(Wajib Follow sebelum membaca!)
(No plagiat!)
(Cerita ini murni hasil dari jalan pikirku sendiri!)
Singkat saja.. cerita ini tentang gadis yang bernama Evelyn melantha michelle, yang kerap di panggil el. Gadis berparas cantik yang terjebak dalam per...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
don't forget to vote and comment!!
Enjoyy🤟🏻
Warning taypoberedaran Kalo ada taypotandain ya!..
-
-
Plakkk
"NAURA!"
"shh" naura mengerang ke sakitan saat mendapatkan tamparan secara tiba tiba, sudut bibir gadis itu mengeluarkan sedikit darah karna terkena kuku tajam milik kak vaya,
naura terisak tangis nya yang sebenar nya ia tahan dari tadi. Tamparan itu tak seberapa dengan rasa sakit yang ia rasakan sekarang, Al yang melihat naura menangis, langsung menarik naura ke pelukan nya lalu menatap orang yang menampar sang adik nya.
"Dasar penghianat!" ucap nya sambil menatap al dan naura dengan sorot mata kecewa
"Siapa yang penghianat kak?" tanya stev yang baru saja datang bersamaan dengan yang lain nya.
Kak vaya langsung menunjuk al dan naura dengan jari tengah nya, "mereka."
Aras, dafa, stev terkaget kaget serta bingung, sebenar nya ini ada apa dan kenapa. Kecuali laina, ia menatap datar naura yang sedang terisak di pelukan al.
Melihat itu hati laina mengeram, ia menarik tangan naura secara kasar hingga membuat pelukan al dan naura terlepas. Setelah itu laina membanting tangan naura membuat tubuh naura terikut sehingga tubuh gadis itu menabrak dinding dengan kuat.
Al yang tak terima adik nya di perlakukan seperti itu lantas ia melangkah maju ingin menarik laina menjauh dari naura, tetapi tindakan itu terhenti karna kak vaya, kenan, aras, dafa serta stev langsung melindungi laina.
"Berani lo sentuh dia sedikit saja, gue pastikan tulang lo remuk saat itu juga." ucap vandra dingin, ia menyusul setelah urusan nya telah selesai
Melihat suasa semakin kacau sang dokter yang sadari dari tadi melihat interaksi mereka itupun melerai mereka yang masih dalam ke adaan mencekam.
"Teman kalian koma, saya harap kalian tidak bikin keributan lagi, demi kenyamanan bersama." ucap dokter itu lalu pergi meninggal kan mereka semua yang terdiam.
Laina bersimpu pada lutut nya, lemas, karna mendengar bahwa el dalam ke adaan koma, tangan nya gemetar,
Vandra sama syok nya, tapi di sisi lain dia juga harus menenangkan laina, walaupun dia sebenarnya bingung kenapa laina begitu peduli dengan el seakan akan mereka adalah sahabat atau saudara dekat.
