~
Sesaat sebelum masuk ke dalam rumah, Isabel merasa sakit di kepalanya. Bahkan langkahnya harus terhenti karena terhuyung saking pusing. Isabel berjongkok, berusaha mengendalikan tubuhnya.
Ikatan batin!
Ada sesuatu yang terjadi pada Angkasa. Panik, Isabel langsung mencari ponsel dan mencari kontak Angkasa. Beberapa kali mencoba menghubunginya.
"Bella, Yuk masuk!" Ajak Fiona.
Masih berusaha menghubungi, Isabel menurut masuk. Ia bergegas ke kamar, dan melempar ranselnya.
Oke, tenang.
Ini kali ke 18. Isabel masih mencoba menghubungi.
Tuut
Tuut"Hallo.." Akhirnya Angkasa menjawab.
"Kemana aja sih?" Tanya Isabel kesal.
"Baru beres mandi.." Bohong. Angkasa meringis kesakitan selagi menggenggam bahu kanannya. Ia membuka jaketnya pelan-pelan kemudian melihat beberapa memar di sana. Tubuhnya sudah tak berbentuk. Banyak bekas luka di sana. Tambah lagi, luka baru yang terlihat menyakitkan.
Tak berhenti di mobil, Bima kembali memukul Angkasa setelah sampai di rumah. Sadis! Dia bahkan memukulnya menggunakan tongkat golf. Tak hanya sekali, luka memar itu ada di punggung dan bahkan kedua sisi tangannya.
"Bohong!" Tebakan Isabel benar. Namun Angkasa tak mungkin mengatakan alasan sesungguhnya. "Masa baru pulang udah mandi aja? Gak ke rumah Sandra dulu kan?" Tanya Isabel asal. Angkasa kembali terkekeh saat kembali mendengar kecemburuan Isabel yang tak berujung.
"Masih cemburu aja?"
"Biarin!"
"Tenang aja.. Hati gue cuma muat satu orang.." Ujar Angkasa hingga membuat Isabel makin gemas tak tertahan.
"Tapi.. Lo gak kenapa-kenapa kan?" Tanya Isabel penasaran. Rasa sakit yang tadi ia rasakan begitu nyata. Isabel yakin Angkasa juga sedang kesakitan.
"Kenapa memangnya?" Angkasa heran. Jika Pabella tau dia sedang disiksa, memangnya tau dari mana?
"Kan gue pernah bilang, kalau Lo sakit, gue bisa rasain. Lo masih gak percaya?" Tanya Isabel.
"Ngarang aja lu. Gombalan receh." Angkasa tak percaya. Tapi ya sudah. Toh dia tak harus mengerti.
"Tapi suka kan..?" Tanya Isabel. Ia ingin mendengarnya langsung. Angkasa masih juga belum mendeklarasikannya sampai sekarang. Bagi wanita, ini penting. Mungkin tidak bagi pria.
"Iya.."
"Iya apa?"
"Iya itu.."
"Itu apaa??"
"Suka Pabella.. Isabella.. Siapapun Lo, gue suka."
Ada beribu-ribu kupu-kupu beterbangan di perut Isabel saat mendengarkan ungkapan hati Angkasa untuk pertama kalinya. Salting, dan bikin sinting.
Kalian dengar semua!
Angkasa punya gue!Isabel seolah ingin mengumumkannya pada semua orang. Gak ada yang bisa ambil dia dari gue. Gumamnya.
~
Sore itu Nyonya Fiona mengintip ke dalam kamar Isabel kemudian masuk. Melihat anaknya yang tengah sibuk dengan hairdryer membuatnya ingin mengambil alih.
Kini Isabel sudah terbiasa. Nyonya Fiona memang lebih lembut daripada Nyonya Arini. Fiona lebih perhatian, dan lebih senang berinteraksi dengan anaknya. Lain dengan Nyonya Arini yang sangat introvert dan jarang sekali bercerita atau sekedar diskusi dengan anak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesona Antagonis (End)
FantasyIbu Isabela meninggal dunia meninggalkan sebuah novel yang belum tamat. Setiap hari Isabela dihantui para fans ibunya yang semakin menggila menuntut untuk menyelesaikan cerita. Sedangkan, Isabela sendiri tidak pernah sekali pun tertarik dengan dunia...