"Gue di bawah!"Rendi memekik, menandai kalau ranjang yang bawah itu adalah tempatnya.
"Yes! Gue sama Rendi!"
Haidar yang sudah sampai sejak beberapa jam lalu juga ikut-ikutan ribut perihal tempat tidur.
"Aaaah.. ayang Rendi akhirnya aku sama kamu..."
"Idih, geli, gue!" Rendi bergidik geli melihat Haidar melendot manja dengannya.
Cukup tau saja, Mereka ini hanya menentukan tempat tidur, tapi ribetnya seperti menentukan teman hidup. Padahal mereka laki-laki, yang seharusnya tidak seribet ini hanya perkara memilih tempat tidur saja.
Di dalam posko tidak ada ruangan lagi, jadi begitu masuk mereka langsung melihat tiga kasur tingkat dan satu kasur berukuran single. Yang beruntungnya kasur single itu sudah Jean dapatkan lebih dulu, hasil menang lomba suit.
"Di sini ada yang jual rumah engga sih?" Calvin bertanya, sambil tiduran di ranjang bawah.
"Ngapa, Mau lo beli?" Sahut Aji dari ranjang atasnya.
"Kalo ada." Calvin menjawab santai.
"Holang kaya mah sabeebbb.." ujar Jean.
"Duit tinggal metik ya, Vin." Timpal Haidar.
Calvin hanya tertawa. Baru berkata dia ingin membeli rumah saja, teman-temannya sudah heboh. Apalagi jika dia berkata ingin membeli desa Kasmaran. Teman-temannya bisa pingsan!
"Lu ngapa, Je?" Tanya Rendi melihat Jean yang duduk pelaaan-pelaaan menaruh pantatnya di ranjang.
"Bisulan gue. Ngapa lo, mau liat?" Jean langsung sensi ketika melihat Haidar mulai tertawa.
"Ternyata... Setelah berjuang melawan panu, dia juga berjuang melawan bisul. Itu penyakit engga ada yang bagusan dikit kenapa?"
"Ya ampun, becanda kali. Daripada lo kena kutu air!" Celetuk Jean pada Rendi yang barusan berkomentar mengenai bisulnya.
"Jorok!!" Desis Gino. Laki-laki itu mengambil ponselnya yang tadi tergeletak di atas meja, lalu keluar posko mencari udara segar. Gino duduk di kursi teras, melihat ke posko seberang, berharap seseorang keluar dari sana. Tapi dilihatnya tidak ada.
Di posko perempuan, rupanya kondisi berbanding terbalik. Karena nyatanya, di dalam posko itu terlihat adem ayem, tentram sekali. Fasilitasnya hampir serupa dengan posko laki-laki, hanya saja dalam posko mereka tidak ada kasur single, semuanya kasur tingkat. Dan ada satu ruangan kosong dengan hordeng yang bisa mereka jadikan tempat untuk berganti baju.
"Kamu udah ngantuk?"
Duduk di ranjangnya, Kaniya bertanya pada Winda, sambil melipat baju-baju setelah di keluarkan dari dalam koper untuk ia masukan ke dalam lemari kecil antara ranjangnya dan ranjang Winda.
Kaniya tidur di bawah Chaery, yang orangnya sedang keluar posko bersama Lia.
"Hmm,"
Hanya gumaman yang terdengar dari Winda.
Diliriknya gadis berambut pendek itu. Winda tengah berbaring di kasur dengan posisi melintang dan tangan menekuk di atas wajah.
Winda tidur di bawah Ningning, yang posisi kasurnya ada di kanan Kaniya.
"Baru jam 8," Kania melihat jam yang tertempel di dinding.
Mereka sudah makan malam, dan melaksanakan sholat isya untuk yang beragama muslim. Sekarang sedang bersantai-santai. Ada yang duduk di kursi kayu di teras pondok, ada yang lagi heboh di saung, ada yang nyemil sambil main hape seperti Giselle, ada yang masih sibuk rapih-rapih seperti dirinya, dan ada juga yang lagi rebahan seperti yang dilakukan Winda sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
KKN Di Desa Kasmaran | NCT
Fiksi Penggemar"Duh, anjir ngapain sih gue ada di sini?" "Bisa ngga sih, kita sehari aja engga berantem?" "Gue suka sama lo." "Meski nanti KKN udah berakhir, Gue mau kita masih lanjut." "Jadian, kuy." Gimana jadinya kalau manusia receh, rame, savage, freak, julid...