11. Cerita Horor

1.3K 162 20
                                    

Publish sore nih gengs, biar kalian bacanya malem², jadi feel-nya dapet 😆

Awas ya kalo bacanya siang² wkwk.

Ritualnya jangan lupa; follow, vote, komeennn!

Pastikan kalian nengok kanan kiri dan belakang  yaa hihihi 👻
___________________________

















Sudah pukul lima sore.

Pasukan KKN satu persatu sudah tiba di posko. Ryuni, Jiya, dan Lia baru tiba. Ketiganya duduk di teras untuk istirahat sebentar sambil menghilangkan keringat, baru nanti mandi. Winda, Kaniya, dan Chaery keluar dari dalam posko dengan handuk dan alat mandi.

"Kalian mau mandi?" Tanya Ningning yang baru naik ke posko bersama Yuna dan Giselle.

"Iya, lo udah pada mandi?" Chaery bertanya balik, melihat ketiga wanita itu sudah berganti baju dengan kaos santai.

"Belum. Ini baru ganti baju aja. Kita juga tadi mau mandi, tapi airnya katanya mati." Jawab Yuna, membuat wajah orang-orang yang bersiap mau mandi terkejut mendengarnya.

"Yah, kok bisa?" Suara Winda terdengar kecewa.

Yuna hanya mengedikan bahu. Kemudian dari arah tangga, terdengar suara langkah pijakan kaki. Dan ternyata itu Gino bersama Marchel yang naik ke posko perempuan.

"Gimana, udah bisa?"

Giselle bertanya pada dua laki-laki itu. Dia, Ningning, dan Yuna tadinya juga seperti Winda, ingin mandi. Tapi tiba-tiba air tidak bisa menyala. Lalu bertemu dengan Gino, Marchel dan Jean yang sedang ribet di mesin air. Dan mengatakan kalau mesin airnya mati.

"Belum. Si Jean sama Haidar lagi minta tolong sama Pak Yayat. Mesin airnya tiba-tiba mati, kayanya rusak." Jawaban dari Gino menambah rasa kekecewaan pada gadis-gadis itu.

"Terus gimana dong? Masa kita engga mandi? Badan udah pada lengket gini..." Ryuni menyahut. Tubuhnya merosot lemas di kursi kayu.

"Untuk sementara kalian mandi di Masjid dulu ya, sampai mesin airnya nyala lagi. Gapapa, kan? Daripada engga mandi?" Kata Marchel.

Yang artinya, mereka harus menempuh jarak dua kilometer untuk bisa mengguyur tubuh mereka di sore ini.

"Yaah..."

Keluh para gadis di situ, Membayangkan jarak posko ke masjid yang tidak dekat.

"Kenapa sih airnya tiba-tiba mati?" Jiya bergumam, tapi di dengar teman-temannya.

"Emang kaya begitu. Biasanya kalau rumah baru penunggunya anak kecil, di mesin air, hihi..."

Semua orang langsung melempar pandang ke Lia yang baru saja berbicara dari kursi kayu. Mereka kompak melihat wanita itu dengan tatapan terperangah. Maksudnya, kok bisa Lia mengatakan itu dengan santai sekali, bahkan sambil terkekeh seperti itu. Sungguh ada yang tidak beres dengan wanita satu itu.

"Eh seriusan?" Ryuni yang duduk disampingnya, nyaris merinding.

"Iya, kadang-kadang suka iseng." Jawab Lia lagi. Dia mengatakan itu seperti sedang menceritakan Adiknya.

"Li, ini udah mau Maghrib, lo jangan ngomong macem-macem deh." Sahut Yuna ngeri.

"Iiihh, Liaaa jangan bilang gitu dooong..." Ningning merapat pada Kaniya, ketakutan.

Lia kembali terkekeh kecil. "Hehe, Engga.. bercanda kok..."

Sebagian diantara mereka akhirnya bernafas lega, setelah Lia mengatakan kalau yang dia ucapkan tadi tidak serius. Tapi sebagiannya lagi percaya kalau Lia tidak bercanda. Marchel salah satunya.

KKN Di Desa Kasmaran | NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang