Pabella sialan

26.3K 3.2K 64
                                    

~

Isabel bersembunyi dibalik loker. Semoga tidak ada yang bisa menemukannya. Suara ribut tadi masih terdengar. Sepertinya mereka membuka pintu ruangan bawah tribun itu tanpa masuk ke dalam.

Abaikan! Isabel penasaran dengan catatan itu. Selagi bersembunyi, ia membuka halaman pertama buku itu. Hanya ada dua point yang tertulis disana.

1. Couple goals Sandra ♥️ Aksara!

2. Awasi Angkasa!

Isabel membuka halaman selanjutnya. Kosong! Tak ada tulisan apapun!

"Ough! SHITT! CUMA INI?!" Tanpa sadar Isabel berteriak sendiri. Sadar dia sedang bersembunyi, Isabel menutup mulut. Berharap suaranya tak terdengar oleh orang-orang itu.

"Hei! Siapa di sana?!" Suara berat dan agak serak terdengar menggelegar. Isabel mulai gemetar. Ia menyembunyikan buku itu kembali ke dalam laci kuning, begitupun dengan kunci di loker 26 itu. Dan kunci lokernya, ia masukkan ke dalam baju dalamnya supaya aman.

"Hello! Keluar! Gue hitung sampai tiga! Kalau gak keluar juga, gue obrak abrik tempat ini!" Suara pria lain juga terdengar menyeramkan.

Plak! Plak! Isabel menampar pipinya beberapa kali. Oke. Tidak ada alasan untuk takut. Isabel sebelumnya tidak takut apapun kan? Kenapa harus ciut hanya karena suara anak-anak SMA? Ingat? Umur Isabel 25 tahun!

Bruk!

Isabel berdiri tegap. Membenahi seragamnya, lalu berjalan tegap keluar.

"Ou.. Pabella..!" Salah seorang pria tambun menyambut Isabel dengan logat ala-ala Italia.

Ada tiga orang di sana. Satu orang sempat ia lihat di kelas tadi saat dia membantu Angkasa.

"Wih! Abis ganti nyawa baru lu? Bisa-bisanya dia berani dorong Angkasa tadi." Ujar salah satu orang yang tadi sempat menyaksikan Angkasa tersungkur.

"Serius Gan?" Pria tambun itu terlihat ingin tahu ceritanya.

"Iya. Tadi Angkasa lagi geledah lokernya, eh malah di dorong."

"Sialan lu!" Ketiga pria itu mendekat ke arah Isabela. Kaki Isabel sempat mundur satu langkah. Namun tidak jadi! Ia kembali melangkah maju selagi bertolak pinggang.

"Apa lu?! Gue gak takut!" Isabel meraih gagang pel mencoba menggunakannya untuk pertahanan diri.

"Weeiiisss... Boleh juga lu. Gak takut sekarang?" Tanya pria tambun itu. "Mumpung Angkasa belum datang kita eksekusi aja gimana?" Tanyanya pada teman yang lain.

"Jangan macem-macem lu! Gue pernah belajar boxing yah!" Ujar Isabel. Namun mana mungkin mereka takut jika suaranya saja gemetar.

Salah satu pria mengangguk setuju kemudian berusaha meraih tangan Isabel. Dapat! Namun tangannya berhasil dipelintir. Isabel masih mengingat gerakan dasar di sanggar dulu.

Pria lain mencoba merebut tangan Isabel yang lain dan berakhir sama. Bahkan pria jangkung itu berhasil Isabel tendang hingga tersungkur ke tengah lapangan.

"Hei! Ada apa?!" Seseorang datang dari arah pintu masuk. Itu Angkasa! Ia berjalan mendekat. Langkahnya terlihat tegas begitupun dengan wajah dan pesonanya yang mematikan. Bahkan setelah bersitegang dengan beberapa pria, ketika melihat Angkasa berjalan seperti itu, kayak lagi nonton fashion show.

Jantung Isabel gemetar. Apalagi saat Angkasa sudah berada tepat di hadapannya. Makin meleyot ketika kedua pasang mata coklat pekat tertangkap indera penglihatan Isabel. Haruskah pesonanya bikin mati gaya kayak gini? Semakin dilihat, semakin ketar-ketir. Isabel kewalahan.

Pesona Antagonis (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang