~
Silahkan baca pelan-pelan, resapi, jangan sampai ada yang terlewatkan! Biar gak gagal paham..
Cuss..
Happy reading..
Note: Banyak typo, kesalahan penulisan, bahasa alay, dan semua kesalahan sebagai pemula yang fakir ilmu.. harap di maklumi..
#males edit..😂~
Seorang wanita dengan kaki indah berjalan terburu-buru mengenakan hells tinggi dan rok span dengan belahan yang cukup seksi. Rambutnya ia cepol rapi dengan seragam batik yang pas dengan lekuk tubuhnya. Di dada kiri tertempel jelas name tag hitam bertuliskan emas dengan nama Isabela.
Penampilannya agak merepotkan sebenarnya. Apalagi pagi-pagi seperti ini, agak lelah jika harus berjalan sejauh ini. Jarak pintu masuk dengan meja resepsionis cukup memakan waktu. Tambah lagi, pagi ini seharusnya tamu-tamu dari luar kota itu sudah mulai berdatangan untuk check in.
Isabela melihat arloji di tangan ternyata sudah telat tiga menit. Sepertinya bulan ini ia harus mendapat potongan gaji lagi untuk beberapa menit yang ia lewatkan. Aturan kejam macam apa yang memotong satu jam gaji karyawan jika telat bahkan hanya satu menit. Perusahaan bandit dasar! Gerutu Isabela dalam hati.
"Baru datang Neng?" Tanya seorang pria gemulai dengan nada yang cukup sinis dengan perawakan tinggi semampai, putih, dengan rahang yang tegas dan cukup menarik. Sepertinya semua itu adalah syarat utama yang memang harus dimiliki oleh seorang Receptionis. Isabela hanya menyunggingkan sedikit senyuman selagi mengatur nafas yang masih memburu tanpa berniat menanggapi lebih lanjut.
"Makin tinggi aja tuh belahan!" Celetuk seorang wanita dengan seragam yang sama dengan Isabela tiba-tiba keluar dari ruangan di belakang meja Reception. Ia langsung berkomentar soal rok yang di pakainya. "Balik dulu ya Beib.." Wanita itu tak memberi kesempatan Isabel untuk menjawab.
Namanya Hani. Dia langsung mencium pipi kanan dan kiri Isabela bergantian kemudian bergegas pergi selagi sedikit melambai pada pria di sebelahnya.
"Mas Rian! Memangnya terlalu seksi yah?" Isabela malah berlenggak-lenggok meminta pendapat pria gemulai yang ia panggil Rian itu setelah Hani menjauh. Belahan roknya sengaja ia perlihatkan untuk meminta pendapat tanpa canggung.
"Cantik kok.." Rian malah terkekeh sebentar kemudian menelan ludah ketika disajikan pemandangan seperti itu di pagi hari.
"Mesum lu!" Isabela sontak memukul wajah Rian dengan tumpukan berkas yang bisa ia ambil di dekatnya.
"Ck.. Lu yang centil malah berlagak di depan cowok!" Gerutu Rian pelan selagi mendilak khas.
"Lu beneran cowok?" Isabela melihat sinis ujung kepala Rian sampai sepatu. Sikapnya tentu terlihat meragukan identitas Rian yang mengaku sebagai cowok.
"Iya! Gue lakik! Puas lo??" Rian malah membalas dengan gaya yang semakin gemulai. Isabela langsung ngakak puas. "Sst.. Psst.. Gak anggun banget sih jadi cewek? Percuma cantik kalau ketawa kayak bendungan jebol! Illfeel gue!" Rian bergidik sendiri.
"Hehe.. Biarin! Yang penting gue cantik!" Isabela mencolek dagu Rian dengan centil kemudian membenahi baju dan rok karena tertawanya yang cukup bar-bar tadi. Rian hanya bisa menggeleng melihat kelakuan Isabela yang memang di luar nalar.
"Tamu udah pada datang?" Tanya Isabela sesaat setelah melihat komputer.
"Udah.. Kata Mbak Hani mereka datang jam dua atau setengah tigaan lah.." Jawab Rian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesona Antagonis (End)
FantasyIbu Isabela meninggal dunia meninggalkan sebuah novel yang belum tamat. Setiap hari Isabela dihantui para fans ibunya yang semakin menggila menuntut untuk menyelesaikan cerita. Sedangkan, Isabela sendiri tidak pernah sekali pun tertarik dengan dunia...