3. Posko KKN

2.2K 280 28
                                    


Dua jam lebih perjalanan sudah mereka tempuh dari kota Kwangya menuju desa Kasmaran yang berada di atas pegunungan. Sampai akhirnya mereka sampai di tempat tujuan dengan selamat. Ada tujuh motor yang sudah terparkir berjajar di sebuah halaman rumah, yang Marchel, Gino dan Jean tahu kalau itu adalah rumah milik kepala desa.

Mereka sudah di sambut oleh kepala desa bersama isterinya dan dua orang warga, yang mana satunya ibu-ibu dan satunya lagi bapak-bapak. Keempat orang itu berdiri di depan pintu rumah, menyambut mereka dengan senyuman ramah.

Gino, mengucapkan salam lebih dulu yang di jawab salam juga oleh keempat orang di sana. Satu-persatu dari mereka menyalimi tangan orang-orang yang usianya tentu jauh di atas mereka, dengan sopan.

"Seperti yang sudah kami bicarakan pada Bapak waktu itu, kedatangan kami ke desa Kasmaran ini bertujuan untuk melaksanakan kegiatan kuliah kerja nyata dari universitas kami," ucap Marchel ketika mereka sudah masuk dan duduk di kursi kayu di ruang tamu.

"Kurang lebih selama 40 hari kami akan berada di desa ini untuk melaksanakan program kerja yang waktu itu sudah sempat kami bicarakan,"

Marchel selaku ketua mewakili teman-temannya untuk menjelaskan tujuan mereka datang ke desa tersebut. Tempo lalu, Beberapa anak laki-laki memang sudah datang sebelumnya, untuk sowan sekaligus survei posko. Kepala desa pun sudah mengerti tujuan mereka, dan menerima mereka di desanya.

"Kami harap, kedatangan kami sangat berguna bagi desa ini. Kami mungkin akan sedikit merepotkan, tapi semoga Bapak dan ibu tidak keberatan..."

Marchel berusaha sesopan mungkin, karena bagaimanapun mereka adalah orang asing yang tiba-tiba datang dan memiliki niat ingin membangun desa ini dengan program kerja yang sudah mereka rencanakan.

"Iya... Saya sangat menerima kehadiran kalian. Desa kami sangat terpencil, mungkin tidak seperti kota yang kalian tinggali. Di sini semua serba "alami", semoga kalian bisa beradaptasi dengan baik di sini,"

Tentu mereka mengerti apa yang di maksud dengan kata "alami" yang di ucapkan oleh laki-laki dengan pandangan teduh itu.

"Saya juga sangat menantikan program kerja kalian untuk desa ini. Kemarin, Nak Marchel sudah sangat cukup menjelaskan program kerja kalian, dan saya sangat tertarik. Saya harap semoga dengan adanya kalian di sini selama beberapa Minggu, desa ini bisa lebih maju.." lanjut pria itu yang kira-kira usianya setengah abad.

Ya, banyak sekali kata "semoga" dalam setiap ucapan bapak bernama Nursalim itu, yang artinya besar kemungkinan dirinya menaruh harapan pada mereka-- anak-anak KKN. Mendengar kehadiran mereka di terima, sudah sangat membuat mereka senang.

Ini adalah pintu awal bagi mereka untuk menuju harapan warga yang terbentang luas demi keberlangsungan desa ini. Mereka meneguhkan hati, untuk menjaga amanah dari kepala desa, dan nama baik universitas, juga tentunya melaksanakan janji-janji mereka dalam sebuah program kerja.


***

"Imah ieu... Pikeun posko anu lalaki, (rumah ini... Untuk posko yang laki-laki,)" sambil berjalan Pak Yayat menunjuk sebuah rumah kayu yang terlihat bersih dan begitu nyaman. Ada bangku kayu di teras dan pohon rindang di depannya.

 Ada bangku kayu di teras dan pohon rindang di depannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
KKN Di Desa Kasmaran | NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang