~
Masih di Fantasyland Park.
Hari mulai berubah jingga, juga mulai menggelap. Angkasa dan Sandra mulai kelelahan, bosan, dan tak sabar. Apalagi hati mereka sudah mulai goyah. Tersakiti? Ya. Pasti. Namun tidak untuk menyerah.
"Sa.."
"Hmm?" Angkasa yang sedang berjongkok menengok Sandra yang masih asik memperhatikan Aksara dan Isabel di balik pagar. Mereka kembali menjajal permainan lain. Angkasa bahkan tak ingin melihatnya. Sudah muak.
"Kita naik aja!" Ajak Sandra. Matanya memberi isyarat pada roller coaster terpanjang di dunia itu. Angkasa sontak menggeleng. Sandra menunjuk tempat paling belakang sedangkan Aksara dan Isabel sudah menempati kursi paling depan. "Itu masih kosong. Cepet!" Sandra langsung menarik Angkasa secepat kilat menuju tempat kosong itu. Entah karena terlalu lelah, atau memang hatinya sudah melemah. Angkasa bahkan sangat mudah ditarik begitu saja oleh Sandra.
"San.. Gue gak bisa.." Angkasa kembali mundur. Apalagi saat Isabel tiba-tiba menyadari kehadirannya. Tentu saja. Mustahil kalau tidak terlihat. Mereka naik wahana yang sama.
"Gak papa. Kita lagi kencan kan?" Ujar Sandra yang tetap menarik tangan Angkasa hingga membuatnya duduk bersama di atas roller coaster.
Aksara dan Isabel sempat bertanya-tanya, kenapa mereka ada di sana? Tapi sudahlah. Hadapi dulu wahananya. Pikir Isabel.
Angkasa kembali tak yakin dengan tubuhnya sendiri. Tak terhitung jumlahnya dia mencoba peruntungan dengan tubuhnya dan berakhir buntung.
Kali ini untuk pertama kalinya, Angkasa berdo'a semoga jantungnya bisa diandalkan.
Satu
Dua
TigaSYUUURRR......
Wahana melaju setelah memberi aba-aba dengan suara. Semua orang berteriak. Termasuk Sandra dan Isabel. Angkasa pasrah. Berasa melayang tak tentu arah. Waktu yang dibutuhkan untuk mendarat cukup lama. Angkasa hampir hilang. Apalagi ia tidak berteriak sama sekali. Liukan rel itu bikin mual. Angkasa sudah tak tahan.
Andai bisa lompat dari sini, dan gak mati, mungkin Angkasa akan memilih untuk lompat saja. Tapi nanti dulu kalau langsung mati. Dia belum pernah pacaran, apalagi menikah.
Setelah terombang-ambing cukup lama akhirnya begitu roller coaster berhenti, Angkasa langsung berlari terhuyung dan muntah-muntah. Sandra mengejar mencoba membantu. Isabel dan Aksara melihatnya dan heran.
Namun sejurus kemudian, Isabel pun merasakan hal yang sama. Ia juga muntah-muntah tak jauh dari tempat Angkasa. Padahal dia baik-baik saja saat naik tadi. Telepati sialan. Gumam Isabel selagi menatap tajam ke arah Angkasa yang masih diusap oleh Sandra.
"Masih mual?" Tanya Aksara yang juga mencoba mengusap punggung Isabel namun langsung ditepis. Entah mengapa melihat Sandra mengusap punggung Angkasa membuat Isabel kesal. "Kenapa?" Aksara heran.
"Oh.. Gak papa.." Isabel malu sendiri kemudian mengambil botol air mineral itu dari tangan Aksara. "Mereka ngapain sih disini?" Tunjuk Isabel kesal. Angkasa terlihat payah. Khawatir sebenarnya, tapi gengsi kalau harus menghampiri duluan.
"Tanya aja. Kencan mungkin?" Ucapan Aksara membuat Isabel makin kebakaran. Bodo amat dengan gengsi. Isabel ingin tau kenapa mereka ke sini. Terlebih lagi, Angkasa masih juga muntah-muntah. Bikin cemas aja. Gerutu Isabel dalam hati.
Aksara membuntuti Isabel di belakang, menghampiri Angkasa dan Sandra. Muntahan Angkasa sudah habis meski Angkasa terlihat masih mual.
"Minum.." Sodor Isabel. Angkasa menoleh kemudian terduduk lemas. Beberapa orang berbisik-bisik bahkan ada yang bertanya soal keadaan Angkasa. Aksara dan Sandra menjawab bahwa temannya baik-baik saja. Lagi pula, Angkasa tidak akan mau menerima bantuan dari orang asing. Mereka paham betul karakternya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesona Antagonis (End)
FantasyIbu Isabela meninggal dunia meninggalkan sebuah novel yang belum tamat. Setiap hari Isabela dihantui para fans ibunya yang semakin menggila menuntut untuk menyelesaikan cerita. Sedangkan, Isabela sendiri tidak pernah sekali pun tertarik dengan dunia...