~
Dirga membawa Angkasa masuk ke dalam rumahnya. Ada sebuah rooftop luas di rumahnya. Mungkin tempat mendarat helikopter? Hah.. Berlebihan! Tapi Dirga tajir. Beneran tajir. Bisa bayangkan seberapa tajir Angkasa yang punya status lebih tinggi dari Dirga di Antariksa? Silahkan hitung sendiri kalau ada waktu.
Mereka masih saling diam saat berdiri di tengah-tengah lintasan pendaratan helipad itu. Jika bertengkar disini, dan jatuh dari rumah setinggi ini, kalau gak mati, pasti cacat.
Tapi tidak. Angkasa lebih memilih bicara baik-baik sekarang. Setidaknya sikap ini adalah penghargaan terbaik yang bisa ia lakukan untuk persahabatannya selama ini.
"Jadi apa? Jelasin kenapa Lo ketemuan sama Bella di belakang gue!" Angkasa langsung meminta penjelasan.
Dirga kebingungan. Jika mengatakan yang sesungguhnya apa tidak apa-apa? Tapi adakah pilihan lain? Alasan dangkal hanya akan membuat Angkasa makin brutal. Dirga bukannya takut. Tapi jika dirinya yang hilang kendali, dia tak tau apa yang akan terjadi dengan Angkasa. Dirga tidak ingin mengulang hal yang sama. Saat orang yang dia sayang terbunuh hanya karena emosi sesaatnya.
"Apa yang mau Lo korbanin buat Isabel?" Pertanyaan Dirga membuat Angkasa terkekeh. Dirga terdengar sedang meremehkannya sekarang.
"Apa urusan Lo?" Angkasa enggan menjawab.
"Gue harus tau!" Ujar Dirga. Angkasa makin kesal sendiri. Siapa Dirga berani-beraninya bertanya seperti itu.
"Lo siapa?" Angkasa berasa sedang ditikung sekarang. Alasan Dirga bertanya seperti itu memang membuatnya salah paham.
"Gue gak akan ngomong kalau Lo gak jawab pertanyaan tadi." Putus Dirga.
"Semuanya." Sambar Angkasa. "Buat Bella, semua gue kasih. Terus kenapa?" Kesal? Pasti! Berasa sedang di tantang gelud.
"Kalau biarin dia pergi?"
"Gak mungkin." Angkasa langsung menjawab cepat.
"Satu-satunya cara biar dia bisa hidup, Lo biarin dia pergi." Ujar Dirga. Angkasa mengerut tak paham. Namun kali ini, mulai mendengarkan.
"Isabella.. Namanya bukan Pabella. Gue yakin Lo pernah denger sendiri dari mulutnya. Dengerin gue baik-baik!" Dirga mendekat, "kita, sekarang sedang berperan dalam sebuah novel. Judulnya Wangja."
"Sinting lu!" Angkasa tentu tak percaya. Mana ada hal-hal seperti itu. Ia bahkan memilih pergi untuk tak lagi mendengarkan omong kosong Dirga. Tapi Wangja? Pabella pun pernah membahas soal itu.
"Terserah kalau Lo gak percaya. Tapi dengerin sampai selesai!" Dirga menahan. Angkasa terpaksa kembali mendengarkan.
"Dia berasal dari dunia lain di sana." Dirga menunjuk langit. "Pabella. Orang yang Lo kenal itu sengaja menarik Isabel masuk ke dalam sini. Isabel terjebak di sini. Dia sedang menunggu pintu untuk pulang."
Dari sini, Angkasa mulai memikirkan pertanyaan-pertanyaan aneh yang pernah Isabel lontarkan saat pertama kali bertemu kembali di gedung olahraga waktu itu.
"Dia harus pulang Sa.. Cuma dengan cara itu dia bisa hidup normal di dunianya. Kalau bertahan di sini, dia hanya akan terus menerus hidup dalam penyesalan. Kalau pun kalian kembali bertemu, penulis-penulis itu akan menghapus seluruh ingatan Lo, dan mereka mainkan sesuka hati. Menurut Lo siapa yang bakal sakit nantinya?"
Lagi. Ini soal pertanyaan Isabel. Semuanya berkaitan dengan apa yang Dirga jelaskan. Tapi bukankah ini terlalu gila untuk bisa di percaya? Jadi selama ini dia hanya tokoh fiksi? Pikir Angkasa. Anggapan itu, sangat sulit ditelan logika.
"Kalau Lo sayang sama dia, biarkan dia selesaikan misinya, lalu antar dia pulang! Sudah cukup gue yang terkurung di sini tanpa bisa kembali. Apalagi gak bisa mati. Ini siksaan ter-sakit." Dirga tak berharap apapun lagi. Hanya memastikan tak ada orang lain yang bernasib sama dengannya pun sudah sangat cukup.
