hai miaww
Bima memakan snacknya sambil berjalan dengan santai. Ia berjalan ke arah kelasnya dengan langkah lebarnya. Sesekali ia menyapa adek kelas yang kebetulan lewat. Ia berhenti didekat kantor guru untuk membuang sampah.
"Pada kemana yak? Jahat bener gue ditinggal sendirian"Bima meremas plastik jajanan yang ia bawa lalu ia lempar ke dalam tong sampah. Namun bukannya masuk ke dalam tong sampah, plastik tersebut malah mengenai salah satu guru yang kebetulan sedang lewat.
Bola mata Bima melebar, Denyut jantungnya berdetak dua kali lipat. Kedua kakinya tiba-tiba terasa lemas, ia rasanya tak sanggup lari. Guru yang terkena lemparan plastik tersebut membalikkan badannya dan mencari dalang pelempar plastik itu. Kedua mata guru tersebut bertatapan dengan bola mata Bima. Sang guru dengan tergesa-gesa menghampiri Bima sembari membawa sebuah rotan yang sedari tadi ia pegang.
"BIMANTARA, SINI KAMU!"Teriakan amarah bu Diana terdengar menyeramkan, sebelum bu Diana mendekat Bima segera berlari menjauh dari amukan guru kesayangannya itu.
Ditempat lain, Angkasa dan yang lainnya kebingungan mencari Bima. Tadi mereka sama-sama pergi ke kantin, namun tiba-tiba mereka ada urusan dan meninggalkan Bima sendirian disana. Saat mereka kembali ke kantin Bima sudah pergi dan sampai sekarang tidak ada yang tau keberadaannya.
"Udah lu chat kan sa?"Tanya Bintang, raut wajah cowok itu terlihat sedikit cemas. Tidak biasanya Bima hilang seperti ini, biasanya mereka bak Air dan Ikan yang selalu bersama dan tidak dapat dipisahkan.
"Udah, tapi cuman centang satu"Angkasa menghela nafasnya kasar, sebenarnya ia juga panik seperti teman-temannya tapi ia berusaha terlihat biasa saja.
"Tenang, dia bakal baik-baik aja"ucap Rafael membuat mereka menoleh ke arahnya secara bersamaan.
"Tau darimana lo El?"Bintang mendekat ke arah Rafael untuk mendapatkan jawaban, namun Rafael hanya menampilkan wajah datarnya.
"Kalo El udah bilang begitu, yaudah Bima pasti baik-baik aja" Ujar Angkasa sambil menepuk lengan milik Bintang, Bintang hanya mengangguk sekilas.
"Udah tenang aja, Bima kan udah besar dia pasti-"Belum sempat Angkasa melanjutkan ucapannya, mereka semua dikejutkan dengan teriakan Bu Diana. Lantas mereka menoleh ke arah sumber suara. Mulut mereka menganga lebar kecuali Kendra dan Rafael yang hanya selalu menampakkan wajah datar kebanggaannya.
"BIMANTARA, DIMANA KAMU?!"
Bima lari menghindar dari amukan bu Diana yang membawa rotan, salahkan saja dia, niatnya tadi membuang sampah dengan melempar namun na'as sampah tersebut malah mengenai bu Diana yang kebetulan lewat.
"Ampun Bu, Bima ga sengaja! Suwer beneran demi kolor berbie milik Bintang!" Ucap Bima dalam larinya.
"BIMA BERHENTI KAMU!"Bu Diana ikut berlari dibelakang Bima, tak lupa rotannya ia ayun-ayunkan ke arah Bima agar Bima berhenti.
"Anjir! Bikin masalah apalagi tuh anak, mana bawa-bawa nama gue lagi"Bintang menatap Bima dengan jengah. Sudah pasti Bima membuat onar lagi.
"Biarin aja, balik ke kelas aja yuk" Angkasa berjalan mendahului mereka, kemudian diikuti Kendra, Rafael, Namun Bintang masih tidak bergeming.
"CK ayo tang!"teriak Angkasa.
"O-oh ayo!" Bintang berlari mengejar Angkasa yang sudah berjalan menjauh. Ia sebenarnya kasihan terhadap temannya satu itu, tapi ia sedang tidak ingin terlibat dalam masalah apapun.
"Maaf Bim, gue lagi malas bantuin Lo, jadi nikmati hukumannya kawan" gumam Bintang.
Bima masih senantiasa lari dari kejaran Bu Diana, ia menuruni tangga dengan tergesa-gesa, beberapa kali ia menoleh ke belakang untuk memastikan bu Diana masih mengejarnya atau tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIMANTARA
Teen FictionBimantara Xaviro Aji. Hampir semua siswa mengenal nama tersebut, Bagaimana tidak?, dia terkenal lewat jalur keusilannya yang membuat para guru angkat tangan dengan sikapnya. Lagipula dia juga seorang anak basket yang kerap memenangkan perlombaan de...