~
Sandra tengah membuka kembali buku-bukunya di sebuah ruangan sempit di dekat dapur besar. Ia menggunakan meja mungil di sudut ruangan dengan pencahayaan minim dari sebuah lampu LED kecil. Semua orang tak mungkin menyangka ada ruangan sesak seperti itu di rumah besar keluarga Batara.
Malam itu, Ibunya sedang pergi bersama nyonya besar. Entah kemana. Yang jelas, momen seperti ini, selalu membuat Sandra senang tanpa alasan. Kenapa? Karena jika di perhatikan lebih dalam, sekarang dia hanya berdua saja dengan Aksara.
Ia masih ingat betul saat Aksara kecil yang berlari ketakutan tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya karena mati lampu saat semua rumah sedang sepi seperti ini. Ibu Darmi malam itu menyalakan lilin kecil di meja, kemudian memasak mie instan. Sandra kecil dan Aksara kecil makan mie semangkuk berdua bercahaya-kan lilin.
Kenangan itu tak terlupakan bagi Sandra. Entahlah bagi Aksara.
Suara berisik di dapur tiba-tiba terdengar. Sandra mencoba melihatnya. Mungkin saja Ibunya sudah pulang.
Tapi ternyata bukan.
Itu Aksara.
Debaran jantung Sandra mulai tak terkendali. Sempat ragu untuk menghampirinya atau jangan. Tapi Aksara terlihat kebingungan. Ia menggeledah semua lemari dan laci penyimpanan peralatan dapur.
"Cari apa?" Tanya Sandra.
Aksara menoleh kemudian terkekeh malu.
"Mie instan.." Jawab Aksara.
Sandra tau betul seluk-beluk dapur itu. Sandra berjalan ke arah lemari tempat menyimpan bahan-bahan makanan. Ada jejeran mie instan di sana.
"Ayam bawang, soto?" Tanya Sandra.
"Mm.. Yang pedas-pedas ada?" Aksara masih menimang-nimang.
"Yakin?" Sandra kembali memastikan. Aksara mengangguk yakin. Padahal setahu Sandra, Aksara tak kuat pedas. "Ya udah tunggu.." Sandra langsung mengambil alih. Dengan cekatan ia menyalakan kompor dan meletakkan panci kecil berisi air.
Canggung sebenarnya berdiri membelakangi Aksara seperti itu. Apalagi sejak tadi dadanya tak berhenti bergemuruh. Makin lama makin grogi.
"San.."
"Hmm?" Sandra langsung menoleh saat mendengar panggilan Aksara.
"Lo kencan sama Angkasa?" Sandra melihat Aksara bertanya selagi merebahkan kepalannya di atas meja. Dipandangi seperti itu makin membuat Sandra meleleh. Apalagi saat mencoba memikirkan jawaban untuk pertanyaan Aksara barusan. Sandra mendadak gagu.
Kalau menjawab ya, kira-kira Aksara cemburu gak ya?
"Mm.. Enggak.." Sandra memilih jujur. Namun anehnya Aksara malah terlihat semakin kecewa. Mungkinkah kalau bilang ya dia tersenyum bahagia? Menyedihkan memang. Sandra selalu saja berharap terlalu tinggi.
Air sudah mendidih. Persis seperti hati Sandra yang entah bagaimana tiba-tiba terasa panas. Ia memasukkan mie instan itu kemudian menunggunya matang.
Ayolah.. Hanya menunggu tiga menit saja rasanya sangat lama. Sandra hanya ingin kembali ke kamar tenangnya. Berjibaku dengan buku pelajaran dan meraih masa depannya sendiri. Terlalu sakit jika terus-menerus berharap hal yang tak pasti.
Tiga menit ternyata secepat itu sudah berlalu. Mie keras yang tadi sudah mulai lembek karena air panas. Selesai kan? Yang terpenting sudah bisa dimakan. Sandra menyajikan mie super pedas itu ke dalam sebuah mangkuk. Tak lupa semua bumbu-bumbu itu ia masukkan lengkap dengan saus pedasnya.
Sandra menyodorkan mangkuk itu di hadapan Aksara, kemudian bergegas pergi.
"Kemana?" Tanya Aksara sontak menghentikan langkah Sandra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesona Antagonis (End)
FantasyIbu Isabela meninggal dunia meninggalkan sebuah novel yang belum tamat. Setiap hari Isabela dihantui para fans ibunya yang semakin menggila menuntut untuk menyelesaikan cerita. Sedangkan, Isabela sendiri tidak pernah sekali pun tertarik dengan dunia...