halo, bagaimana kabarnya?
puasanya masi aman kan?
Seorang remaja mengemudikan motornya dengan kecepatan penuh. Dirinya panik, ia bahkan tidak menghiraukan umpatan dan juga teriakan dari pengendara lain. Pikirannya hanya fokus pada satu nama, Ceisya.
Motor itu kini sudah berada di depan gerbang rumah milik Ceisya. Angkasa membuka gerbang yang tidak terkunci itu. Ia heran, tumben sekali gerbang itu tidak dikunci?
Angkasa berlari menuju pintu rumah Ceisya. Ia sudah mengetuk bahkan berulang kali memencet bel namun tidak ada tanda bahwa rumah itu ada penghuninya. Karna ia sudah terlanjur panik, dengan pelan ia mendorong pintu tersebut. Ternyata pintu itu tidak terkunci!
"Sya!"Angkasa mencoba memanggil Ceisya, Namun tidak ada sahutan ataupun suara sama sekali. Rumah Ceisya terlihat damai dan senyap? Hal itu malah membuat Angkasa semakin curiga sekaligus cemas.
"Sya.. lu dimana?"lirih Angkasa
Angkasa menaiki tangga menuju kamar milik gadis itu. Ia berlari,lalu mencoba mendorong pintu kamar gadis tersebut. Kamar itu terlihat gelap dengan cahaya matahari yang mencoba masuk dari sela-sela gorden.
Angkasa masuk dengan perlahan ke dalam kamar itu, Kakinya melangkah dengan pelan-pelan seolah tengah waspada terhadap suatu hal. Kamar Ceisya terlihat tidak mencurigakan, namun lemari yang berada dipojokan dengan pintu yang terbuka sedikit malah terlihat mencurigakan bagi Angkasa.
Langkahnya semakin dekat dengan jarak lemari itu, Angkasa berjalan dengan sangat pelan supaya tidak menimbulkan suara. Kini Angkasa sudah berada tepat di depan lemari itu, dengan rasa penasarannya ia membuka lemari itu dengan perlahan. Dan ya! Tubuh Angkasa menegang, Jantungnya berdetak dua kali lipat, nafasnya tercekat seolah ada sesuatu yang menutup saluran pernafasannya.
Didalam lemari itu, ada seorang wanita tengah memegang pisau, rambutnya panjang dan berantakan. Gadis itu terlihat memprihatinkan. Luka ditangan yang sepertinya ia dapat karna memegang pisau dengan erat, lalu terlihat luka bekas tamparan di pipinya, dan juga beberapa lebam lainnya.
Angkasa tersadar, Lalu segera mencoba membangunkan gadis tersebut "Sya! Hei! Ini gua Angkasa. Sya? Lo denger gua kan?"
Sepertinya gadis itu masih sedikit sadar, terlihat ia menatap Angkasa dengan tatapan sayu. Matanya sedikit berair, bibirnya pucat lalu rambutnya berantakan serta luka di beberapa tubuhnya membuat siapapun yang melihatnya pasti akan iba dan seolah merasakan apa yang dirasakan gadis tersebut.
Ceisya tersenyum manis namun bagi Angkasa senyuman itu terlihat menyakitkan. Angkasa membopong tubuh ringkih itu ke atas kasur lalu mencoba menyadarkan Ceisya yang terlihat sedikit lemas.
"Sya" panggil Angkasa dengan pelan.
Ceisya susah payah membuka matanya lalu menatap teduh bola mata milik Angkasa. Ceisya tersenyum seolah meyakinkan bahwa dirinya baik-baik saja.
"Siapa? Ulah bajingan itu lagi?"
"Ayah gue bukan bajingan sa, stop... Jangan gitu gue ga suka"
"Lalu sebutan apa yang harus gua berikan ke dia? Bahkan kata bajingan masih terdengar sopan sya"
Angkasa beralih keluar kamar, Ceisya hanya menatap sendu saat melihat tubuh Angkasa sudah tidak terlihat di pintu. Ia heran kenapa semuanya pergi meninggalkannya? Disaat ia memilih untuk tetap berada di tempat, semua orang pasti memilih pergi.
Angkasa kembali ke kamar membawa air hangat di baskom lalu ia juga membawa botol minum berisi air. Angkasa tertegun saat melihat Ceisya melamun, ahh sepertinya gadis itu sedang banyak pikiran
KAMU SEDANG MEMBACA
BIMANTARA
Teen FictionBimantara Xaviro Aji. Hampir semua siswa mengenal nama tersebut, Bagaimana tidak?, dia terkenal lewat jalur keusilannya yang membuat para guru angkat tangan dengan sikapnya. Lagipula dia juga seorang anak basket yang kerap memenangkan perlombaan de...