10-Jepitan rambut

49 13 98
                                    

haloo semuaa, apa kabar?

Suara burung berkicau terdengar bersahutan. Matahari mulai memunculkan dirinya. Namun seorang pemuda masih terlihat terlelap dari tidurnya, ia tertidur di kasur dengan keadaan telungkup sembari masih memakai peci dan sarung. Sepertinya pemuda itu tertidur sehabis melaksanakan sholat shubuh.

Terlihat seorang wanita paruh baya membuka dengan pelan pintu bercorak abstrak itu, disana nampaklah seorang pemuda yang masih anteng dalam mimpinya. Wanita itu tersenyum kecil lalu mendekat ke arah pemuda tersebut.

"Bima sayang heii ayo bangun nak"suara lembut mama Dita terdengar samar-samar ditelinga Bima. Bima membuka matanya dengan pelan sembari merenggangkan otot-ototnya.

"Jam berapa mah?"

"Udah jam setengah enam nih ayo bangun, terus mandi abis itu sarapan"Tangan Dita terulur untuk mengusap pelan rambut ikal milik anaknya, rasanya lembut sama seperti dulu.

"Hmm iya mah"

"Yaudah mama ke bawah dulu ya? Abis ini langsung mandi beneran ya"Bima mengangguk sekilas. Ia masih berusaha mengumpulkan nyawa yang entah menyebar kemana. Dita tersenyum melihat tingkah anaknya, rambut anaknya terlihat berantakan tapi hal itu tidak mengurangi kadar ketampanan anaknya. Apalagi ekspresi mengantuk yang Bima tunjukkan membuatnya menjadi gemas dengan anaknya ini.

Jam sudah menunjukkan pukul 06:49 tapi Bima masih sibuk mencari sesuatu di meja belajar miliknya. Ia mencari dengan tergesa-gesa karna waktu yang sudah semakin siang, Bima sebenarnya mencari jepitan rambut berbentuk semangka yang ia beli di pasar malam kemarin. Seiingatnya ia menaruh jepitan rambut tersebut di meja belajarnya namun pagi ini jepitan rambut itu sudah pindah tempat alias hilang.

"Anjir sumpah, dimana sih. Awas aja kalo ketemu langsung gue patahin jadi dua!!!"

"Eh jangan deh, kan mau gue kasih ke anak orang"

Bima mencari dengan menggerutu, raut wajahnya menjadi semakin lucu.

"Nah ini dia! Ternyata ketutupan buku MTK! Mulai detik ini gue dendam ya sama lu"ucap Bima sembari menunjuk-nunjuk ke arah buku LKS matematika.

Bima memasukan jepitan rambut tersebut kedalam sakunya lalu bergegas pergi ke garasi untuk mengambil sepeda motor.

Sepertinya hari ini adalah hari keberuntungan Bima, bagaimana tidak? Saat sedang mengendarai motornya dengan pelan ia melihat sesosok gadis cantik dengan rambut tergerai sedang menendang-nendang kecil motor beat pinknya.

Lantas Bima mendekat ke arah gadis tersebut "sttt neng kiw, kenape tuh neng?"

"Ish siap- HAH BIMA?! LO NGAPAIN DISINI ANJIR?!"

"Hishh pelanin dikit ya suaranya, jangan banyak teriak. nanti tenggorokan lo sakit"Bima memarkirkan motornya serta melepas helmnya lalu turun dan mendekat ke arah beat pink itu berada.

"Ya lo ngagetin sih, kok bisa ada disini? Lu ngikutin gue ya?"gadis itu menatap waspada ke arah Bima, bisa saja Bima membuntutinya.

"Dasar bocil, ini kan jalan satu-satunya ke sekolah. Makannya jangan kebanyakan teriak"Pemuda itu mencoba memeriksa motor tersebut, tapi kemudian ia terpikirkan sesuatu. Tentu saja Bima akan modus pada gadis itu.

"Wahh ini mah parahh, harus dibawa ke luar negeri sih ini"Ucap Bima seolah-olah memeriksa motor itu

"Separah itu Bim? Masa iya harus di bawa ke luar negeri?"

"Iya parah. Yauda ya gue duluan" Bima beranjak memakai helmnya kembali, tak lupa merapikan rambutnya sebelum memakai helm. Sedangkan gadis itu panik, bel masuk sebentar lagi bunyi dan lagi kata Bima motornya harus di bawa ke luar negeri, hal itu pasti akan memakan banyak waktu.

BIMANTARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang