15-Pikirin kesehatan lo!

43 12 49
                                    

hai miaww🥰😘😍

semangat puasanya

absen siapa aybim sejati➡️




Dahlia menatap binar semangkuk seblak di hadapannya. Tak menunggu berapa lama ia mulai menambahkan beberapa sendok sambal ke dalam seblak miliknya. Bima yang melihat hal itu membolakan matanya. Seingatnya Dahlia memesan Seblak dengan level terpedas dan sekarang dia malah menambahkan sambal lagi? Sepertinya cewek itu ingin sakit perut.

"Heh udah anjir, Seblak lo udah pedes ngapain ditambah lagi coba?!"ucap Bima sembari menahan tangan Lia yang hendak kembali menuangkan sambal.

"Ih apasi, gue tuh suka yang pedes-pedes"

"Itu udah pedes banget dodol, kuahnya aja udah semerah susu"

Dahlia mencicipi kuah Seblak tersebut"emm seger banget, gini nih kalo sewaktu kecil gak diimunisasi rabies. Makanya gak bisa bedain warna susu. Warna susu itu putih ya nyet!"

"Lah? Kan susunya rasa stroberi makannya warnanya merah"elak Bima

"Loh? Susu rasa stroberi itu warnanya pink, bukan merah"

"Ya suka hati gue lah, ngapa lu yang sewot sih"Bima mengaduk-aduk seblak miliknya. Dari aromanya saja ia sudah tau sepedas apa Seblak miliknya apalagi milik Dahlia.

"Udah deh gausa banyak ngomong, mending buruan seblaknya diabisin kalo udah dingin ga enak loh"Ucap Dahlia lalu kembali fokus ke seblak pedas miliknya

Bima menatap khawatir kearah Lia"Lu gak mau tukeran aja? Tukeran aja yuk! Gue takut lambung lu marah dah"

"Hahaha apaan sih Bim, tenang aja gue udah biasa kok makan pedes. Lo kan tau sendiri kalo gue pecinta pedes. Pedes is number one!"

"Ish gue ngeri anjir ngeliat kuah seblak milik lu"Bima dengan cepat menukar seblak miliknya dan juga Lia. Lia hanya melotot tak terima hendak protes.

"Gak usah protes, ini biar gue yang makan. Lo makan seblak punya gue tadi aja, rasanya sedang ga kepedesan. Ingat lo boleh suka pedes, suka makan pedes tapi pikirin juga kesehatan lo!, lambung lo terutama"

"Ih Bima mah ga asik, makan seblak tuh ga enak kalo ga pedes bimmm ihh lo mah. Bete deh ah!"Dahlia membuang muka, Raut wajahnya cemberut. Ia kesal dengan Bima yang seenak jidatnya menukar seblaknya. Niat hati makan seblak untuk memperbaiki moodnya eh malah harus hancur lagi moodnya gara-gara manusia didepannya.

"Lu nurut atau..."

"Apa!?"

"Gue tinggal"

Dahlia semakin kesal mendengar ancaman Bima, ia bersedekap dada lalu melototi Bima"Ya udah sana pulang aja, dengan lu pulang, gue malah bisa nikmatin seblak racikan gue dengan tenang"

Bima tersenyum lalu berdiri dari tempat duduknya. Ia juga membawa mangkok berisi seblak itu. Dahlia yang melihat hal itu pun segera menahan Bima.

"Ehh mau dibawa kemana seblak gue!!!!"

"Mau gue bungkus, terus bawa pulang"

"Ih Bima kenapa sih? Yaudah deh iya iya nih gue makan seblak punya lo"Dahlia kembali duduk, raut wajahnya masih terlihat cemberut. Sesekali Bima mendengar gerutuan Dahlia yang ditujukan untuknya. Bima tertawa kecil melihatnya, menurutnya Lia terlihat gemas saat menggerutu.

****

"Kakak gak usah ngekost ya? Mama Khawatir. Lagipula tempat kerjaan kakak sama rumah kan deket. Ga usah ngekost ya kak?"Sudah beberapa Kali Dita mencoba membujuk Bila untuk mengurungkan niatnya. Tapi Bila masih dengan pilihannya, yaitu ngekost sendiri.

