Tidak sendiran

13.9K 1.9K 30
                                    

~

Sandra sendirian berjalan menuju apartemen milik Ibu Angkasa. Hari sudah sangat gelap dengan udara yang cukup dingin. Di tangannya, ia membawa sebuah plastik putih kecil berisi dua buah mie instan.

Sejak keluar dari minimarket tak jauh dari sana, Sandra beberapa kali bergidik karena merasa ada seseorang yang sedang mengikutinya. Langkahnya semakin cepat saat melihat pintu masuk apartemen itu.

Dan kenapa malam itu sangat sepi? Sandra sempat mengeluarkan ponsel. Mengusap layar beberapa kali, mencoba mencari siapa yang bisa ia mintai tolong jika dalam keadaan genting.

Tau siapa yang terpikirkan oleh Sandra?

Angkasa?

Bukan!

Tapi

Aksara.

Hati Sandra tak mungkin semudah itu berubah.

"Heh!" Seseorang menepuk bahunya dan tepat saat itu juga, Sandra memanggil nomor ponsel Aksara.

Drrt
Drrt
Drrt
Drrt

Sandra mendengar getaran ponsel itu di saku orang yang tadi menepuk punggungnya.

Siapa lagi kalau bukan Aksara. Sejak tadi ia mengikuti Sandra untuk tau dimana dia tinggal selama ini.

Saking leganya, Sandra berjongkok dan menangis. Ia bersyukur karena itu Aksara.

"Kenapa nelepon gue?" Aksara melihat Sandra masih juga belum memutus panggilannya.

"Masih harus di jelasin?" Jawab Sandra sambil mendongkak kesal.

Sandra bangkit dan pergi meninggalkannya.

"Lo tinggal di sini?" Aksara mengejar, dan berjalan di samping Sandra. Tak ada jawaban apapun. Sandra langsung terhenti dan melihat Aksara ketika hendak memasuki pintu utama apartemen.

"Ngapain lu?" Tanya Sandra.

"Minta mie instan..." Tunjuk Aksara pada kantung keresek yang Sandra bawa sejak tadi.

"Gak ada. Pulang aja!" Usir Sandra. Aksara menggeleng dan hendak memaksa masuk. Namun Sandra menahan diselingi dengan helaan nafas panjang.

"Gue antar sampai atas. Gue gak masuk, langsung pulang.." Aksara mengacungkan kedua jari tengah dan telunjuknya.

"Di suruh Ibu?" Tanya Sandra.

"Engga.."

"Gak mungkin." Sandra mengendus tak percaya.

"Lo udah terlalu lama pergi dari rumah.." Kali ini sulit membedakan Aksara sedang tulus atau hanya pura-pura. Sandra pun hampir tertipu.

"San.. Mamah juga nanyain Lo terus sama Bi Darmi.. Ayah bahkan minta dia buat minta maaf sama Lo.." Aksara sedang membujuk. Tapi Sandra tetap tak ingin goyah.

"Lo pulang aja! Gue lebih nyaman di sini." Sandra langsung masuk tanpa ingin mendengar apapun lagi.

Ia berjalan menuju lift tanpa berbalik. Aksara pasrah.

Seorang pria tergesa-gesa masuk membuka pintu apartemen, kemudian menyusul Sandra masuk ke dalam lift. Aksara sempat melihat gelagat mencurigakan. Tapi Sandra tak mengizinkannya masuk.

Sandra waspada. Ia menekan tombol lantai juga. Tubuhnya agak ia condongkan ke dekat Sandra. Tak berselang lama, Pria itu mendekat lagi. Modus mengganti tombol dan lama-lama makin mepet.

"Apa sih Pak.." Sandra sempat mengelak dan menjauh. Dari baunya, mungkin pria itu mabuk.

Dia bahkan makin menggila dan makin mendekat. Sandra sempat mendorongnya beberapa kali. Menendang, mencakar, bahkan meludahinya. Tapi sayang, pria mabuk itu masih saja mengincar Sandra.

Pesona Antagonis (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang