how's your today?
Beberapa remaja terlihat masih berlalu-lalang di parkiran. Jam masih menunjukkan pukul 06:50, maka sebab itu masih banyak siswa yang masih berada di parkiran. Tak terkecuali manusia satu ini, Bima. Dia terlihat sedang mengamati sebuah selokan di sebelah gerbang sekolahnya. Tiba-tiba ia dikejutkan dengan keberadaan seseorang.
"Ngapain mas?"
"Heh! Astaga! Ngagetin aja sih pak"Bima mengelus dadanya pelan.
"Hehe nyuwun sewu, lha mas Bima ngapain toh jongkok di selokan begini? Nyari apa?"Pak satpam, penjaga gerbang alias pak Mamat penasaran dengan apa yang dilakukan Bima, ia sedari tadi sudah mengamati Bima yang jongkok didekat selokan.
"Nyari bidadari"Jawab Bima pelan.
"Hah!? Emang ada bidadari di selokan?" Pak Mamat nampak berpikir, setahu dia bukannya bidadari ada di air terjun? kenapa sekarang pindah ke selokan? mungkinkah air terjunnya sudah surut makannya pindah ke selokan?.
Bima menepuk sedikit kencang punggung milik pak Mamat"Heh malah bengong, awas kesambet ati-ati pak"
"Aduh, sakit"Ucap pak Mamat sembari mengelus punggungnya.
"Apatuh sakit-sakit? Kalian ngapain?" Tiba-tiba seorang gadis cantik datang menghampiri mereka, gadis itu bernama Glenca.
"Kepo lu, dah sono pergi"Bima sedikit mendorong Glenca agar segera pergi, namun Glenca yang tidak terima langsung balas mencubit lengan milik Bima.
"Sakit anjir, lu punya masalah apasih sama gue?"Bima menggerutu pelan, cubitan Glenca emang sedikit perih karna dia menggunakan kukunya yang panjang.
"Yang sopan sama gue, gue itu kakel Lo ya"Glenca menatap garang ke arah Bima.
"Alah, beda setahun aja belagu"Bima berucap dengan pelan, tapi Glenca masih bisa mendengarnya.
"Hah apa lo bilang?! Lo bener-bener minta ditebas lehernya ya?!"Glenca beranjak ingin menjambak rambut Bima, namun sebelum hal itu terjadi Pak Mamat segera memisahkan mereka berdua.
"Eh eh, jangan berantem, mending kalian masuk kelas, jangan berantem, masih kecil aja belagu sok-sokan mau berantem"ujar pak Mamat.
"Awas lo ya!"Glenca berjalan pergi, namun belum ada 2 meter ia berjalan, ia kembali lagi ditempat Bima berdiri.
"Ngapain balik lagi?!"Tanya Bima dengan sengak.
"CK, sampe lupa kan gue, Lo disuruh nemuin bu Diana katanya ada yang mau dibicarain" setelah itu Glenca berlari menjauh, Bima menatap heran ke arah Glenca.
"Perasaan hari ini gue belum buat masalah aja deh, kok udah dipanggil aja? Mungkinkah bu Diana rindu terhadap saya? Baiklah Diana saya akan menemuimu"
Pak Mamat yang mendengar hal itu bergidik ngeri"geli aku mas, obatnya abis ya?"
"Pak Mamat pengen merasakan tepukan saya prat dua?"Tanya Bima sembari mengelus kepalan tangan.
"Hah? Maksudnya apa toh mas, prat? Prat opo?"Pak Mamat menatap cengo ke arah Bima, sedangkan Bima menghela nafas kasar, kemudian menghirup nafas dalam-dalam.
"Saya tidak punya banyak waktu, Diana rindu terhadap saya, saya harus segera menemuinya untuk melepas rindu ini"Bima berjalan sembari memakai kacamata hitam entah milik siapa itu. Sedangkan pak Mamat bergidik ngeri, obatnya Bima habis, atau dia sedang kesambet?, Daripada memikirkan hal itu mending ia melanjutkan tugasnya.
Bima berjalan dengan santai ke arah kantor guru, ia masih Mengendong tas karena dia memang belum masuk kelas. Sampainya di kantor ia sempatkan untuk menyapa beberapa guru. Kakinya melangkah ke arah meja bu Diana, disana nampaklah bu Diana yang sedang sarapan sembari bermain Hp.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIMANTARA
Ficção AdolescenteBimantara Xaviro Aji. Hampir semua siswa mengenal nama tersebut, Bagaimana tidak?, dia terkenal lewat jalur keusilannya yang membuat para guru angkat tangan dengan sikapnya. Lagipula dia juga seorang anak basket yang kerap memenangkan perlombaan de...