar-benar kekinian kalau bikin nama tokoh. Dan penampilannya? It's amazing! Bisa-bisanya anak pembantu se-kece ini? Pikir Isabel.

"Kamu baik-baik aja kan?" Tanya Sandra ramah. Isabel hanya mengangguk pelan. Ia pernah membaca point of view milik Sandra. Setidaknya, ia tau sedikit. "Jangan sampai orang lain tau soal aku dan Aksara! Kalau sampai ada satu orang aja yang tau, kamu gak akan selamat lagi kayak gini!" Deg! Suara Sandra tiba-tiba mengeras dengan tatapan tajam yang sulit dijelaskan. Isabel ternyata tidak mengenalnya sama sekali. Kalimatnya lumayan serem.

Pesona Antagonis (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang