~
Hari ke tiga setelah Angkasa berhasil keluar dari rumah sakit. Tak heran, separah apapun keadaan Angkasa, keluarganya akan melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan. Hanya saja, mereka semua tak pandai mengungkapkan rasa. Jika saja lebih santun untuk mengungkapkan kasih sayang, mungkin Angkasa tidak akan tersakiti terus menerus.
Pagi itu ia mulai kembali ke sekolah. Ceramah pagi tak mungkin bisa dilewatkan. Ayah dan Ibunya sangat ketat soal nama baik keluarga. Maka jika Angkasa berulah, mereka akan sangat tegas.
"Jangan macam-macam di sekolah!" Ancam Bima. Angkasa enggan menjawab. Ia hanya mengambil sebungkus obat-obatan yang sudah di sediakan ibunya di meja makan kemudian pergi.
Bima sebenarnya keberatan dengan sikap Angkasa. Namun kali ini Ibu menahan.
"Sudahlah.. Biarkan dia pergi." Ujar Ibu. Bima menggeleng pelan selagi menahan emosi.
Angkasa kembali naik mobil mewah itu lalu memasang earphone untuk menyetel musik lagi-lagi dengan volume full. Sepanjang perjalanan, ia hanya melamun. Sebenarnya sudah lelah dan ingin berhenti. Tapi di sekolah ada Sandra. Dan juga, dia harus membalas si Bella.. Eh..? Kok ingat dia? Angkasa buru-buru menghilangkan Pabella dari ingatannya.
Tiga hari tidak sekolah, apa yang sudah berubah di sana?
Sampai di gerbang sekolah seperti biasa, Adrian, Gandi, juga Dirga sudah menunggu. Mereka sudah mendapat kabar sebelumnya jika hari ini Angkasa akan masuk sekolah.
Kenapa mereka bisa se-setia itu?
Karena sebenarnya, Angkasa sangat lembut dan perhatian pada temannya. Awalnya Gandi dan Adrian. Dia sempat hampir di keluarkan dari sekolah gara-gara pernah membullynya.
Jangan salah. Awalnya yang di bully itu Angkasa. Mereka membully karena Angkasa terlalu diam. Sikap diam dan tenangnya membuat mereka gemas dan akhirnya menggelitik mereka untuk mengganggu Angkasa.
Namun apa yang terjadi? Angkasa hanya berkata, 'Kalau ganggu gue bikin kalian senang silahkan..' Hanya kalimat itu. Entah mengapa kata ganggu itu sampai di telinga pihak sekolah dan membuat Gandi dan Adrian hampir di keluarkan.
Tapi Angkasa tidak mengaku jika memang sedang di bully. Meski sempat beberapa kali di ledek, namun tidak berpengaruh apapun pada Angkasa. Sejak saat itu, mereka mengikuti Angkasa kemanapun. Bahkan menuruti apapun perintah Angkasa yang sejauh ini tidak pernah aneh-aneh.
Apalagi saat mendapati Angkasa beberapa kali pingsan karena penyakitnya. Mereka semakin loyal dan berusaha keras melindungi Angkasa dari apapun. Mereka bahkan menjadikan Angkasa Wangja (Raja) di Antariksa.
Sama halnya dengan Dirga. Angkasa pernah membantunya ketika sedang bergulat dengan beberapa orang di jalanan. Dirga itu atlit Boxing. Jika ketahuan bertarung di jalanan dengan orang awam, dia pasti akan mendapat sanksi.
Meski Angkasa tidak sepenuhnya turun karena dibantu Gandi dan Adrian, namun Dirga sangat berterimakasih pada Angkasa.
Mengenal Dirga, membuat mereka semua tahu soal Boxing. Gandi mengikuti Dirga terlebih dahulu masuk sanggar. Diikuti Adrian, dan terakhir Angkasa. Formasi lengkap yang terkenal se-Antariksa.
Jadi, darimana asalnya Wangja pemegang kekayaan tertinggi? Itu semua hoax. Mereka tidak pernah bertanya dan hanya mencari jawaban sendiri. Jawaban yang mereka suka saja.
Tapi bukan rahasia lagi jika memang Angkasa Rajanya. Bahkan saat ia berjalan di koridor pun, semua orang seolah memberi jalan. Entah takut atau mungkin terhipnotis dengan paras sempurnanya. Atau bisa juga takut dengan jejeran antek-antek Boxing yang selalu mengikutinya kemanapun. Entahlah. Angkasa tidak terlalu memperdulikan itu semua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesona Antagonis (End)
FantasyIbu Isabela meninggal dunia meninggalkan sebuah novel yang belum tamat. Setiap hari Isabela dihantui para fans ibunya yang semakin menggila menuntut untuk menyelesaikan cerita. Sedangkan, Isabela sendiri tidak pernah sekali pun tertarik dengan dunia...