"Lo siapa sebenarnya?" Angkasa masih enggan percaya! Tapi terlalu nyata!
"Gue berasal dari tempat yang sama seperti Isabella! Kita dari dunia yang sama." Jelas Dirga. Angkasa sempat terkekeh berusaha keras untuk tidak percaya.
"Pikirin baik-baik Sa.. Besok gue bawa buku misi milik Isabel. Lo bisa lihat semuanya ada di sana. Alur cerita, dan kemana cerita ini akan berakhir. Semuanya sudah bisa disimpulkan. Kita hanya harus menunggu pintu pulang Isabel terbuka! Biarkan dia pergi, dan hidup normal di dunianya." Jelas Dirga.
Angkasa tertegun. Entah harus percaya atau tidak, dia belum memutuskan. Yang jelas, hal ini membuatnya sakit kepala.
.
.
.
~
.
.
.
Keesokan harinya, Dirga benar-benar memperlihatkan buku itu di rooftop sekolah setelah berhasil mengambilnya dari Isabella. Tentu Isabel tak tau menahu buku itu akan diperlihatkan pada Angkasa.Angkasa membacanya satu per satu. Makin di baca, makin tercengang. Ia melihat dengan jelas tulisan-tulisan paten itu. Semuanya soal jalan cerita yang memang sudah terjadi. Dari misi awal saja, sudah tertulis jelas ada nama Aksara dan Sandra.
"Mereka pemeran utamanya?" Tunjuk Angkasa pada kedua nama itu. Dirga hanya bisa mengangguk. Angkasa kembali melihat halaman berikutnya, dan berikutnya, hingga sampai di misi terakhir.
Kali ini ada dua.
• Putus dari Angkasa!
• Selamatkan Aksara!"Ini misinya?" Tanya Angkasa.
Melihat misi baru, Dirga langsung merebutnya kembali.
"Ada misi baru?" Dirga heran. Apalagi misi untuk menyelamatkan Aksara. Mungkinkah ada sesuatu yang akan terjadi pada Aksara? "Kayaknya Aksara dalam bahaya sekarang."
"Kenapa memang?" Angkasa masih tak paham.
"Lo pikir kenapa harus menyelamatkan kalau gak akan datang bahaya?" Ujar Dirga.
Benar. Jika terjadi sesuatu dengan tokoh utama, kira-kira apa yang akan terjadi?
"Misi terakhir biar gue yang urus. Dan yang ini, Lo atasin sendiri."
Angkasa sempat tertegun, haruskah sampai seperti itu? Jika putus, lalu apa? Tapi jika tidak, dia akan mengabaikan nyawanya sendiri di dunia sana? Sebenarnya dunia seperti apa yang dia tinggali? Apa aku diizinkan masuk? Atau bahkan sama sekali tak ada ruang untukku? Gumam Angkasa.
"Sa.. Gak semua cinta harus selalu bersama. Lo biarin dia pergi pun, atas dasar cinta. Gue tau cinta kalian gak mudah, gue percaya meski gak bisa bersama kenangan itu gak akan pernah hilang.." Dirga tau betul rasanya. Dia pernah mengalami dan mengenang sendirian cinta yang hilang itu.
Angkasa masih diam tak ada jawaban mengenai hal itu. Ia kembali membuka lembaran buku coklat itu. Semua misi berhasil Isabel selesaikan. Tinta di buku itu berubah biru setelah misi selesai. Lalu....
"Gimana kalau misi-misi ini gagal?" Tanya Angkasa.
"Gak boleh ada yang gagal satupun. Kalau gagal, Isabella yang ada di sana mati. Pintu menuju jalan pulang pun terputus! Isabel terjebak."
Penjelasan Dirga kembali membuat Angkasa terdiam. Kepalanya kembali berdenyut. Jantung baru ini, juga terasa sesak. Apa gunanya ganti yang baru? Keluh Angkasa dalam hati.
Jika semua itu benar, satu-satunya cara untuk membuktikan cintaku hanyalah membiarkanmu pergi dengan selamat..
Jika mencintaiku membuatmu kehilangan segalanya, maaf aku tak bisa menerima!
Aku terlalu dangkal untuk semua hal yang kamu miliki..Jika bisa, aku akan mencari cara untuk keluar dari sini, lalu mengejar-mu ke dunia asing itu! Tak peduli seberapa sulit jalan yang harus ku tempuh, akan ku daki hingga sampai!
Asalkan, aku tau kamu dimana..
Dan kamu baik-baik saja..Angkasa~
🍃
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesona Antagonis (End)
FantasyIbu Isabela meninggal dunia meninggalkan sebuah novel yang belum tamat. Setiap hari Isabela dihantui para fans ibunya yang semakin menggila menuntut untuk menyelesaikan cerita. Sedangkan, Isabela sendiri tidak pernah sekali pun tertarik dengan dunia...