"Mah cukup, Bila udah yakin sama pilihan Bila mah"

"Sebenarnya apa sih kak yang membuat kamu ingin ngekost daripada tinggal bersama Mamah dan Bima? Apa alasannya?"

"Mama tanya alasannya kenapa? Jawabannya ada di diri mama, mah. Bila gak kuat kalau harus ngeliat mamah berinteraksi sedekat itu dengan om Ardan, sering keluar bareng, masak bareng juga. Mama tau? Hal itu sama aja mamah selingkuh didepan anaknya sendiri. Hati anak mana yang ga hancur ngeliat hal itu mah? Ayah jarang pulang lalu mamah berinteraksi dengan pria lain. Bila bener-bener gak kuat. Kalo perlu Bima sekalian ku ajak ngekost bersama. Bila mampu kok buat ngecukupi kebutuhan kami berdua"Air mata Bila tak henti-hentinya mengalir, dia sudah benar-benar lelah dengan semua ini.

Air mata Dita perlahan ikut turun. Dia tak menyangka anaknya serapuh ini. Ia kira dengan menyembunyikan yang sebenarnya mereka akan bahagia setidaknya sampai mereka benar-benar dewasa dan paham akan permasalahan orang tuanya. Namun Dita salah, hal ini malah membuat anaknya menjadi korban dirinya. Dia benar-benar merasa gagal menjadi seorang ibu.

"Sayang, maafin mamah ya nak. Mamah gak tau kalau hal itu benar-benar menyakiti anak mamah. Mamah minta maaf. Mama gagal jadi ibu yang baik buat kalian"Dita memeluk Bila seraya mengucapkan kata maaf berulang kali.

****

Bima sudah pulang dari beberapa menit lalu. Kini dirinya tidak bisa tidur, yang ia lakukan hanya menatap langit-langit kamarnya. Ia sebenarnya mengantuk tapi entah kenapa tubuhnya menolak untuk tidur.

"Kok gue gak bisa tidur yak, gue amnesia kali yak? Eh kok amnesia sih. Apa yak namanya kalo gak bisa tidur, emm Rafflesia? Eh bukan itu mah bunga bangkai. Oh... Insomnia anjir!"

"Anjir! Eh astagfirullah barusan denger suara orang berantem sama nangis-nangis, kira-kira siapa yak? Tetangga kali ya, ah udahlah mending gue baca do'a tidur abis tuh tidur"


Bima bergerak gelisah di atas kasurnya, ia benar-benar lelah tapi entah mengapa matanya masih saja terbuka dengan lebar. Berulang kali ia mencoba menutup mata, tapi tetep saja rasa kantuknya kembali hilang lalu muncul lagi. Bima heran tubuhnya ini kenapa sih?

"Sumpah gue gak bisa tidur, gue ngantuk woi. Berdo'a udah, wudhu juga udah, sikat gigi juga udah. Perasaan udah semua deh, terus apa yang bikin gue gak bisa tidur?"

Saat sedang asik melamun tiba-tiba Bima merasa kekurangan udara, dadanya sesak dan sakit. Bima memegangi dadanya sembari beristighfar. Dadanya benar-benar sakit, bahkan untuk mengucapkan beberapa kata saja ia tak sanggup. Ingin memanggil mamanya tapi ia benar-benar tidak punya tenaga. Perlahan ia bangkit dari kasur sembari memegangi dadanya. Ia harus memanggil mamanya, ia harus mengucapkan beberapa wasiat untuk mamanya. Ahh remaja itu sudah berpikir bahwa inilah ajalnya.

Bima berjalan pelan ke arah pintu kamarnya, ia berhasil meraih ganggang pintu. Namun belum sempat ia membuka pintu tiba-tiba kegelapan menyerang penglihatannya.

"Mama"

Brukk

Bima ambruk tak sadarkan diri dengan posisi masih memegangi dadanya. Remaja itu pingsan tanpa ada yang tau keadaannya.










ayo ramaikan😋😋

cara menghargai author adalah dengan menekan bintang, lalu komen dan juga memfollownya 😇😇

luv

see u

BIMANTARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang