~
Selesaikah?
~
Belum!
Angkasa mengantarkan Isabel pada Ibunya. Mereka saling mengurai rasa gundah yang sudah menggunung sejak tadi. Dirga merangkul Angkasa, merasa lega melihat mereka saling berpelukan.
"Sa.." Tiba-tiba Nyonya Kirana datang lagi.
Mereka akhirnya bertemu.
Fiona dan Kirana.
Mereka memutuskan untuk berbicara berdua saja sedangkan Isabel, Angkasa dan Dirga menunggu di badan mobil memantau dari kejauhan.
"Menurut Lo siapa yang menang?" Bisik Dirga pada Isabel. Angkasa langsung beralih posisi untuk tidak membiarkan Dirga terlalu dekat dengan Isabel. Tapi jangan salah. Isabel justru senang mendapatkan perlakuan seperti itu.
"Cgh.. Lo pikir mereka mau duel?" Cecar Isabel. Angkasa hanya diam merangkul Isabel selagi bersandar pada badan mobil.
"Kenapa Lo balik lagi Sa..?" Tanya Dirga.
"Kalau gue gak balik, kalian gak mungkin selamat." Jawab Angkasa sombong. Ya! Bukan Wangja namanya kalau gak selalu tinggi hati.
"Tapi Lo juga perlu diselamatkan." Isabel mendongkak melihat wajah pias Angkasa.
"Nanti aja. Obat gue ada di sini." Angkasa masih bisa gombal.
"Diggh.." Dirga bergidik ngeri melihat ke-bucinan mereka.
Padahal hari sudah hampir pagi meski belum ada tanda-tanda kemunculan matahari. Mereka melewati malam yang panjang!
PLAKKKK...
"OWWW...." Isabel, Angkasa dan Dirga mengerinyit berbarengan saat melihat Kirana menampar keras wajah Fiona. Tapi tak ada seorangpun dari mereka yang berniat melerai atau menolong Fiona. Biarkan saja. Urusan seperti itu, bukan ranahnya untuk ikut campur. Mereka hanya perlu memberi ruang.
"Nyonya Kirana nampar Mamahku loh.." Isabel seolah mengingatkan tanpa berniat membantu sama sekali. Mereka hanya menggeleng membiarkan kedua Nyonya itu menyelesaikan masalahnya sendiri.
"Salah sendiri kenapa Nyonya Fiona jadi pelakor." Balas Angkasa pelan. Mata mereka tak lepas dari tempat dimana Nyonya Fiona dan Nyonya Kirana berada.
"Tapi gak perlu mukul juga kali.." Elak Isabel tanpa nada yang serius. Komentar-komentar itu mereka ungkapkan dengan santai.
"Hati yang tersakiti itu lebih parah dari sebuah tamparan." Angkasa kembali membalas tak mau kalah.
Yang heran Dirga. Mereka saling melempar kata-kata namun tak terlihat sedang bertengkar.
"Kalian lagi berantem bukan sih?" Tanya Dirga.
"Siapa yang berantem?" Tanya Isabel. Tangan Angkasa bahkan masih merangkul bahu Isabel tak terpisahkan.
"Cigh.. Berantem aja yuk!" Ajak Dirga.
"Apa sih Lo?" Dirga mendapat tatapan serius dari Angkasa kali ini. Akhirnya dia kembali tersenyum lebar. Gak bisa. Tatapan mematikan Angkasa gak bisa di lawan.
Emmhh...
Angkasa tiba-tiba berjongkok saat jantungnya kembali berulah. Padahal momennya tidak tepat. Harusnya dia baik-baik saja sekarang. Tapi tenaga yang tadi ia gunakan sepertinya sudah cukup untuk menjeda rasa sakit yang sebelumnya tertunda.
"Kenapa?" Tanya Isabel. Angkasa hanya tersenyum getir selagi menggeleng pelan. Tangannya meremas dada berharap rasa sakit yang kian menjalar tak tertahan itu sedikit saja mereda. Tapi percuma. Angkasa mulai kesulitan bernapas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesona Antagonis (End)
FantasyIbu Isabela meninggal dunia meninggalkan sebuah novel yang belum tamat. Setiap hari Isabela dihantui para fans ibunya yang semakin menggila menuntut untuk menyelesaikan cerita. Sedangkan, Isabela sendiri tidak pernah sekali pun tertarik dengan dunia...